Batik Wistara Surabaya, Batik Sunyi Tak Bersuara

Batik wistara juga membuat kelas membatik bagi anak difabel

Surabaya, IDN Times - Tangan Basuki (37) lincah merangkai potongan kain batik satu dengan kain batik lainnya. Penyandang difabel tuli itu sudah delapan tahun bekerja di Batik Wistara, sebuah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) rumah batik di Surabaya.

Basuki tak sendiri, ia bekerja bersama istrinya yang juga penyandang difabel tuli di Batik Wistara. Keduanya bertemu saat bekerja di rumah batik itu. Dalam sehari, Basuki mampu mengerjakan 10 baju batik.

1. Batik Wistara memberdayakan difabel tuli

Batik Wistara Surabaya, Batik Sunyi Tak BersuaraBatik Wistara Surabaya, rumah batik yang memberdayakan difabel tuli. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Batik Wistara memang sengaja memberdayakan orang seperti Basuki. Tujuannya agar mereka bisa mendapatkan kesempatan yang sama. "Di kami saat ini ada 8 orang yang bekerja, semuanya difabel tuli," kata pengelolah Batik Wistara, Sunarmi saat ditemui, Sabtu (1/10/2022).

Sunarmi mengatakan, pemilik Rumah Batik tersebut, Aryo Setiawan awalnya mempekerjakan orang biasa, bukan penyandang difabel. Namun, pada satu waktu ada penyandang difabel daksa datang ke Batik Wistara.

"Dia datang ke kami, dia cerita kalau dia ditolak kerja dimana-mana, kami kasian, akhirnya kami pekerjakan," ungkapnya. 

Dari situ, akhirnya Batik Wistara hanya menerima pekerja dari penyandang difabel. Semua pekerja di Batik Wistara berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, Batik Wistara memberi mereka tempat tinggal.

"Mereka kebanyakan dari UPTD Dinas Sosial yang di Bangil itu. Jadi sebelum di sini (Batik Wistara) mereka sudah punya keterampilan dari sana," ujar Sunarmi. Sunarmi menuturkan, tak jarang para penyandang difabel itu datang karena memiliki masing-masing. Ada yang dikucilkan, hingga tak diterima keluarganya. "Tapi kami coba untuk membuat mereka bisa mandiri," ucapnya.

Bahkan, sejumlah pekerja yang sudah tak lagi bekeria di Batik Wistara pun, membuat usaha sendiri. "Ada yang buka usaha permak," imbuh dia.

2. Batik Wistara memiliki motif Suroboyoan

Batik Wistara Surabaya, Batik Sunyi Tak BersuaraBatik Wistara Surabaya, rumah batik yang memberdayakan difabel tuli. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Lebih jauh, Sunarmi menjelaskan tentang motif batik Wistara. Batik tersebut lebih banyak menggunakan motif batik khas Surabaya atau Suroboyoan.

"Ada motif semanggi, ada Tugu Pahlawan, ada motif Suro dan Boyo," jelas Sunarmi.

Batik di Wistara adalah batik cap. Batik cap dipilih karena batik tersebut tidak mudah luntur serta kualitas dan harga pun seimbang. "Jadi pelanggan balik lagi," kata Sunarmi.

Baca Juga: Batik Daliwangun, Cerit Rakyat Lamongan Lolos dari Kejaran Belanda

3. Batik Wisata pernah dipamerkan di Jepang

Batik Wistara Surabaya, Batik Sunyi Tak BersuaraBatik Wistara Surabaya, rumah batik yang memberdayakan difabel tuli. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Sejak 2010 awal pertama didirikan kini pelanggannya sudah dari mana-mana. Mulai dari instansi pemerintahan, swasta, BUMD hingga pelanggan perseorangan.

"Kita ini bahkan sedang mengerjakan 1200 pesanan dari Pemkot Surabaya, PLN, dan PDAM," terangnya. Bukan hanya di Indonesia, Batik Wistara juga pernah di pamerkan di Jepang. Peminarnya pun lumayan.

"Pernah dipamerkan di Jepang, yang beli ya lumayan banyak," tutur Sunarmi. Sukses dengan usaha Batik, kini selain memberdayakan difabel untuk berkerja di Batik Wistara, Wistara juga membuka kelas membatik untuk anak-anak penyandang difabel. "Agar mereka juga bisa memiliki keterampilan," tandas Sunarmi.

Baca Juga: Kain Batik Gringsing Banyuwangi Milik Haidi, Diwariskan 5 Generasi

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya