Siapkan Mitigasi, BPBD Banyuwangi Petakan 10 Kecamatan Rawan Banjir

Banyuwangi punya 139 aliran sungai, masyarakat perlu peduli

Banyuwangi, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi telah memetakan kawasan rawan banjir untuk menghadapi masuknya musim penghujan pada November-Desember 2020.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Banyuwangi, Eka Muharram mengatakan, curah hujan di Bulan November-Desember ini memang diprediksi tinggi sesuai prakiraan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akibat fenomena La Nina.

BPBD Banyuwangi saat ini telah menyiapkan penanganan resiko dampak bencana banjir dengan mengidentifikasi titik rawan di Banyuwangi, sekaligus berkoordinsai dengan relawan, pemerintah daerah, Polisi dan TNI untuk penanganan darurat.

"Terkait peringatan dini kita akan masuk musim penghujan, dipicu dengan adanya fenomena La-Nina. BPBD sudah menyiapkan personal dan peralatan yang siaga 24 jam, kalau sewaktu waktu butuh penanganan darurat kita siap. Meski secara personal dan peralatan masih terbatas. Tapi kalau butuh penambahan, kami akan minta dukungan dari relawan, dari TNI, Polri," kata Eka Muharram saat dihubungi IDN Times, Jumat (13/11/2020).

1. Terdapat 30 Desa di 10 Kecamatan Rawan Banjir

Siapkan Mitigasi, BPBD Banyuwangi Petakan 10 Kecamatan Rawan BanjirIlustrasi banjir (IDN Times/Arief Rahmat)

Eka menyebut, dari hasil identifikasi, terdapat 30 desa dalam 10 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yang rawan terjadi bencana banjir. Kawasan yang masuk daftar tersebut antara lain Kecamatan Wongosorjo, Kalipuro, Banyuwangi, Blimbingsari, Kabat, Rogojampi, Muncar, Singojuruh, Siliragung, dan Pesanggaran.

Kawasan tersebut, kata Eka, masuk dalam daftar rawan bencana banjir karena berada di dataran rendah sekaligus berada di aliran sunga. Di Banyuwangi sendiri, terdapat 139 aliran sungai yang bermuara langsung ke luat.

"Titik rawan banjir di Banyuwangi itu basisnya desa. Jadi sudah kami identifikasi, ada 10 kecamatan, ada 30 desa yang dilalui sungai-sungai. Apabila terjadi curah hujan tinggi dan durasinya panjang, biasaya menimbulkan kejadian, baik bencana banjir atau genangan. Dan di masing-masing wilayah sudah ada relawan, bila ada kejadian bisa langsung memberikan laporan," terangnya.

2. Langkah mitigasi

Siapkan Mitigasi, BPBD Banyuwangi Petakan 10 Kecamatan Rawan BanjirIlustrasi banjir. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Saat ini, kata Eka, BPBD Banyuwangi telah meminta kepada Seketertari Daerah (Sekda) Banyuwangi untuk membuat surat kepada seluruh camat di Banyuwangi terkait langkah antisiapasi bila terjadi bencana banjir, longsor, pohon tumbang, angin kencang maupun banjir bandang.

"Karena kalau kejadian, yang paling depan adalah aparat pemerintah di wilayahnya. Sehingga, bagaimana antara pemerintah wilayah, baik penanganan dan penyampaian laporan, agar bisa segera ditangani. Fenomena La Nina yang bisa memicu banjir, kita butuh personal, koordinasi dan peralatan. Kalau peralatan besar kita sudah koordinasi dengan dinas pengairan, dan PU Cipta Karya, jadi sudah ter-setting, untuk penanganan peristiwa besar," paparnya.

Selain itu, BPBD Banyuwangi telah menjalin komunikasi dari berbagai relawan di daerah untuk segera melaporkan kejadian yang berkaitan dengan penanganan bencana. Respons dari laporan tersebut harus segera ditangani BPBD Banyuwangi paling lambat 30 menit.

"Kalau kejadian kecil seperti pohon tumbang, kami sudah siapkan peralatannya berikut operatornya. sekaligus menyiapkan kendarannya, agar bisa menjangkau dengan cepat di lokasi kejadian. Sementara ini kami Pusdalops, di dalamnya termasuk masyarakat, relawan, TNI, Polri, kalau ada kejadian kami cepat menerima laporan, maksimal 30 menit sudah harus ada penanganan," ujarnya.

Baca Juga: Waduk Tukul Mulai Diisi, Daerah Rawan Banjir di Pacitan Berkurang 

3. Butuh partisipasi masyarakat

Siapkan Mitigasi, BPBD Banyuwangi Petakan 10 Kecamatan Rawan BanjirIlustrasi banjir. ANTARA FOTO/Reno Esnir

Sementara itu, selain bencana banjir yang diprediksi akibat curah hujan tinggi, bencana lain seperti longsor dan berujung banjir bandang, juga rawan terjadi di Banyuwangi. Pada tahun 2018, masyarakat yang tinggal di Kecamatan Singojuruh pernah merasakan dampak banjir bandang yang merusak sejumlah rumah dan fasilitas umum. Peristiwa tersebut juga menjadi catatan penting buat BPBD Banyuwangi saat ini.

"Kalau terjadi hujan deras bisa terjadi banjir bandag. Itu rosiko tinggi terutama di wilayah tengah Banyuwangi seperti kawasan kota, Singojuruh. Itu bisa terdampak banjir bandang akibat longsor di kaki gunung," jelasnya.

BPBD Banyuwangi berharap, muncul partisipasi dari seluruh elemen masyarakat untuk mengenal dan peduli terhadap potensi terjadinya bencana. Eka mencontohkan, bila masyarakat melihat ada potensi banjir yang diakibatkan tersumbatnya gorong-gorong atau tumpukan sampah di sungai, harus segera dibersihkan secara gotong-royong. Sebab, sumber daya dari pemerintah menurutnya juga terbatas.

"Kalau sungainya dangkal, banyak sampah, gorong gorongnya tersumbat, kalau masyarakat mengenali dampaknya itu bisa terjadi banjir, mereka bisa melakukan tindakan sebagai antisipasi pengurangan resiko banjir. Karena sumber daya pemerintah juga terbatas, sehingga perlu dukungan, bantuan, partisipasi dari masyarakat," ujarnya.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pihaknya juga sudah bekerjasama dengan berbagai relawan di Banyuwangi untuk turut mensosialisasikan potensi bencana kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing.

"Kami punya banyak relawan di Banyuwangi, dan komunitas itu sudah bergerak untuk sosialisasi potensi bencana di Banyuwangi. Kami berharap, masyarakat Banyuwangi itu kenal dengan ancaman di lingkungan sekitarnya. Dengan mengenal (lingkungan), kami akhirnya bisa mengantisipasi, jadi jangan tidak peduli," katanya.

Baca Juga: Ini Daerah-daerah di Jatim yang Rawan Banjir hingga Longsor

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya