Semangat Belajar Siswa Disabilitas Kota Malang dalam Situasi Pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Malang, IDN Times - Beberapa anak berkebutuhan khusus terlihat duduk dengan tenang di Gedung Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang, Rabu (26/8/2020). Mereka menggunakan seragam lengkap, bersiap untuk mengikuti kelas. Semangat belajar mereka menggebu-gebu, meski tengah dikepung pandemik. Para guru dengan telaten membantu siswa memakai masker sebelum memulai proses pembelajaran.
1. Lakukan pembelajaran dengan dua cara
Selama pandemik ini, proses pembelajaran siswa di YPAC memang mengalami penyesuaian. Proses pembelajaran yang sebelumnya dilakukan tatap muka disesuaikan menggunakan teknologi yang ada. Hampir sebagian besar dari murid SLB YPAC pulang ke rumah masing-masing. Meskipun juga masih tetap ada sekitar 8 siswa yang tetap berada di asrama milik yayasan.
Sebagai bentuk penyesuaian pembelajaran, maka siswa yang masih berada di asrama melakukan pembelajaran secara tatap muka dengan tetap menerapkan protokol COVID-19. Lalu untuk mereka yang berada di rumah, pembelajaran dilakukan secara daring.
"Untuk pembelajaran dilakukan Senin sampai Jumat. Pembelajaran dilakukan secara daring dengan memanfaatkan beberapa fasilitas seperti video call, SMS, dan media lain," papar Neni Yuniarti, Waka SLB YPAC Kota Malang, Rabu (26/8/2020).
2. Berusaha belajar meski fasilitas terbatas
Tak bisa dimungkiri, pembelajaran daring bagi siswa SLB tidak mudah. Para guru harus bisa menyesuaikan dengan para siswa. Apalagi tak semua orangtua siswa memiliki fasilitas yang memadai. Untuk mempermudah proses belajar dari, para guru juga membuat grup WhatsApp agar bisa berkomunikasi dengan orangtua siswa.
"Pembelajaran dengan anak berkebutuhan khusus itu titik kuncinya ada pada orangtua. Karena untuk transfer ilmunya, guru menyampaikan dulu kepada orangtua, baru setelah itu orangtua menyampaikan kepada anak," tambahnya.
3. Terkendala saat orangtua siswa bekerja
Kendala lain yang dihadapi para guru ketika pembelajaran daring adalah saat orangtua siswa bekerja. Lantaran orang tua tak bisa mendampingi putra dan putrinya, pembelajaran menjadi tak maksimal. Belum lagi tak sedikit dari orangtua yang memahami bagaimana merawat anak dengan kebutuhan khusus.
Neni mengakui bahwa hal tersebut menjadi tantangan tersendiri. Meski sulit, pihak sekolah justru terpacu memberikan yang terbaik untuk para siswa.
Editor’s picks
"Untuk penanganan anak berkebutuhan khusus ini memang perlu metode sendiri. Masih perlu banyak pelatihan untuk bisa menangani anak berkebutuhan khusus dengan baik. Ini juga yang menjadi keluhan dari orangtua siswa. Itu tantangan yang harus diatasi dan diselesaikan," tambah Neni.
4. Justru menjadi motivasi untuk terus belajar
Total ada 60 siswa yang terdaftar di SLB YPAC. Rinciannya 4 TK, 39 SD, 12 SMP dan 5 SMA. Mereka yang menjadi siswa di SLB juga tidak hanya berasal dari Malang Raya, bahkan ada yang dari Sulawesi.
Mereka yang berasal dari luar Malang tinghal di asrama. Lantaran tinggal di asrama, maka para siswa tersebut bisa melakukan pembelajaran dengan tatap muka.
"Kami ada sistemnya ganti masuk. Jadi setiap hari ada yang piket masuk mengajar anak-anak yang ada di asrama ini dengan tatap muka," Neni menambahkan.
5. Siapkan sejumlah sarana pencegahan COVID-19
Terpisah, Kepala Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang Endang Haryani menuturkan, pihaknya mengelola tiga badan. Yakni SLB, klinik kesehtaan dan asrama.
Selama masa pandemik, pihaknyamenyiapkan sejumlah sarana pendukung pencegahan COVID-19. Mulai dari wastafel untuk cuci tangan hingga pemeriksaan suhu tubuh untuk pengunjung. Tak hanya pengunjung, siswa yang sebelumnya pulang, jika ingin kembali ke asrama juga wajib melakukan swab PCR terlebih dahulu.
"Ketika hasil tes keluar, maka sang anak harus langsung di bawa ke asrama. Kalau tidak, maka kami tidak memperkenankan masuk ke asrama sementara waktu. Semua ini mengacu pada protokol pencegahan COVID-19," tuturnya.
6. Prioritaskan kesehatan anak-anak
Endang mengakui bahwa upaya pencegahan yang dilakukan itu untuk menjaga para siswa. Sebab, COVID-19 sulit untuk dideteksi.
"Jadi kesehatan baik anak-anak, termasuk juga yang bekerja di YPAC ini jadi hal utama. Pemeriksaan suhu dilakukan tiap pagi dan sore. Kalau ada yang melebihi standar, maka akan langsung diperiksa dokter," pungkasnya.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.