Buku dan Kitab Suci Hindu di Banyuwangi Dirusak Orang Tak Dikenal

Warga enggan terprovokasi

Banyuwangi, IDN Times - Warga Dusun Sambirejo, Desa Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi dikagetkan dengan perusakan sejumlah buku pelajaran dan kitab suci agama Hindu di ruang Pasraman Purwa Dharma 6. Kabar tersebut sempat menjadi perbincangan di media sosial, Selasa (4/2).

1. Perusakan terjadi pada 29 Januari 2020

Buku dan Kitab Suci Hindu di Banyuwangi Dirusak Orang Tak DikenalSejumlah buku, kitab dicoret, digunting hingga diobrak abrik oleh orang tak dikenal. IDN Times/Istimewa

Kepala Pasraman Gatot Witoyo menceritakan, perusakan buku dan kitab suci Hindu itu terjadi pada Rabu, 29 Januari lalu. Pasraman tersebut biasa dipakai sebagai tempat belajar agama Hindu oleh masyarakat Sambimulyo.

"Kemarin itu diobrak-abrik, sebagian peralatan dicorat-coret, dan beberapa buku serta kitab suci itu disobek, digunting. Sepertinya pakai cutter,," ungkap Gatot saat dihubungi IDN Times, Selasa malam (4/2).

Gatot menambahkan, terdapat puluhan buku pelajaran dan buku tulis yang di potong-potong. Lima buah kitab Hindu seperti Atharwaweda, Pancaweda, Bhagawad Gita, Regveda, hingga Yajurveda tak luput dari sasaran perusakan. Selain itu, pelaku juga mencoret meja, papan tulis, dan dinding.

"Yang dicorat-coret itu meja, kursi sama papan tulis, sama sebagian kecil tembok-tembok. Kemudian yang di-cutter paling banyak itu buku tulis, buku pelajaran anal-anak, karena ditaruh di situ. Sama ada lima kitab suci. Yang ditaruh sedikit di situ kitab sucinya, yang lain ditaruh di masing masing umat. Jadi rata-rata disobek dan dikasih tinta," terangnya.

2. Selama ini kerukunan umat beragama di Sambimulyo sangat kuat

Buku dan Kitab Suci Hindu di Banyuwangi Dirusak Orang Tak DikenalWarga saat memeriksa kondisi buku pelajaran dan kitab yang dirusak. IDN Times/Istimewa

Mengetahui kabar tersebut, tokoh masyarakat dan umat Hindu tidak mau terprovokasi dan memecah belah kerukunan antar umat beragama di sana.

"Kerukunan umat beragama di Sambimulyo itu bagus, di sini ada Islam, Kristen, Hindu. Masyarakat Sambimulyo terkenal toleransinya tinggi kekompakan masyarakatnya," kata Gatot.

Dia melanjutkan, toleransi tersebut biasa terjalin di kehidupan sehari-hari. Pun demikian apabila momentum hari-hari besar. Kendati berbeda agama, masyarakat Sambimulyo tak segan untuk saling membantu.

"Misalnya kalau di umat Hindu itu ada yang membangun Pura, umat muslim juga bantu. Sebaliknya kalau umat Muslim bangun masjid, kami (umat Hindu) juga bantu. Kemudian kalau ada kegiatan pengajian, kami jaga keamanan dengan mengeluarkan Pecalang, sebaliknya kalau umat Hindu mengadakan acara keagamaan, Banser juga terlibat menjaga di sana," paparnya.

Baca Juga: Cari Kuliner Tionghoa di Banyuwangi? Kunjungi Klenteng Hoo Tong Bio

3. Tak terpantau CCTV, belum berniat lapor ke polisi

Buku dan Kitab Suci Hindu di Banyuwangi Dirusak Orang Tak DikenalIlustrasi CCTV. IDN Times/Mia Amalia

Hingga saat ini Gatot maupun warga Sambimulyo belum melaporkan kejadian itu ke polisi. Dia masih ingin mencari tahu terlebih dahulu siapa yang melakukan perbuatan itu.

"Jadi tempatnya itu memang jarang dipakai, terutama saat malam hari dan pagi hari. Dipakainya hanya pas sore hari, mulai jam 14.00 WIB. Sementara ini masih kami pelajari dulu, kalau misalkan yang merusak orang gila ya gak enak kita mau lapor polisi," katanya

"Harapan kami, menjaga toleransi antar umat beragama di Banyuwangi, khususnya di Sambimulyo terjaga dengan baik," sambungnya.

Di depan Pasraman, kata Gatot, terdapat CCTV milik tetangga. Dia sudah mengecek dan tidak menemukan ada pelaku yang masuk. Ia menduga, pelaku masuk dari belakang lewat jendela. Setelah persitiwa ini, pihaknya bakal memberi teralis besi di jendela, supaya tidak terjadi kembali kejadian serupa.

"Sepertinya (pelaku) sudah tahu kondisinya, paham sekali dia," terangnya.

Sebelum ini ruang Pasraman juga pernah dua kali dimasuki orang tidak dikenal tahun lalu. Namun, tidak sampai terjadi perusakan.

"Jadi total sudah tiga kali ini. Yang pertama hanya masuk saja, yang kedua masuk tidak merusak, yang ketiga ini merusak," katanya.

4. Pluralisme harus tetap dijaga

Buku dan Kitab Suci Hindu di Banyuwangi Dirusak Orang Tak DikenalIlustrasi buku. IDN Times/Rochmanudin

Sementara itu, Eko Prasetyo, warga Desa Sambimulyo sekaligus guru Pendidikan Agama Hindu juga berharap agar masyarakat tidak terprovokasi.

"Saya sebagai pendidik agama Hindu di SMA, menginginkan situasi kondusif, aman damai, apalagi ini urusan agama. Pluralisme harus tetap dijaga. Gak tahu ini orang gila atau gimana, yang penting kami ingin kondusif," terangnya.

Eko pernah menjadi pengajar di Pasraman. Dia menerangkan, aktivitas belajar mengajar di sana berlangsung setiap hari Minggu pagi atau sore. Selain hari Minggu, ruang Pasraman sering kosong dan tidak dijaga. Ia juga sering melihat orang yang diduga gila tidur di halaman Pasraman.

"Jadi ruangannya sering kosong, isinya buku-buku sama almari dan tidak ada yang jaga. Cuma indikasinya, asrama itu sering dibuat tidur orang gila. Takutnya orang gila yang melakukan (perusakan) itu," jelasnya.

Baca Juga: Perusakan Stadion GBT, Khofifah: Malu Rek!

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya