Penelitian Unej, Rata-rata Warga Jember Hanya Lulusan SD

Rata-rata lama belajar warga Jember 6 tahun

Jember , IDN Times - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), Universitas Jember menyebut, dari total 2,4 juta jiwa, rata-rata lama sekolah warga di Kabupaten Jember hanya mencapai 6,84 tahun. Lama waktu rata rata tersebut setara dengan lulusan SD.

Hal ini disampaikan Ketua LP2M Universitas Jember Prof. Achmad Subagio, saat menjadi pembicara dalam kegiatan dialog publik bertema “Wayahe Jember Bangkit” di Gedung DPRD Jember.

"Dari data yang dikaji LP2M Universitas Jember, rata-rata harapan lama sekolah warga Jember hanya 6,84 tahun. Artinya rata-rata pendidikan warga Jember adalah lulusan sekolah dasar," ujar Subagio, Kamis (4/3/2021).

1. Indeks pembangunan manusia rendah

Penelitian Unej, Rata-rata Warga Jember Hanya Lulusan SDKetua LP2M Universitas Jember Prof. Achmad Subagio. IDN Times/Istimewa

Dialog publik tersebut, dihadiri Bupati Jember, Hendy Siswanto, Ketua DPRD Jember, M. Itqon Syauqi, anggota dewan, dan sejumlah elemen masyarakat.

Lebih lanjut, Subagio mengatakan, ada banyak pekerjaan rumah bagi bupati dalam membangun Jember, sehingga perlu adanya sinergi dengan kampus di Jember. LP2M Universitas Jember sendiri telah menyiapkan konsepsi pemikiran pembangunan Jember tahun 2021-2026.

"Dari data ini perlu dicari penyebabnya, apakah warga Jember yang enggan meneruskan sekolah karena memang tidak ingin sekolah, atau justru tidak bisa sekolah karena tidak memiliki biaya,” jelas Subagio.

Lebih lanjut, Subagio mengatakan, sektor pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Jember, bila dilihat dadi angka indeks pembangunan manusia masih di angka 67,11. Angka tersebut di bawah Situbondo sebesar 67,38.

Baca Juga: Eli, Anak Buruh Tani Gurem Jember yang Jadi Sarjana Kedokteran

2. Angka kematian ibu dan bayi tertinggi se-Jatim

Penelitian Unej, Rata-rata Warga Jember Hanya Lulusan SDDialog mahasiswa, masyarakat bersama anggota dewan dan Pemkab Jember. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Selain itu, di bidang kesehatan, Jember juga menempati posisi pertama Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian Bayi (AKB) se-Provinsi Jawa Timur.

"Laju pertumbuhan ekonomi Jember di tahun 2020 juga berkontraksi minus 2,98 persen gegara pandemi COVID-19. Angka pengangguran sebanyak 3,80 persen dan jumlah penduduk miskin mencapai 9,25 persen. Angka IPM rendah menunjukkan ada masalah di sektor harapan hidup, pendidikan dan kesejahteraan warga Jember," terangnya.

Mengatasi berbagai persoalan tersebut, pihaknya menawarkan agar Pemkab Jember menggenjot investasi di industri pengolahan hasil pertanian. Harapannya mampu mendorong petani mengolah hasil panennya dan tidak lagi menjual hasil dalam bentuk produk mentah.

“Selain terkait potensi SDM-nya, adanya PTN dan PTS di Jember turut menggerakkan roda perekonomian Jember sebab banyak mahasiswanya berasal dari luar kota Jember,” ujar guru besar di Fakultas Teknologi Pertanian Unej ini.

3. Jember belum punya APBD

Penelitian Unej, Rata-rata Warga Jember Hanya Lulusan SDPasangan calon terpilih Pilkada Jember nomor urut 02 Hendy Siswanto- M Balya Firjaun Barlaman. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sementara itu Bupati Jember, Hendy Siswanto mengaku terbuka dan siap belajar bersama dengan semua pihak agar rencana yang sudah disusun dapat terlaksana. Dalam waktu dekat, pihaknya sedang berupaya agar Jember segera memiliki APBD.

“Pemkab Jember harus menyelesaikan banyak hal, di antaranya dalam waku dekat ini menetapkan APBD Jember bersama DPRD, pembenahan infrastruktur, penanganan masalah kesehatan dan membenahi birokrasi. Tentu saja kami membutuhkan masukan dan dukungan semua pihak termasuk dunia perguruan tinggi seperti Universitas Jember. Sebab untuk membangun Jember membutuhkan sinergi, kolaborasi dan akselerasi,” ujar Hendy.

Baca Juga: Angka Stunting, Kematian Ibu dan Anak di Jember Tertinggi di Jatim

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya