Riset Tim LPM3, 22 Persen Mahasiswa Unej Terpapar Radikalisme

Presentase tidak termasuk melakukan tindak kekerasan fisik

Jember, IDN Times - Rangkaian festival Hak Asasi Manusia (HAM) yang berlangsung di Aula Sudarman Pemerintah Kabupaten Jember, Rabu (20/11), mengangkat tema, "Strategi Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, dan Kekerasan Ekstrimisme di Dunia Pendidikan dan Media Sosial". Festival yang berlangsung sejak Selasa (19/11) digelar oleh Komnas HAM, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Jakarta, dan Pemkab Jember.

1. Persentase belum membuktikan telah melakukan kekerasan fisik

Riset Tim LPM3, 22 Persen Mahasiswa Unej Terpapar Radikalisme(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Salah satu pembicara, Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej), Akhmad Taufiq, menyebutkan, dari hasil riset timnya, 22 persen mahasiswa Unej terpapar radikalisme.

"Berdasarkan laporan studi pemetaan gerakan radikalisme yang dilakukan tim LP3M pada 2018, terdapat 22 persen yang terpapar radikalisme, yang ini diderivasi lagi, menjadi radikalisme teologis, yakni setuju dengan pengkafiran, qital, dan jihad, yaitu sejumlah 25 persen," ujar Taufik dalam keterangan tertulisnya.

Sedangkan radikalisme politis, berupa kesetujuannya pada konsep negara Islam atau khilafah sejumlah 20 persen. Ini menunjukkan betapa pentingnya semua pihak. Meskipun, persentase tersebut belum dapat dinyatakan bahwa mereka telah melakukan tindakan kekerasan fisik, baik pada diri mereka sendiri, maupun pada orang lain.

2. Hampir terjadi di seluruh PTN

Riset Tim LPM3, 22 Persen Mahasiswa Unej Terpapar RadikalismeFestival HAM yang berlangsung di Kabupaten Jember. IDN Times/Istimewa

Dalam kesempatan tersebut, Taufiq juga memberi tanggapan atas temuan riset
INFID, yang menyatakan adanya 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terpapar radikalisme. Dalam riset itu disebut bahwa radikalisme ditunjukan melalui aktivitas merakit bom, pelatihan militer, razia syariah, dan keterlibatan mahasiswa pada organisasi terlarang Hizbut Tahrir (HTI).

"Kondisi demikian ini, hampir terjadi di seluruh PTN dengan frekuensi yang berbeda. Oleh karena itu, gerakan radikalisme demikian ini sudah dapat dikategorikan terstruktur, sistematik dan massif," terangnya.

3. Butuh keterlibatan semua pihak untuk mengatasi paham radikal

Riset Tim LPM3, 22 Persen Mahasiswa Unej Terpapar RadikalismeIlustrasi gerakan melawan radikalisme. IDN Times/Sukma Shakti

Taufik kemudian merekomendasikan beberapa poin untuk mengatasi paparan radikalisme. Pertama, pentingnya secara substantif pendidikan multikultural untuk mengembangkan sikap toleransi dan inklusivitas. Selanjutnya, perlu adanya keterlibatan semua pihak, karena tidak cukup hanya melibatkan struktur berbasis negara.

"Kemudian dalam tataran perguruan tinggi, pentingnya perhatian secara khusus dan kepemimpinan yang memiliki komitmen tegas untuk tidak memberi ruang bagi tumbuhnya gerakan radikalisme di kampus," jelasnya.

Selain Taufiq, beberapa narasumber yang hadir dalam itu antara lain M. Zaki Mubarok (PPIM), Agus Muhammad (Peneliti INFID), Libasut Taqwa (Wahid Istitut), Ciciek Farha (Peneliti PVE), Tohari (AGPAII Jember), dan Budi Hartawan (BNPT).

Baca Juga: Radikalisme Sasar Anak Muda, Paling Banyak Lewat Medsos

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya