Ternyata Masih Ada Nelayan di Malang yang Memburu Penyu hingga Hiu

Perlu adanya peningkatan perekonomian nelayan

Malang, IDN Times - Pemerintah Republik Indonesia (RI) telah melarang perburuan penyu serta beberapa jenis hiu dan lumba-lumba karena keberadaannya yang kian langka. Namun, ternyata masih ada nelayan-nelayan di Kabupaten Malang yang masih berburu satwa-satwa langka tersebut untuk kebutuhan ekonomis.

Fakta-fakta ini disampaikan oleh Organisasi Konservasi Lingkungan Sahabat Alam (Salam) Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi agar para nelayan berhenti memburu satwa-satwa laut dilindungi.

1. Nelayan yang melakukan perburuan satwa dilindungi disebabkan kebutuhan ekonomi yang menghimpit di rumah tangga

Ternyata Masih Ada Nelayan di Malang yang Memburu Penyu hingga HiuPengolahan ikan di TPI Sendang Biru Kabupaten Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Ketua Salam Indonesia, Andik Syaifudin mengungkapkan jika kerusakan lingkungan di laut Kabupaten Malang memang jauh menurun dibanding dahulu. Namun, saat ini masih ada beberapa nelayan nakal yang menangkap penyu, lumba-lumba, hingga hiu.

Ia mengungkapkan memang penghasilan mereka dari mencari ikan tidak sebanding dengan permintaan hewan langka. Namun, nelayan masih ada yang belum mau menggunakan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan namun memiliki fungsi ekonomis tinggi.

"Karena pemakaian rawai atau longline atau pancing 1.000 jenis alat tangkap ramah lingkungan masih belum semua nelayan menggunakan. Padahal alat pancing ini digunakan untuk menangkap ikan dengan nilai ekonomis tinggi seperti Ikan Kerapu, Kakap, sampai ikan jarang gigi dan sebagainya," terangnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (01/04/2023).

2. Pemerintah mendukung nelayan dengan membangun TPI di 14 wilayah kelompok nelayan di Kabupaten Malang

Ternyata Masih Ada Nelayan di Malang yang Memburu Penyu hingga HiuIlustrasi pengolahan ikan di TPI Sendang Biru Kabupaten Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Andik mengungkapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang melalui Dinas Perikanan juga mendukunng penguatan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di masing-masing kelompok nelayan. "Sehingga dengan timbangan ini akan tercatat tingkat produktivitas ikan. Karena selama ini belum maksimal dalam pencatatan administrasi hasil tangkapan ikan. Kemudian bantuan lain seperti perahu dan alat tangkap ikan masih dibutuhkan," tegas Andik.

Namun, kata dia, harus dipahami keterbatasan dari Dinas Perikanan Kabupaten Malang adalah dari segi jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) dan anggaran yang selalu timpang setiap tahunnya. 

"Kita juga ada Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) bentukan Dinas Kelautan Perikanan di bawah naungan desa. Mereka membantu nelayan dalam upaya konservasi kawasan pesisir yang tersebar di desa-desa sekitar Malang Selatan," tuturnya.

3. Salam Indonesia mendorong program Kampung Nelayan Mandiri agar mereka meningkatkan pendapatan dari melaut setiap harinya

Ternyata Masih Ada Nelayan di Malang yang Memburu Penyu hingga HiuNelayan di Kabupaten Malang saat merawat jaring ikan. (Dok Sahabat Alam Indonesia)

Salam Indonesia sendiri mendorong adanya program Kampung Nelayan Mandiri, salah satunya dengan meningkatkan kualitas TPI. Salam yang bermarkas di Pantai Kondang Merak telah menerapkan program ini di kampung nelayan di sana sebagai prototipe, sehingga sesuai dengan produktivitas ikan para nelayan bisa membuat mereka mengambil retribusi secara mandiri untuk membangun kelompoknya.

"Misalnya di Kondang Merak ada Rp1 juta penghasilan, dia menyetor Rp25 ribu ke kelompoknya untuk iuran. Sementara pengepul separuhnya yaitu Rp12.500. Uang ini dikumpulkan untuk membelikan jaring untuk anggotanya, memperbaiki perahu, beli perahu, beli mesin, atau membangun fasilitas lain. Tapi memang prosesnya lama karena hasil swadaya," bebernya.

Menurutnya, jika TPI sendiri sudah representatif dan layak, lokasi tersebut juga bisa menjadi tempat aktivitas dan berkumpul nelayan serta menyimpan peralatan nelayan. Tidak perlu lagi nelayan kesulitan membawa alat-alat dari rumah ke lokasi perahu yang jauh.

Baca Juga: Nestapa Nelayan Pujiharjo Malang, Musim Panen Justru Libur Melaut

4. Program-program peningkatan perekonomian nelayan di Kabupaten Malang membuat angka perburuan hewan langka kian menurun

Ternyata Masih Ada Nelayan di Malang yang Memburu Penyu hingga HiuProsesi larung saji di Pantai Sendang Biru. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Andik mengungkapkan dengan program-program untuk meningkatkan pendapatan nelayan ternyata efektif menekan angka perburuan liar di laut. Karena dengan meningkatkannya produktivitas nelayan, akan mengurangi alasan penangkapan hiu, lumba-lumba, dan penyu.

Dengan memberi bantuan alat tangkap ramah lingkungan saja menurutnya otomatis membuat hasil tangkapan ikan nelayan meningkat dari 30-35 kilogram sehari jadi 100 kilogram sampai 300 kilogram tergantung durasi mereka menangkap ikan. Misalnya untuk Ikan Tenggiri mereka bisa mendapatkan 30-100 kilogram. Para nelayan pun bisa mengantongi Rp1,5 juta sampai Rp5 juta.

"Kelompok nelayan yang didampingi Salam Indonesia memang terkonsentrasi masih di Kondang Merak, tapi nelayan Kondang Merak sekarang jadi Ketua Paguyuban Kelompok Nelayan se-Kabupaten Malang. Metode produksi di Kondang Merak mulai kita duplikasi ke seluruh kelompok nelayan," bebernya.

Ia menjelaskan kader-kader Salam Indonesia sendiri yang bergerak di masing-masing kelompok nelayan. Jadi ada yang di Pantai Ngantep, Pantai Ngliyep, Pantai Sendang Biru, dan lainnya.

5. Salam Indonesia berharap masyarakat bisa menjaga laut, karena laut akan jadi kunci ketahanan pangan Indonesia di masa depan

Ternyata Masih Ada Nelayan di Malang yang Memburu Penyu hingga HiuKetua Salam Indonesia, Andik Syaifudin. (Dok Salam Indonesia)

Pria asli Malang ini menegaskan kalau laut itu adalah masa depan negara Indonesia. Secara ketahanan pangan, laut harus dijaga. Karena semakin lestari dan dijaga, maka laut akan semakin menyejahterakan. Jadi menurutnya kalau kita menjaga laut, otomatis laut akan memberikan nilai manfaat yang kuas kepada masyarakat tanpa harus dirusak.

"Baik pemerintah dan warga tidak bisa sendiri, butuh sinergi hexahelix antar stakeholder untuk saling mengisi dan menguatkan. Baik dari pemerintah, akademisi, masyarakat, swasta, NGO/CSO/CO, dan media," pungkasnya.

Baca Juga: Nestapa Nelayan Pujiharjo Malang, Libur Melaut Justru Saat Musim Panen

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya