Tempel Daun dan Bunga, Kreasi Kerajinan Ecoprint Kulit di Malang

Cukup banyak diminati masyarakat

Malang, IDN Times - Teknik pewarnaan dalam industri fashion kini kian beragam. Tak hanya dengan mesin, beberapa cara pewarnaan baru kini mulai bermunculan. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Kota Malang bernama Meilina (46). Ia adalah perajin kulit dengan teknik pewarnaan membuat ecoprint. Ecoprint sendiri merupakan sebuah teknik membuat warna dan motif pada kain dengan menempel daun dan bunga pada kain atau kulit.

Sudah hampir dua tahun, Meilina menggeluti bidang kerajina ecoprint kulit tersebut. Banyak tantangan serta halangan tak membuatnya menyerah. Kini produk hasil kerajinan ecoprint kulit miliknya mendapat respons positif dan sangat diminati masyarakat. 

1. Meilina dulu adalah seorang perajin batik

Tempel Daun dan Bunga, Kreasi Kerajinan Ecoprint Kulit di MalangMeilina menunjukkan proses pembuatan ecoprint kulit. IDN Times/Alfi Ramadana

Meilina pun menceritakan awal dirinya bisa menggeluti usaha kerajinan ecoprint kulit tersebut. Ia menjelaskan bahwa dulu ia merupakan perajin batik. Lalu ia mencoba melakukan inovasi dengan menggunakan ecoprint pada kain. Hasilnya cukup bagus.

Berikutnya, Meilina melihat video yang menunjukkan bahwa ecoprint juga bisa dicetak di kulit, ia pun mencobanya.  

"Sebelum ke kulit awalnya saya ini pengrajin batik. Kebetulan juga saya suka pewarna alam. Lalu saya iseng cari bahan dan membuat ecoprint pada kulit. Ternyata ada pengusaha sepatu asal Sidoarjo yang tertarik dengan ecoprint kulit buatan saya," terangnya, Sabtu (14/11/2020). 

2. Mulai kembangkan brand sendiri

Tempel Daun dan Bunga, Kreasi Kerajinan Ecoprint Kulit di MalangMeilina menunjukkan beberapa bahan dasar untuk membuat ecoprint kulit. IDN Times/Alfi Ramadana

Seiring berjalannya waktu, Meilina kemudian mulai berfikir untuk mengembangkan brand sendiri yang diberi nama Madukara. Produk ini pun hanya fokus pada kerajinan berbahan kulit ecoprint seperti tas, sepatu, hingga clutch. Perlahan tapi pasti produk kerajinan buatannya mulai diminati masyarakat. Hasil warna serta motif yang lebih alami menjadi daya tarik tersendiri. 

"Memang masih ada yang memesan kulit sebagai bahan baku. Tetapi sekarang saya mencoba untuk mengembangkan brand sendiri," tambahnya. 

3. Proses pembuatan ecoprint cukup mudah

Tempel Daun dan Bunga, Kreasi Kerajinan Ecoprint Kulit di MalangKulit yang sudah dicetak kemudian digulung lalu dikukus. IDN Times/Alfi Ramadana

Meilina kemudian menjelaskan proses untuk membuat ecoprint pada kulit. Sebelum dijadikan bahan untuk ecoprint, kulit terlebih dahulu direndam dengan cairan khusus selama beberapa waktu. Setelah itu, kulit ditempeli pewarna alami ecoprint mulai bunga, daun, ranting dan beberapa bahan lain. Setelah itu, kulit ditutup dengan potongan plastik dan kemudian digulung. Lalu, gulungan kulit tersebut diikat untuk kemudian dikukus. 

"Kalau kulit, proses pengukusan ini harus benar-benar dijaga agar bisa menghasilkan warna yang baik. Terutama untuk apinya agar tidak terlalu besar dan bisa mengukus secara merata," sambungnya. 

4. Diubah menjadi produk kerajinan

Tempel Daun dan Bunga, Kreasi Kerajinan Ecoprint Kulit di MalangMeilina menunjukkan kulit yang sudah jadi dan siap diolah. IDN Times/Alfi Ramadana

Setelah proses pengukusan selesai, kulit yang sudah mendapat warna ecoprint kemudian didiamkan terlebih dahulu. Baru setelah itu, bisa dijadikan bahan dasar produk kerajinan mulai dari sepatu, tas dan bebera produk lain. Selain dijadikan produk, Meilinan juga masih menjual kulit siap olah dengan kisaran harga per ukuran 25x25 dijual Rp50 ribu untuk kulit kambing. Sementara kulit sapi dijual dengan harga Rp 65 ribu. 

"Kalau untuk produk yang sudah jadi kisaran harga Rp 350 ribu sampai Rp Rp 500 ribu. Kalai tas mulai harga Rp400 ribu sampai Rp800 ribu," jelasnya. 

Baca Juga: 5 Kerajinan Tangan Asli Indonesia Ini Bisa Mempercantik Ruanganmu

5. Pemasaran sudah tembus luar jawa

Tempel Daun dan Bunga, Kreasi Kerajinan Ecoprint Kulit di MalangMeilina menunjukkan produk ecoprint kulit karyanya yang sudah siap dipasarkan. IDN Times/Alfi Ramadana

Perlahan, produksinya juga mulai digemari konsumen luar jawa. Sebenarnya, ia mampu memproduksi sekitar 30 lembar kulit ecoprint siap olah per bulan. Namun, pandemik  membuat peroduksinya mengalami penurunan drastis. Bahkan, saat awal pandemik, tak ada satupun pesanan yang datang.

Kini, meski perlahan, produksinya mulai kembali bergeliat. "Kalau sekarang omsetnya mungkin sekitar Rp5 jutaan. Kalau dulu dengan 30 lembar kulit per tahun memang cukup lumayan," tandasnya. 

Baca Juga: 5 Kerajinan Tangan Khas Bali yang Menjadi Favorit Wisatawan

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya