Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe di Tulungagung Pilih Tetap Produksi

Laba menurun hingga 50 persen

Tulungagung, IDN Times - Meskipun harga kedelai impor terus merangkak naik, namun sejumlah pengusaha tempe di Desa Rejosari, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung memilih tetap produksi. Mereka tidak mempunyai pilihan selain tetap membuat tempe meski keuntungannya turun hingga 50 persen. Mereka pun berharap pasokan kedelai tetap lancar meski harganya naik. Para pedagang baru akan menghentikan produksinya jika ketersediaan kedelai mulai mengalami kelangkaan.

1. Berharap tidak terjadi kelangkaan kedelai

Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe di Tulungagung Pilih Tetap ProduksiKedelai bahan baku tempe. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Salah seorang produsen tempe, Jumadi menerangkan kenaikan harga kedelai ini sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Kenaikan harga ini terjadi setiap hari rata-rata Rp 100 per kilogram. Saat ini harga kedelai hampir mencapai Rp12 ribu per kilogram.

Dalam sehari, rata-rata Jumadi mengolah 60 kilogram kedelai impor untuk dijadikan tempe. "Bagi saya harga kedelai berapa pun insyaalah masih bisa beli, yang penting pasokannya lancar,"ujarnya, Senin (21/02/2022).

Baca Juga: Harga Kedelai Impor dan Lokal di Jatim Melangit

2. Khawatir pelanggan lari jika tidak membuat tempe

Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe di Tulungagung Pilih Tetap Produksiilustrasi tempe sebagai bahan tempe woku (pexels.com/cottonbro)

Produksi tempe ini sudah dilakukan turun temurun oleh keluarga Jumadi. Meski harga kedelai mahal, Jumadi memilih tetap produksi karena tidak ingin pelanggannya lari. Pria 60 tahun ini khawartir ditinggal pelanggan jika tidak membuat tempe. Ukuran tempe dan harga juga tidak berubah.

Akibatnya, laba yang diperolehnya menurun hingga 50 persen. "Kalau harga tempe naik atau ukuran berubah takut pelanggan ngomel dan pindah ke tempe yang lain," tuturnya.

3. Tambah keuntungan dengan jual limbah tempe

Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe di Tulungagung Pilih Tetap ProduksiKedelai bahan baku tempe. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Dengan kondisi seperti ini, mereka tidak mempunyai banyak pilihan selain tetap memproduksi tempe meski harga kedelai mahal. Para produsen tahu dan tempe ini berharap pemerintah mau membantu dengan menurunkan harga kedelai impor. Untuk menambah penghasilannya, produsen ini menjual limbah pembuatan tempe untuk dijadikan makan ternak.

"Jadi untungnya dari penjualan sisa pembuatan tempe, kulit kedelai yang dijual untuk bisa menambah untung kami," tuturnya.

Baca Juga: Meja Makan Tanpa Tahu Tempe, Hidup Berasa Gak Rame

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya