COVID-19 Meningkat, Syarat PPKM Level 2 di Surabaya Hampir Terpenuhi

Surabaya, IDN Times - Peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia akibat varian omicron juga terjadi di Kota Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya tengah mewaspadai peningkatan kasus ini yang dapat berdampak pada mandeknya pemulihan perekonomian. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pun mewanti-wanti agar jangan sampai kasus terus melonjak hingga memasuki Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Baca Juga: Kembali Hiasi Jalanan Kota Surabaya, 10 Potret Keindahan Tabebuya
1. Kasus COVID-19 di Kota Surabaya meningkat tajam
Eri menyebutkan bahwa per tanggal 30 Januari 2022, jumlah kasus aktif di Kota Surabaya sebanyak 262 orang. Jumlah ini sudah puluhan kali lipat dibanding beberapa pekan sebelumnya yang bahkan tak mencapai 10 kasus tiap harinya.
"Dari data ini, ada yang KTP Surabaya tapi sudah lama pergi, sekitar 59 orang. Tapi tetap saja masih ada 200 orang lebih," ujar Eri dalam diskusi daring bersama pengelola mall/pusat perbelanjaan, toko swalayan, hotel, restoran, dan pengelola gedung terkait Antisipasi Kenaikan COVID-19 di Kota Surabaya, Senin (31/1/2022).
2. Hampir menyentuh syarat PPKM level 2
Angka kasus ini, lanjut Eri, sudah hampir menyentuh batas syarat PPKM Level 2 yaitu jumlah kasus positif COVID-19 minimal sebanyak 20 orang per 100 ribu penduduk per minggu. Saat ini, Surabaya berada di angka 16 orang per 100 ribu penduduk per minggu.
"Sedikit lagi kita menuju ke Level 2. Kalau terus seperti ini mau tidak mau kita ke Level 2. Lonjakan kasus itu susahnya minta ampun kita. Semuanya berhenti," tuturnya.
Eri pun meminta agar tiap pihak menerapkan siaga 1 menghadapi COVID-19 varian omicron. Selain penerapan Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo, Eri juga meminta agar Camat mengontrol blocking suatu kampung jika ditemukan lebih dari 2 kasus positif COVID-19.
"Camat menguatan kembali kalau satu RT 2 positif maka blocking area. Satu RT di-swab semua. Kalau kita tidak bisa menekan maka ekonomi akan berhenti lagi, akan banyak usaha mulai ditutup lagi," ungkapnya.
3. Jumlah pasien rawat inap di Surabaya perlu diperhatikan
Hadir di diskusi tersebut, Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, Dr. Windhu Purnomo, dr., MS menambahkan bahwa hal lain yang perlu diperhatikan saat ini adalah tingkat hospitalitas atau jumlah pasien yang dirawat inap di rumah sakit. Varian omicron memang mudah menular namun kemungkinan kecil membuat pasien bergejala sedang hingga berat.
Sayangnya, keterisian RS di Surabaya sudah lebih dari rata-rata di Indonesia bahkan di negara-negara lainnya yang sudah terjangkit banyak kasus omicron. Saat ini, terdapat 137 pasien COVID-19 dirawat inap di RS. Jika dibagi dengan jumlah kasus aktif yaitu 262, maka tingkat hospitalisasi di Surabaya adalah 52,29 persen.
"Padahal wilayah-wilayah yang sudah banyak kasus omicronnya seperti USA cuma 0,66 persen, UK 0,53 persen, Israel 0,45 persen, bahkan Indonesia saja hospitalitas omicron itu 2,72 persen saja," sebut Windhu.
4. Jumlah pasien rawat inap di RS harus ditekan
Melihat data Kota Surabaya, Windhu pun bertanya-tanya mengapa tingkat hospitalisasinya sampai lebih dari 20 kali lipat. Ia menduga, penyebabnya adalah angka penyebut yaitu jumlah kasus aktif yang belum ditemukan sepenuhnya.
"Jumlah kasus aktif sesungguhnya sebetulnya 20-50 kali lipat dari ini tapi sebagian besar tidak terdeteksi karena gejala sangat ringan bahkan tak bergejala," tegas Windhu.
Oleh karena itu, ia meminta agar tracing dan testing dapat dilakukan dengan amat masif sehingga jumlah kasus aktif bisa membagi jumlah pasien rawat inap. Selain itu, pencegahan pasien berisiko tinggi seperti komorbid, lansia, dan ibu hamil harus diwaspadai agar tidak menambah jumlah pasien rawat inap di RS.
"Mengingat kasus omicron ini kasusnya cepat naik tapi rawat inap tidak secepat kasus konfirmasinya, nanti ada pembobotan (penentuan level PPKM) bahwa kenaikan kasus konfirmasi bobotnya kecil, 15 persen untuk kasus konfirmasi. Yang terbesar adaalah kasus rawat inap sekitar 60-65 persen," paparnya.
Baca Juga: Wali Kota Surabaya Sebut 2 Warganya Terjangkit Omicron