Pemuda Papring, Ajak Petani Aktifkan Lumbung Jagung di Tengah Pandemik

Pemuda berharap petani bisa mandiri pangan dan bibit

Banyuwangi, IDN Times - Komunitas Pemuda Papring Kreatif yang tinggal di perbatasan hutan KPH Banyuwangi Utara, Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi punya inisiatif untuk menghidupkan kembali lumbung-lumbung pangan milik petani di masa menghadapi dampak wabah virus corona (COVID-19).

Dari 1200 petani di Kampung Papring yang menanam jagung dan kacang tanah di KPH Banyuwangi Utara, para pemuda berhasil mengajak 140-an petani untuk menghidupkan kembali lumbung pangan pribadinya. Momen tersebut dilakukan pemuda saat masa panen jagung dan kacang tanah sejak Bulan Maret dan April.

1. Buat ketahanan pangan dan bibit

Pemuda Papring, Ajak Petani Aktifkan Lumbung Jagung di Tengah PandemikPetani di Banyuwangi saat menyimpan jagung di atas lumbung (jurung). Selama proses menyimpan ada tradisi tidak boleh berbicara. IDN Times/Istimewa

Koordinator Komunitas Kampung Papring Kreatif, Widie Nurmahmudy mengatakan, ide tersebut bermula ketika dia dan delapan anggota komunitasnya ingin mengetahui sejarah lumbung pangan di desanya, sekaligus membuat konten video di media sosialnya. Momen tersebut digunakan untuk berdialog mengajak petani menghidupkan kembali lumbung pangannya menghadapi dampak COVID-19. Lumbung penyimpanan jagung tersebut bernama jurung.

"Kita masing masing anggota komunitas saling berbagi dokumentasi, ngobrol dengan petani langsung di lokasi. Tanya sejarah lumbung, bukan skala desa. Kalau skala rumah tangga namanya jurung. Kami tanya kenapa jurung gak dimanfaatkan lagi, apalagi menghadapi dampak wabah saat ini, dan ternyata petani juga mendukung ide kami," ujar Widie saat dihubungi via telepon, Kamis (30/4).

Selain alasan ketahanan pangan, para pemuda berharap dengan aktifnya kembali lumbung, petani tidak lagi bingung dengan bibit yang harus di tanam di musim selanjutnya.

"Waktu musim tanam biasanya beli bibit lagi, apa gak rugi. Jadi petani ada yang baru buat lumbung lagi, ada yang sudah punya. Harapan kami bisa mengembalikan lumbung skala rumah tangga," katanya.

Para pemuda juga mengajak petani untuk menjual hasil panennya sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan. Harapannya petani bisa mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan dengan tidak tidak menjual dalam jumlah banyak.

"Tiap bulan keluarkan berapa kilogram, dijual dicicil, selama pandemi. Kalau langsung dijual semua takutnya gak bisa mengelola keuangannya, habis, bingung lagi. Prinsipnya orang kalau punya cadangan makanan tidak akan takut lapar, pikirannya ayem dan tentram," ujarnya.

2. Terdapat 140 petani yang menghidupkan kembali lumbung

Pemuda Papring, Ajak Petani Aktifkan Lumbung Jagung di Tengah PandemikJagung disimpan tetap dengan selaput buahnya. Petani di Papring akan menghitung semua hasil panennya jagungnya sebelum dinaikkan ke lumbung, bukan dengan satuan berat. IDN Times/istimewa

Saat ini, kata Widie, dari 1200 petani di kampungnya, 840 di antaranya menanam jagung, sisanya menanam kacang. Tidak hanya jagung, kacang pun saat ini juga disimpan di lumbung.

"Dari jumlah tersebut yang sudah kami data, ada 140 petani yang menyimpan hasil panennya ke jurung, tidak dijual. Dan ada 70 petani yang baru membuat lagi jurungnya karena yang lama sudah rusak," ujarnya.

Lumbung-lumbung pangan tersebut disimpan 2-3 meter di atas tungku memasak dengan cara ditimbun di atas papan kayu maupun bambu.

"Jadi selaput jagungnya tetap tidak dikupas, tetap utuh langsung di taruh di para para di atas tungku. Karena asapnya tungku memasak bisa mengawetkan jagung dan kacang itu," ujarnya.

3. Bisa meminimalisir peran tengkulak

Pemuda Papring, Ajak Petani Aktifkan Lumbung Jagung di Tengah PandemikPara anggota Komunitas Kampung Papring Kreatif. IDN Times/Istimewa

Salah satu petani yang kembali mengaktifkan lumbung jagung yakni, Asnoto (50) mengatakan bahwa upaya ini cukup membantu mereka. Ia kini bisa memiliki persedian pangan. Hasil panen jagungnya 80 persen disimpan di lumbung, dan sisanya dijual.

"Jagung dijual sedikit sedikit. 80 persen disimpan, sisanya dijual. RT lain juga lakukan hal sama," kata Asnoto.

Alasan menyimpan hasil panen kali ini, kata Asnoto kembali bisa dirasakan karena tengkulak yang biasanya membeli semua hasil panen petani pada musim panen kali ini tidak datang. 

"Tengkulak kali ini tidak datang, seperti tahun dulu, mungkin pasar lagi jatuh terdampak wabah ini. Penyimpanan saat ini tidak hanya untuk bibit tapi juga bekal selama masa pandemik dan sampai masa tanam selanjutnya," ujarnya.

Saat ini, kata Asnoto, harga jagung yang sudah dipisahkan dari batang buah Rp3.500-6000 per kilogram. Kemudian Rp1400-1500 untuk jagung yang belum dipisahkan dari batang buah.

Baca Juga: Upaya Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia Melalui Program Serasi 

4. Ubah stigma bahwa jagung makanan orang tak mampu

Pemuda Papring, Ajak Petani Aktifkan Lumbung Jagung di Tengah PandemikKomunitas Kampung Papring Kreatif saat bersama petani di desanya. IDN Times/Istimewa

Abdul Hadi petani lain yang juga kembali mengaktifkan lumbung di rumahnya mengatakan, kebiasaan masyarakat mengkonsumsi jagung saat ini sudah mulai tinggi. Hal ini seiring berkurangnya stigma makan nasi bercampur dengan jagung merupakan warga dari kalangan tidak mampu. Bahkan, banyak orang dari luar kampungnya yang memesan nasi jagung.

"Jagung dicampur nasi. Dulu tahun 1970-1980 an orang makan jagung imagenya orang miskin dan makan nasi putih identik orang mampu. Kalau sekarang, banyak orang mulai bangga makam nasi jagung. Karena orang yang datang dari luar kota rata rata minta nasi jagung. Dari situ warga tidak lagi gengsi makan nasi jagung," kata Hadi.

Satu jurung atau lumbung milik Hadi bisa menampung hingga 2000 biji jagung. Warga tidak menggunakan satuan berat untuk mengukur kapasitas muatan di lumbungnya.

"Hitungannya bukan kilo atau kuintal, jadi satu jurung milik saya ini isinya kemarin saya hitung ada 2.150 jagung," ujarnya.

Baca Juga: [BREAKING] PSBB Hari Pertama, Surabaya Masih Lumbung Kasus COVID-19

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya