Polemik Dokter Residen Unair Terpapar COVID-19, Begini Kata Kampus

Terpapar karena sering bertemu pasien COVID-19

Surabaya, IDN Times - Temuan belasan hingga puluhan dokter residen Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang terpapar COVID-19 menjadi perhatian nasional. Berbagai penyebab terpaparnya para dokter residen disebut-sebut mulai minimnya Alat Pelindung Diri (APD) hingga jam kerja berlebihan hingga membuat mereka kelelahan.

Namun Dekan FK Unair, Soetojo menyangkal seluruh dugaan tersebut. Ia mengatakan bahwa penyebab penularan COVID-19 di lingkungan dokter residen sama seperti dokter lainnya yang menangani pasien COVID-19 di rumah sakit.

1. FK Unair miliki 1.700 dokter residen

Polemik Dokter Residen Unair Terpapar COVID-19, Begini Kata KampusPoli paru RSUD Dr. Soetomo. IDN Times/Bayu D. Wicaksono

Soetojo menyebutkan bahwa terdapat 1.700 dokter residen atau mereka yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Akan tetapi ia tidak menyebutkan berapa dokter residen yang terlibat dalam penanganan pasien COVID-19 di RSUD Dr. Soetomo serta berapa banyak dokter residen yang sudah terpapar COVID-19 bahkan sampai meninggal.

"Ada Spesialis patologi klinis, mikrobiologi, paru-paru, anastesi, penyakit dalam, radiologi, dan obgyn," ujar Soetojo saat memperkirakan prodi apa saja yang terlibat dalam penanganan pasien COVID-19, Selasa (30/6).

Sementara Soetojo menambahkan bahwa seluruh dokter residen dari FK Unair memang dipusatkan di RSUD Dr. Soetomo. Tidak ada lagi dokter residen di daerah lain seperti Madiun, Gresik, dan Sanglah. Oleh karena itu penularan COVID-19 di kalangan dokter residen FK Unair kemungkinan besar berasal dari RSUD Dr. Soetomo.

2. Sebut dokter residen tertular COVID-19 sebagai fenomena sama seperti warga lainnya

Polemik Dokter Residen Unair Terpapar COVID-19, Begini Kata Kampus(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Soetojo menanggap bahwa penyebab para mahasiswanya terinfeksi virus corona sama dengan penyebab infeksi pada dokter lainnya. RSUD Dr. Soetomo merupakan rumah sakit rujukan utama COVID-19 di Jatim dengan kepadatan yang luar biasa. Dengan banyaknya interaksi bersama pasien COVID-19, maka menurut Soetojo, risiko terpapar COVID-19 adalah hal yang sangat mungkin.

"Terpapar karena rumah sakit ini kasusnya banyak otomatis karena sering menangani ya kena karena risikonya besar. Kalau di rumah sakit yang kasusnya sedikit hanya satu dan dua ya kemungkinan terpapar kan sedikit," tuturnya.

3. Bantah ada kekurangan APD

Polemik Dokter Residen Unair Terpapar COVID-19, Begini Kata KampusKunjungan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sekaligus penyerahan bantuan APD di FK Unair, Selasa (30/6). IDN Times/Fitria Madia

Ia membantah bahwa para dokter residen kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) atau pun mendapat APD dengan kualitas rendah. Pihak kampus selalu menyediakan APD bagi para dokter residen yang berasal dari bantuan pemerintah dan pihak swasta maupun pengadaan mandiri oleh pihak kampus. Menurutnya, para dokter residen juga tidak diperbolehkan untuk menangani pasien tanpa APD.

"Selama ini APD-nya lengkap. Menurut saya sih tertib semua pakai APD. Pasti ada APD-nya.

Bantahan soal minimnya APD sebelumnya juga disampaikan oleh Ketua Gugus Kuratif Gugus Tugas Jatim, Joni Wahyuhadi. Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSUD dr. Soetomo itu menegaskan bahwa RSUD dr. Soetomo tidak pernah kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga kesehatannya (nakes). Sebab bantuan tersebut terus mengalir, dari Pemprov Jatim, donatur hingga Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Kami memikirkan kawan-kawan di RS Darurat (Lapangan). RS Darurat itu rumah sakit yang bukan rujukan, di luar yang 99 rumah sakit rujukan, yang punya WA grup. Kasihan RS Darurat itu, dia harus diperhatikan APD-nya. Karena banyak juga pasien ke situ. Kami nanti serakah kalau semua-semuanya kami anu (terima). Iya kan?" ungkapnya, dalam konferensi pers Senin (29/6).

"Jadi selama kami masih cukup, dari bantuan yang ada, ya sudah kami masih cukup. Daftar kami masih ada puluhan ribu APD," dia menambahkan.

4. Durasi jaga telah diatur 8 jam sehari

Polemik Dokter Residen Unair Terpapar COVID-19, Begini Kata KampusCrisis Center di RS Unair. IDN Times/Tarida Alif

Selain itu, Soetojo mengatakan bahwa saat ini jadwal praktik para dosen residen di RSUD Dr. Soetomo telah diatur dan dibatasi durasinya selama 8 jam sehari. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan para dokter residen dari kelelahan sehingga rentan terkena penyakit termasuk COVID-19.

"Kita atur supaya gak overload. 8 jam jaga. Karena dia istirahatnya butuh. Dulu sebelum ada COVID-19 tidak seperti itu.
Diharapkan ppds itu banyak istirahatnya juga, kesehatan, gizi, dan lain-lain," ungkapnya.

Namun Soetojo enggan menjelaskan apakah kebijakan durasi jaga 8 jam ini sudah diterapkan sejak awal pandemik COVID-19 atau merupakan hasil evaluasi setelah banyak dokter residen tumbang.

5. Dokter residen rencananya akan dikirim ke rumah sakit zona hijau

Polemik Dokter Residen Unair Terpapar COVID-19, Begini Kata KampusSuasana di RSUD dr.Soetomo. IDN Times/Bayu D. Wicaksono

Namun untuk rencana selanjutnya, Soetojo ingin menyebar dokter residen ke rumah sakit-rumah sakit dengan angka pasien COVID-19 rendah. Ia ingin meminimalisir risiko kembali terjadinya dokter residen terpapar COVID-19.

"Kita sebenarnya ada rencana memberikan ke rumah sakit yang sudah hijau. Rencananya dalam era new normal PPDS akan kita kirim ke rumah sakit yang hijau. Karena aman, risikonya aman. Dia kan proses pendidikan harus ke rumah sakit. RSUD Dr. Soetomo kan full dan crowded," ungkapnya.

Sebelumnya, seluruh dokter residen dipusatkan di RSUD Dr. Soetomo pada masa awal pandemik COVID-19 memasuki Jawa Timur. Para dokter residen dikerahkan untuk menjadi tenaga bantuan di rumah sakit tersebut.

Baca Juga: Risma Serahkan Bantuan APD ke FK Unair, untuk Nakes RSUA dan PPDS

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya