Doel Arnowo dan Rahasia 10 November 1945

Penyimpan erat rahasia kematian Mallaby

Catatan sejarah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tak bisa lepas dari sosok Doel Arnowo. Cak Doel begitu akrab dipanggil kala itu, juga merupakan pimpinan dengan pengaruh yang kuat selama masa revolusi.

Melansir jurnal Avatara terbitan Maret 2018, Cak Doel adalah sosok Penasihat Pemuda, Pimpinan Komite Nasional Indonesia (KNI) Surabaya, dan anggota BPP ketika peristiwa 10 November 1945 meletus.

Ia juga seorang di balik terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian sering disebut dengan Tentara Keamanan Rakyat. BKR bekerja di bawah komando KNI Surabaya.

Peran Doel Arnowo juga seringkali dibahas ketika situasi pelucutan senjata Jepang oleh tentara Inggris terjadi. Ia juga berada di lokasi kejadian saat seorang Komandan, Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh dan memicu bara peperangan besar di Surabaya yang terkenal dengan Pertempuran 10 November.

Menutup rapat rahasia kematian Mallaby

Doel Arnowo dan Rahasia 10 November 1945Peperangan 10 Nopember (instagram.com/surabaya_historical)

Penyebab kematian Jenderal Mallaby masih menjadi misteri hingga kini. Beragam versi lahir, tanpa diketahui fakta yang pasti. Kala itu, 27-28 Oktober terjadi perselisihan dan gencatan senjata antara Inggris dan Indonesia. Akhirnya, Presiden Soekarno datang dan menginisiasi perundingan bersama Mayor Jenderal D.C. Hawthorn pada 29-30 Oktober 1945.

Perundingan alot tersebut menghasilkan pembentukan Kontak Biro sebagai penghubung dan pelaksana hasil-hasil perundingan. Mallaby menjadi salah satu perwakilan Inggris, sedangkan Doel Arnowo bersama Roeslan Abdulgani, dan lainnya hadir mewakili Indonesia.

Kala itu, 30 Oktober 1945 Doel Arnowo bersama Mallaby dan Kontak Biro berusaha membawa tentara Gurkha yang mendiami Gedung Internatio berpindah ke Tanjung Perak sesuai dengan kesepakatan yang berlaku. Sayangnya, usaha tersebut tidak menunjukkan titik terang. Negosiasi yang dilakukan Kontak Biro bersama tentara Inggris gagal. Setelahnya, sebuah granat terlempar dari dalam gedung disertai tembakan-tembakan.

Mallaby yang hadir sebagai penengah, telah berada di luar gedung ketika kekalutan terjadi. Doel Arnowo bersama Roeslan Abdulgani merangkak ke pinggir sungai Kalimas yang kala itu sedang surut airnya, guna menyelamatkan diri. Tak lama, seorang pemuda datang kepada Cak Doel dan berkata, Sudah beres, pak!

Tanpa disangka, mobil yang ditunggangi Mallaby meledak, dan menewaskannya. Tak diketahui, siapa pelempar granat, atau pelepas peluru yang mengenai Mallaby dan mobilnya kala itu. Namun, kematian Mallaby sudah pasti membawa dampak buruk terhadap negara Indonesia. Demi kepentingan politik, Doel Arnowo menutup rapat dan tak pernah menyinggung kembali perihal peristiwa ini, hingga hari tuanya.   

Namun, seorang perwakilan Inggris yakni Kapten Shaw berkata bahwa Mallaby telah dibunuh oleh Indonesia. Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal E.C. Mansergh kemudian menerbitkan ultimatum kepada pasukan Surabaya untuk segera menyerahkan senjata tanpa syarat. Keputusan Pejuang Surabaya yang menolak ultimatum ini akhirnya menciptakan peperangan pada 10 Nopember 1945. Kala itu Cak Doel bertindak sebagai penghubung informasi dari Surabaya dan Jakarta.

Baca Juga: 8 Tokoh Penting dalam Pertempuran 10 November Surabaya

Seorang aktivis politik, terbitkan buku dan surat kabar Berjoeang 

Doel Arnowo dan Rahasia 10 November 1945Doel Arnowo (instagram.com/abram20flip)

Jauh sebelum peristiwa 10 Nopember 1945 terjadi, Cak Doel rupanya adalah seorang aktivis politik yang tergabung dalam sebuah partai besutan Soekarno, Partai Nasional Indonesia (PNI). Ia sempat bekerja sebagai pegawai Kantor Pos hingga berhenti tahun 1933, dan beralih menulis politik perjuangan buku Kamoes Marhaen dan menerbitkan surat kabar Berjoeang.

Aktivitas ini dirasa mengusik pemerintah kolonial, dan membuat Cak Doel dijatuhi hukuman kurungan. Usaha penerbitannya pun terpaksa sirna. Namun, usaha dan karir berpolitik Cak Doel tak berakhir di sana. Penjara Sukamiskin, Bandung justru membawanya berkenalan dengan banyak politikus dari berbagai daerah.

Setelah hukumannya berakhir, ia bekerja di kantor propanda Jepang berkat bantuan teman-temannya. Namun, lagi-lagi ia terpergok aktif dalam aktivitas pergerakan kemerdekaan bawah tanah. Sekali lagi, ia terpenjara. Tak lama ia menjalani masa hukumannya, ia dibebaskan dan bekerja di kantor pemerintahan, dan menjadi Dewan Penasehat Pemerintah Kota.

Menjadi walikota Surabaya dan rektor pertama Universitas Brawijaya  

Doel Arnowo dan Rahasia 10 November 1945Tugu Pahlawan Surabaya (instagram.com/duorproduction)

Pengakuan kedaulatan atas kemerdekaan Indonesia baru disepakati pasca penandatanganan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 25 Desember 1949.  Sejak itu, seluruh pemerintah kota termasuk Surabaya mulai berjalan stabil secara politis juga sosial. Dan pada tahun 1950, Doel Arnowo terpilih menjadi Wali Kota Surabaya karena dianggap mampu, dan menguasai perihal tata kelola kota. Selama masa jabatannya, Doel Arnowo mulai berbenah dan membangun berbagai infrastruktur Surabaya. Cak Doel jugalah yang memprakarsai dibangunnya tugu pahlawan, sebagai peringatan peristiwa 10 Nopember. Pertumbuhan ekonomi Surabaya kala itu juga meningkat tajam, dan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Indonesia.

Masa jabatan Cak Doel sebagai Wali Kota Surabaya berakhir pada tahun 1952. Setelah usai, ia mengabdikan diri di Department Dalam Negeri hingga pensiun pada tahun 1958. Kiprahnya tak berhenti di sana. Ia diangkat menjadi rektor pertama Universitas Brawijaya pada tahun 1963 hingga 1966.

Begitu banyak yang telah diperbuat oleh Doel Arnowo demi kemerdekaan Indonesia, dan berkembangnya Kota Surabaya. Merdeka!

Baca Juga: Biografi Bung Tomo, Pria Saleh yang Pernah Mengkritik Bung Karno

EGYDIA ARTAMEVIA Photo Community Writer EGYDIA ARTAMEVIA

Check @egydiard on instagram

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya