Nyala Literasi di Rumah Baca Kampung 1001 Malam

Sepi semenjak pandemik

Surabaya, IDN Times - Rumah baca itu terletak di pemukiman bawah tol Dupak Surabaya yang disebut juga Kampung 1001 Malam. Pendirinya menamai Rumah Baca dan Bermain Sahabat Bintang.

Siti Rahayu adalah penjaga rumah baca itu. Ia nampak beberes ketika IDN Times mendatanginya, Kamis (7/4/2022).

Ayu, sapaannya mempersilakan kami masuk dan melihat rumah baca berukuran kurang lebih 2X3 meter itu. Suasana di dalamnya lebih mirip gudang ketimbang rumah baca.

1. Memiliki berbagai koleksi buku

Nyala Literasi di Rumah Baca Kampung 1001 MalamRumah baca dan Bermain Sahabat Bintang yang berada di Kampung 1001 malam. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Ayu mengatakan, rumah Baca Sahabat Bintang di bangun tahun 2015. Seorang bernama Lintang adalah inisiator rumah baca itu. Sedangkan Ayu sebagai warga kampung 1001 malam, kemudian yang membantu Lintang menyiapkan tempat.

"Itu lah namanya Rumah Baca dan Bermain Sahabat Bintang, anak-anak tidak bisa menyebut nama Lintang, bisanya Bintang, buku-buku ini dari Lintang, Lintang juga yang mencarikan donatur untuk rumah baca ini," ujarnya.

Ada berbagai koleksi buku di rumah baca itu, mulai buku tulis, buku paket pelajaran sekolah, hingga buku-buku cerita anak. Jika ada anak di kampung tersebut yang tak bisa membeli buku paket sekolah, maka Ayu lah yang mengarahkan orang tua untuk meminjam saja di rumah baca.

"Di sini kan banyak yang orang tuanya tidak mampu, jadi ketika buku sekolahnya ada yang sama, saya pinjamkan, saya suruh bawa," ungkap Ayu.

Baca Juga: Sejarah Penyebaran Islam di Surabaya 

2. Rumah baca menjadi semangat anak bersekolah

Nyala Literasi di Rumah Baca Kampung 1001 MalamRumah baca dan Bermain Sahabat Bintang yang berada di Kampung 1001 malam. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Dulu tempat tersebut ramai. Ada banyak mahasiswa datang untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak. 3 hari dalam seminggu mereka datang sambil membawa bingkisan.

"Kakak-kakak mahasiswa ngajari anak-anak pelajaran sekolah. Juga sambil bermain," katanya.

Biasanya ayu menjadwal kedatangan mereka. Ayu juga menjadwal anak-anak yang datang ke rumah baca.

"Banyak yang datang, tapi saya rooling, di sini kan juga anaknya banyak ada 160an. Nah kapasitas di sini hanya 30 anak. Jadi kakak-kakak mahasiswa saya jadwalkan, sekarang ini besok itu," sebut Ayu.

Ia menuturkan, semenjak ada rumah baca itu, anak-anak di Kampung 1001 malam menjadi semangat bersekolah. Salah satunya adalah Rohim.

"Rohim itu anak yatim piatu, dia putus sekolah. Tapi karena sering main ke sini dan tak tawari sekolah, Rohim mau, akhirnya tak carikan donatur," ungkap Ayu.

Di rumah baca itu, anak-anak bukan hanya belajar tapi juga bermain. Para donatur sering kali datang juga sering membawa mainan.

Banyak juga orang-orang yang datang mendonasikan peralatan sekolah. Seperti buku tulis, tempat pencil hingga meja belajar.

"Kalau ada orang sini yang minta pencil, buku ya saya kasih, karena ini kan memang dari donatur untuk anak-anak sini," jelasnya.

Baca Juga: Program Kesehatan Gratis Pemkot Surabaya Banyak Dikeluhkan

3. Terbengkalai karena pandemik

Nyala Literasi di Rumah Baca Kampung 1001 MalamRumah baca dan Bermain Sahabat Bintang yang berada di Kampung 1001 malam. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Sayangnya, semenjak pandemik Rumah Baca Sahabat Bintang menjadi terbengkalai. Tak ada lagi mahasiswa yang datang.

"Sekarang ya sepi, gak ada yang ke sini," tuturnya.

Anak-anak juga tidak lagi ada yang mendampingi belajar. Padahal belajar secara daring seperti sekarang ini anak-anak justru butuh pendampingan.

"Kemarin itu ada anak yang ketinggalan pelajaran, karena gak punya Hp, tapi sekarang sudah sekolah lagi (luring) cuma ya ketinggalan jauh," ucap Ayu.

Ayu tak berharap banyak. Ia hanya ingin anak-anak di Kampung 1001 malam bisa terus bersekolah dan tidak putus. "Ya saya harapannya cuma satu sih, pokoknta anak-anak bisa terus sekolah aja," harap Ayu.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya