Surabaya Panas "Kentang-kentang", Rupanya Akibat Ini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Warga Surabaya akhir-akhir ini merasakan kota Pahlawan begitu "membara". Suhu maksimum di siang hari bahkan mencapai 37 derajat celcius. Rupanya, kenaikan suhu ini dipengaruhi pergerakan semu matahari di tengah musim kemarau.
1. Suhu udara naik karena gerak semu matahari
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Juanda Surabaya, Ahmad R Huda menjelaskan bahwa kenaiakan suhu udara di Jawa Timur utamanya Kota Surabaga berkaitan dengan fenomena Kulminasi Utama 2 tahun 2019. Fenomena Kulminasi Utara 2 ini merupakan gerak semu matahari ke arah selatan.
"Karena posisi matahari tepat berada di atas kepala di mana merupakan posisi terdekat dengan kita," jelasnya ketika dikonfirmasi IDN Times, Sabtu (5/10).
2. Panas sampai 37 derajat celcius bisa bikin dehidrasi
Ahmad menuturkan bahwa suhu udara rata-rata di Kota Surabaya normalnya 33 hingga 34 derajat celcius. Namun belakangan ini hingga puncaknya pada 12 Oktober nanti, suhu di Kota Surabaya akan meningkat hingga 37 derajat celcius.
"Perlu diwaspadai peningkatan suhu berkisar 0,5-1 C dari normalnya terutama di siang hari yang berpotensi menyebabkan dehidrasi," imbuhnya.
Baca Juga: Polisi Selidiki Gundukan Pasir Panas yang Diduga Mengandung Limbah B3
3. Akan berakhir sekitar awal November
Lalu sampai kapan Surabaya akan "panas kentang-kentang"? Ahmad memperkirakan kondisi ini akan berakhir seiring datangnya musim penghujan. Dalam jadwalnya, musim penghujan di Kota Surabaya diperkirakan mulai Bulan November dasarian III.
"Diperkirakan masa peralihan terjadi pada bulan akhir oktober maupun hingga november jadi potensi terjadi hujan masih ada," lanjutnya.
Baca Juga: Kepanasan dan Dehidrasi, Peserta "Surabaya Menggugat" Bertumbangan