Musim Kemarau, Waduk di Kabupaten Madiun Mengering
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
MADIUN, IDN Times – Tiga waduk di Kabupaten Madiun, Jawa Timur yang ditangani pemerintah kabupaten mengalami penyusutan debit air secara drastis saat musim kemarau ini. Operasional untuk irigasi ribuan hektar persawahan terpaksa dihentikan untuk menghindari kerusakan bangunan waduk.
“Kalau dipaksakan dialirkan ke sawah akan merusak konstruksi waduk,’’ kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Madiun, Arnowo Widjaya, Selasa (9/10).
Baca Juga: Mumpung Masih Musim Kemarau, 6 Wisata Air di Jogja ini Patut Dicoba
1. Irigasi sawah mengandalkan dari sumur
Arnowo menjelaskan operasional tiga waduk, yakni Notopuro di Desa Duren, Kecamatan Pilangkenceng; Dawuhan di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Wonoasri; dan Saradan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan diberhentikan sejak sebulan terakhir.
Untuk irigasi sawah seluas 4.696 hektar di tiga wilayah kecamatan itu, ia menuturkan, mengandalkan 192 sumur pompa dan 104 sumur reservoir bantuan Pemkab Madiun. “Secara umum irigasi untuk sawah tidak masalah. Tapi, sebagian petani memilih menanam palawija karena kebutuhan air relatif lebih sedikit,’’ jelas Arnowo.
2. Air di waduk yang dikelola Perum Jasa Tirta juga surut
Selain tiga waduk itu, kondisi serupa juga terjadi pada Waduk Bening Widas di Desa Pajaran, Kecamatan Saradan yang dikelola Perum Jasa Tirta. Juru Pintu Waduk Bening Widas, Sulaiman, mengatakan penyusutan itu berdampak pada jumlah air yang dikeluarkan untuk irigasi sawah seluas 9.120 hektar di tiga kecamatan wilayah Kabupaten Nganjuk.
Jumlah pasokan yang dikeluarkan hanya 1,25 meter kubik per detik selama sebulan ini. Jumlah itu lebih sedikit bila dibandingkan pada waktu sebelumnya yang mencapai 2 hingga 2,5 meter kubik per detik. “Kalau musim kemarau berkepanjangan, maka November nanti sudah tidak bisa mengeluarkan air,” ujar Sulaiman.
3. Sebagian petani memilih menanam palawija
Saat pasokan air dari waduk terhenti, sejumlah petani di wilayah Kecamatan Wonoasri memilih menanam palawija. Suparman, salah seorang petani di Desa Plumpungrejo mengatakan kebutuhan air untuk tanaman kacang hijau yang dibudidayakan lebih sedikit dibandingkan padi.
“Kalau saya tetap menanam padi nanti bisa rugi. Saat kekurangan air, tanaman padi tidak bisa tumbuh sempurna,’’ kata dia.
Selama ini, petani di Desa Plumpungrejo mengandalkan pemenuhan irigasi sawah dari Waduk Dawuhan. Ketika memasuki musim kemarau, sebagian di antara mereka tidak menanam padi karena aliran air dari waduk itu dipastikan terhenti ketika musim kemarau.
Baca Juga: Angin Kencang di Kota Batu, BPBD Imbau Warga Waspadai Pohon Tumbang