Hingga Awal Februari, Terdapat 13 Orang Pasien DBD di Banyuwangi

Menekan sebaran DBD, ada program Ceples Nyamuk

Banyuwangi, IDN Times -  Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi mencatat, sejak awal tahun 2019, terdapat 13 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Untungnya, hingga kini belum ada korban jiwa yang dilaporkan.

1. Trennya terus menurun sejak 4 tahun terakhir

Hingga Awal Februari, Terdapat 13 Orang Pasien DBD di BanyuwangiIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Kasie Penanggulangan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Banyuwangi, Sudarto Setyo menjelaskan, sejak empat tahun terakhir, kasus DBD di Banyuwangi cenderung mengalami penurunan.

"Kami terus melakukan giat pemberantasan sarang nyamuk (PSN), baik ada maupun tidak ada kasus. Mulai dari Januari sampai Februari 2019, ada 13 belas kasus. Belum ada yang meninggal," kata Sudarto, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (8/2).

 

2. Ada tiga korban jiwa tahun lalu

Hingga Awal Februari, Terdapat 13 Orang Pasien DBD di BanyuwangiIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sementara itu, pada tahun 2018, di Banyuwangi terdapat 34 warga yang terkena DBD. Dari jumlah tersebut, tiga diantaranya meninggal. "Tahun 2018 ada 34, yang meninggal tiga. Kalau di Tahun 2017 kasusnya lebih tinggi," katanya.

Sudarto mengatakan, tiga orang yang meninggal terkena DBD salah satunya, kurangnya pemahaman gejala dan penanganan.

"Satu diantaranya, sebenarnya sudah tertangani. Setelah empat hari, demamnya turun, dikira sudah membaik. Sama pihak keluarga dibawa pulang, tidak tahu kalau itu fase kritis," jelasnya.

Baca Juga: Kasus Demam Berdarah, Jatim Peringkat Kelima Nasional

2. Galakkan program ceples nyamuk

Hingga Awal Februari, Terdapat 13 Orang Pasien DBD di BanyuwangiUnsplash/Armen Chlchatian

Sejak 2010, pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggiatkan program Ceples Nyamuk, atau dalam 60 menit memberantas sarang nyamuk. Program Ceples nyamuk yang melibatkan pemerintah kabupaten sampai desa, kader posyandu sampai masing masing warga.

Lewat program tersebut, secara serentak dan terus menerus warga menguras genangan air, menutup dan mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Program Ceples Nyamuk, dinilai efektif memerangi perkembangan vektor DBD.

"Bukan kita yang bersihkan, tapi dibersihkan sendiri, secara serentak dan rutin. Kami juga mengingatkan kembali di setiap puskemas untuk menggerakan ceples nyamuk, karena tahun 2019 ada indikasi peningkatan kasus," paparnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga menggalakkan program nasional Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di setiap rumah. Program Jumantik dilakukan dengan sosialisasi di sekolah-sekolah.

"Satu rumah satu jumantik untuk menggerakkan masyarakat. Gerakan dimulai dari keluarga, satu orang menjadi pemantau jentik dari rumahnya sendiri. Kalau ada jentik dia akan melapor ke petugas puskesmas, kemudian dilanjut penyelidikan, dan akan ada tindakan, pemberantasan sarang nyamuk," jelasnya.

4. Satu wilayah sudah di-fogging

Hingga Awal Februari, Terdapat 13 Orang Pasien DBD di BanyuwangiANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

 

Sudarto melanjutkan, dari 13 kasus warga yang terkena DBD, terjadi merata di hampir setiap kecamatan. Pihaknya baru melakukan fogging nyamuk di Desa Kedung gebang, Kecamatan Tegaldlimo, karena terdapat dua warga yang terkena DBD dengan jarak berdekatan.

"Itu satu dusun yang kena, makanya dilakukan fogging. Untuk melakukan itu ada syarat syaratnya. Seperti sekitarnya ada gejala panas. Dan kemudian kalau ada kematian. Jadi itu upaya menekan populasi nyamuk, supaya tidak terjadi penularan penderita," ujarnya.

Cara fogging, katanya, meruapakan salah satu cara yang kurang efektif memberantas perkembangan nyamuk vektor DBD.

"Karena yang mati bukan nyamuk saja. Binatang lain bisa kena juga, seperti serangga. Jadi bisa mengganggu keseimbangan ekosistem. Kalau kadar fogging dikurangi dia (nyamuk) bisa punya imunitas, tambah bahaya," jelasnya.

Baca Juga: Jumlah Kasus Demam Berdarah Tertinggi, Dua Camat 'Dihukum' Risma

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya