Sekolah Tutup, Pemimpin Yayasan Ubah Halaman Jadi Kebun Sayur

Hasil penjualan untuk bantu kebutuhan operasional sekolah   

Malang, IDN Times - Banyak orang yang menelurkan ide kreatif saat pandemik COVID-19. Salah satunya adalah Hari Irawanto- Ketua Yayasan Harapanku- sebuah yayasan yang membawahi sekolah KB-RA Impianku di Tanjungsekar, Kota Malang. Hari mengubah halaman sekolah menjadi kebun sayur hidroponik. Aneka sayuran, mulai dari bayam, kangkung, hingga sawi tumbuh subur dan menghijau di halaman tersebut.

1. Belajar secara autodidak

Sekolah Tutup, Pemimpin Yayasan Ubah Halaman Jadi Kebun SayurHari menunjukkan tempat persemaian untuk sayuran hidroponik yang ia kembangkan. IDN Times/Alfi Ramadana

Hari sama sekali tak memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian. Selama ini dirinya lebih sering berkecimpung di bidang teknologi informasi.

Tetapi, semuanya berubah ketika pandemik COVID-19 melanda. Sekolah tutup, pembelajaran pun dilakukan secara daring. Kondisi tersebut juga berdampak pada perekonomian para wali murid. Tak sedikit dari mereka yang kemudian kesulitan untuk membayar SPP.

Di sisi lain, sebagai pimpinan yayasan, Haru harus tetap membayar gaji guru. Dia lantas memutar otak dan menemukan ide brilian untuk menyulap halaman sekolah menjadi kebun sayur hidroponik. Dia pun mencari berbagai referensi soal bercocok tanam. Belajar secara autodidak.

2. Cukup membantu untuk menutup kebutuhan operasional sekolah

Sekolah Tutup, Pemimpin Yayasan Ubah Halaman Jadi Kebun SayurSayur kangkung yang sudah siap panen di kebun hidroponik yang dikembangkan Hari Irawanto.

Sejauh ini, keberadaan kebun sayur hidroponik tersebut cukup membantu. Sekali panen, Hari mampu mendapatkan uang hingga Rp500 ribu. Rentang waktu panen bisa kisaran dua pekan sekali.

Hasil panen kebanyakan dijual kepada wali murid dan juga dibeli oleh pedagang sayur. Meskipun belum banyak, hasil kebun sayur hidroponik itu cukup bisa membantu menutup kebutuhan operasional sekolah. Terutama untuk membantu honor para guru. 

"Saat ini masih ada 7 guru yang tetap mengajar dari sebelumnya 13 orang. Hasil dari kebun ini semuanya masuk ke sekolah," jelas Hari kepada IDN Times, Senin (8/1/2021).

Baca Juga: Makan Jadi Lebih Nikmat, 10 Rekomendasi Lauk Pendamping Sayur Lodeh

3. Sayur hidroponik bebas pestisida dan lebih sehat

Sekolah Tutup, Pemimpin Yayasan Ubah Halaman Jadi Kebun SayurHari saat mengecek kesiapan sayuran yang akan dipanen. IDN Times/Alfi Ramadana

Hari menerangkan, menanam sayur secara hidroponik maupun konvensional sebenarnya tidak jauh berbeda. Waktu yang diperlukan untuk melalui proses mulai dari semai hingga panen juga relatif sama. Perbedaannya adalah pada hasil produk yang lebih sehat dan bebas pestisida.

Keunggulan hidroponik adalah bisa menekan biaya. Lalu konsep hidroponik juga tidak terpengaruh oleh cuaca. Panen juga bisa diatur dengan cara membuatkan tempat khusus untuk persemaian, peremajaan, dan produksi. 

"Mungkin yang besar modal awalnya untuk membangun instalasi dan green house. Panen juga bisa dilakukan lebih sering dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama," sambungnya.

4. Harga jual lebih mahal

Sekolah Tutup, Pemimpin Yayasan Ubah Halaman Jadi Kebun SayurSayuran hidroponik yang dihasilkan oleh Hari Irawanto. IDN Times/Alfi Ramadana

Untuk harga jual sendiri, menurut Hari, sayuran hidroponik memang sedikit lebih mahal. Satu pot kecil kangkung dijual dengan harga Rp1.000. Kalau bayam dijual dengan harga Rp2.500. Sayuran hidroponik sudah memiliki pasar tersendiri dan sangat diminati oleh masyarakat. 

"Sekarang sudah banyak masyarakat yang mulai berpikir tentang kualitas. Terlebih sayuran hidroponik tidak menggunakan pestisida dan hanya menggunakan nutrisi AB mix, yakni unsur-unsur yang ada di tanah dimasukkan ke dalam kolam," terang Hari. 

Baca Juga: Belajar dari YouTube, Pria di Surabaya Tanam Ganja Hidroponik

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya