Stunting Jatim 17,7 Persen: Ditarget Turun 14 Persen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Prevalensi kasus stunting di Jawa Timur (Jatim) terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tercatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, prevalensi angka stunting tahun 2022 sebesar 19,2 persen. Kemudian di tahun 2023 menjadi 17,7 persen.
"19,2 (persen) di tahun 2022. Tahun 2023 kita prevalensi stunting 17,7 (persen). Jadi ada penurunan 1,5 persen," ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jatim, Waritsah Sukarjiyah ditemui usai acara Temu 101 Ning Dukung Generasi Bebas Wasting di Unusa, Rabu (15/52024).
Tahun 2024 ini, lanjut Waritsah, Dinkes Jatim bersama dinkes kabupaten/kota serta BKKBN akan berupaya keras untuk mencapai target yang dipatok nasional. Ia menyebut bahwa targetnya mencapai 14 persen. Hal itu menurutnya realistis.
"InsyaAllah kami berupaya untuk melakukan penurunan stunting di 2024 mencapai target 14 persen," tegas dia.
Adapun upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut di antaranya berkolaborasi dengan UNICEF. Waritsah menyebut kalau UNICEF punya program baru dalam menurunkan angka stunting.
"Salah satunya pendampingan dengan ibu hamil. Nanti dibarengkan dengan tablet tambah darah untuk ibu hamil, ada juga pembelian multi nutri suplemen. InsyaAllah akan dilaunching Kemenkes pada Juni ini," ungkapnya.
"InsyaAllah 38 kabupaten/kota akan mendapatkan MNS tersebut, kemudian ada tiga kabupaten, Lumajang, Situbondo dan Kediri mendapatkan pendampingan khusus dari UNICEF," tambah dia. Pendampingan ini dikarenakan saat ini banyak populosi ibu hamil dan bayi di kabupaten tersebut. Pencegahan stunting sejak dini perlu dilakukan.
Salah satu cara menekan angka stunting yang dilakukan UNICEF sendiri dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gizi kurang dan gizi buruk alias wasting. Peningkatan kesadaran ini dengan menggandeng beberapa kampus. Seperti Unusa dan Universitas Brawijaya.
"Kami kenalkan terminologi wasting sebelum stunting. Ini kondisi di mana balita mengalami gizi buruk sebelum stunting. Jadi kalau tak ditangani dengan cepat maka menjadi stunting," kata Chief Field Office UNICEF Arie Rukmantara.
Kini, lanjut Arie, pemerintah mulai mengkampanyekan cegah wasting sebelum stunting. "Di Jawa Timur sudah berjalan cegah dini stunting, saat ini pencegahan dilakukan lebih awal lagi. Yaitu pencegahan terhadap wasting," ungkap Arie.
Arie berharap kampanye ini bisa sampai ke seluruh elemen masyatakat. Utamanya ibu-ibu muda. Sehingga tidak ada lagi bayi atau balita yang terkena stunting, baik itu di wilayah perkotaan, pedesaan hingaa kepulauan.
"Kami mendukung kampanye ini. Kami akan bersikeras untuk ikut menuntaskan stunting sejak dari wasting di Jatim bahkan Indonesia," kata Wakil Rektor III Unusa, drg. Umi Hanik.
Baca Juga: Angka Prevalensi Stunting Baru Turun 0,1 Persen dari Target 14 Persen