Kota Surabaya Belum Level 1 karena Pasien dari Daerah Lain

Pasien di RS Surabaya banyak dari daerah lain

Surabaya, IDN Times - Kondisi COVID-19 di Kota Surabaya rupanya semakin membaik. Namun, asesmen situasi berdasarkan Kementerian Kesehatan RI masih berada di level 2. Menurut pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), satu faktor penghalang level 1 untuk Kota Surabaya adalah jumlah pasien COVID-19 yang masih rawat inap di rumah sakit. Padahal, pasien-pasien ini merupakan kiriman dari daerah-daerah lain.

1. Jumlah pasien di RS lebih banyak daripada kasus aktif

Kota Surabaya Belum Level 1 karena Pasien dari Daerah LainEpidemiolog Universitas Airlangga Dr. Windhu Purnomo saat di Forum Group Discussion dengan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi secara virtual. Tangkapan layar.

Hal ini disampaikan oleh Epidemiolog Unair, Dr. Windhu Purnomo. Ia memaparkan, pasien COVID-19 yang dirawat di RS di Kota Surabaya jumlahnya melebihi jumlah pasien terkonfirmasi positif. Bahkan, dalam satu pekan, selisih yang terjadi mencapai 462 kasus.

Selisih jumlah pasien di RS dan jumlah kasus aktif ini cukup aneh dan menjadi anomali data untuk Kota Surabaya. Anomali ini kemudian membuat level asesmen Surabaya tak kunjung turun.

"Pelaporan di Kemkes ini masih pakai dasar di RS. Tapi gak dipilah. Pokoknya yang dilaporkan sekian di Kota Surabaya, padahal gak dipilah," ujar Windhu dalam rapat virtual bersama Satgas COVID-19 Kota Surabaya, Rabu (15/9/2021).

Baca Juga: Akhirnya, Tiga Polisi Pesta Narkoba di Surabaya Disidang Besok

2. Pasien di Surabaya banyak dari daerah lain

Kota Surabaya Belum Level 1 karena Pasien dari Daerah LainDiskominfo Jatim

Padahal, lebih lanjut, jumlah pasien di RS ini menjadi salah satu indikator penentuan asesmen level oleh Kemenkes. Namun, pasien yang dimaksud di RS tidak memandang daerah asal pasien. Pasien yang dirawat di Kota Surabaya kebanyakan merupakan kiriman dari luar daerah. Apalagi, beberapa RS di Surabaya menjadi rujukan utama di wilayah Indonesia Timur.

"Di kota-kota besar lain juga kasus rawat inapnya lebih besar dari kasus konfirmasinya karena jadi rujukan daerah-daerah lain. Kota Mojokerto, Kota Malang, Kota Madiun. Itu pasti besar," tutur Windhu.

3. Bahkan RS di Surabaya dipenuhi oleh pasien dari luar daerah

Kota Surabaya Belum Level 1 karena Pasien dari Daerah LainIlustrasi rumah sakit. IDN Times/Arief Rahmat

Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita memberikan data terbaru mengenai keterisian rumah sakit di Kota Surabaya. Setelah pihak Dinkes Surabaya menyurvei langsung ke tiap rumah sakit, ternyata mayoritas pasien di RS Surabaya adalah non-KTP Surabaya dengan perbandingan 63,82 persen warga luar Surabaya dan 36,18 persen warga KTP Surabaya.

"Selisihnya itu sekitar 300-an. Pada saat kami buat hasil hitungan kami, kalau hanya KTP Surabaya ada 124. Kalau kita hitung per 100.000 per minggu ada 4,25. Jadi yang disampaikan Dr Windhu benar sekali," ungkapnya.

4. Capaian vaksinasi di Surabaya sudah pantas jadi level 1

Kota Surabaya Belum Level 1 karena Pasien dari Daerah LainPetugas vaksinasi Kota Surabaya tengah mempersiapkan dosis vaksin. Dok. Humas Pemkot Surabaya.

Selain mengenai pasien di RS, alasan lain mengapa Surabaya layak untuk menjadi level 1 adalah capaian vaksinasi. Data terbaru, vaksinasi dosis pertama di Kota Surabaya sudah mencapai 111 persen. Sementara, batas vaksinasi untuk level 1 yang dibutuhkan adalah 700 persen.

"Alhamdulillah masyarakat Surabaya banyak yang minta untuk vaksin. Selain mau ke mal mungkin karena kesadaran mereka sendiri karena kejadian bulan Juli. Sampai saat ini kita dapat vaksin sekitar 1 hari capaian vaksin 52-55 ribu, sehari. Sekarang sampai kita kehabisan vaksin," papar Windhu.

Oleh karena itu, Windhu berpesan kepada Kemenkes RI agar memperbaharui peraturan mengenai batas pasien RS tersebut. Seharusnya, asesmen dilakukan berdasarkan jumlah pasien yang berasal dari daerah yang bersangkutan.

"Kalau seperti ini terus banyak daerah itu tidak bisa mencapai level yang lebih rendah karena ada ketidaktepatan," pungkasnya.

Baca Juga: 7 Tahun Vakum, Eri Ingin Bangkitkan Kembali BAZ Kota Surabaya

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya