Prediksi Berakhirnya Pandemik COVID-19 Melalui Falakiyah

Hitung-hitungan Lembaga Falakiyah NU berdasar ilmu falak

Surabaya, IDN Times - Harapan penduduk dunia akan berakhirnya pandemik COVID-19 kian menggunung. Begitu juga di Indonesia, khususnya Jawa Timur (Jatim). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengusir virus ini. Mulai dari imbauan jaga jarak aman, pola hidup bersih dan sehat (PHBS), anjuran di rumah saja, hingga rapalan doa yang dipanjatkan ke Yang Maha Esa.

Tak dimungkiri, prediksi demi prediksi akhir pandemik ini mulai mencuat. Prediksi itu memang tidak pasti, tapi setidaknya ada harapan maupun doa terselip di dalamnya. Salah satu organisasi masyarakat (ormas) Nahdlatul Ulama (NU) Jatim juga membeberkan prediksinya melalui Lembaga Falakiyah.

1. Memprediksi berdasar imu falak

Prediksi Berakhirnya Pandemik COVID-19 Melalui FalakiyahTwitter/@nahdlatululama

Lembaga Falakiyah NU Jatim acap kali mengeluarkan prediksi untuk menentukan awal Ramadan dan Syawal tiap tahunnya. Tapi tak banyak yang tahu, mereka juga sebenarnya bisa menghitung berakhirnya wabah dengan ilmu yang dimiliki.

Jika ditelusuri lebih mendalam, lembaga ini menggunakan ilmu falak untuk memprediksi sesuatu hal secara astronomi dan astrologi di dalamnya. Yakni menghitung maupun mengamati lintasan benda-benda langit, khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing.

Tujuannya untuk  mengetahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi. Nah, dalam ilmu falak, hal itu dipadukan mulai dari perhitungan, pengamatan, batas-batas waktu, hingga mempelajari keadaan benda-benda langit.

"Falak itu cenderung afiliasi ilmu astronomi, selain itu juga punya hubungan dengan astrologi," ujar Ketua Lembaga Falakiyah NU Jatim Shofiyulloh kepada IDN Times, Senin (27/4).

2. Wabah hilang ditandai munculnya Bintang Tsurraya

Prediksi Berakhirnya Pandemik COVID-19 Melalui FalakiyahKementerian Kesehatan Republik Indonesia

Terkait dengan wabah COVID-19, Gus Shofi-sapaan akrabnya- merujuk pada hadits Nabi Muhammad SAW:

إذا ازتَْفِعَ النجْم رُفِعت القاهة عن أهل كل بلد

“Jika bintang (Najm) naik, maka diangkatlah penyakit/virus dari penduduk seluruh negeri” (HR. at-Thabrani).

إذا طلع النجْم صَبَاخا رفِعت القاهة عن أهل

كل بلد

“Jika bintang (Najm) terbit pada pagi hari, maka diangkatlah penyakit/virus dari penduduk seluruh negeri”(HR. Abu Daud).

Bintang najm yang dimaksud ialah tsyurraya. Menurut Gus Shofi, bintang ini muncul sebagai pertanda berakhirnya musim semi dan masuk musim panas.

"Itu ada haditsnya, bahwa wabah virus akan hilang ketika terbit bintang tsurraya. Nabi katakan itu (konteksnya) di Madinah 24 derajat Lintang Utara, itu daerah belahan Utara sub tropis," kata Gus Shofi.

"(Diperkirakan) mulai musim panas (di bagian Utara Bumi) ditandai kemunculan bintang tsurraya," dia menambahkan.

Mengutip Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab “Badzu Al Ma’un” halaman 369 menyatakan:

وكانت الطواعين الماضية تقع في فصل

الربيع بعد انقضاء الشتاء وترتفع في اول

الصيف

“Wabah (Tho’un) pada masa lalu, terjadi pada Musim Semi, setelah berakhirnya Musim Dingin. Wabah berakhir di permulaan Musim Panas”.

"Mudah-mudahan benar terjadi. Kita tidak bisa pastikan, tapi harapan ada. Karena Allah ketika ada sesuatu kirim tanda-tanda. Saya pernah baca, akan berbahagia orang memperhatikan tanda-tanda," Gus Shofi menjelaskan.

Baca Juga: Ini Hukum Pemakaian Hand Sanitizer di Mata PWNU Jatim

3. Tsurraya muncul pada Juni mendatang di belahan bumi Utara

Prediksi Berakhirnya Pandemik COVID-19 Melalui FalakiyahIlustrasi. Pixabay/Alexandra_Koch

Gus Shofi menambahkan, bintang tsurraya diprediksi muncul pada Juni mendatang di belahan bumi bagian Utara, khususnya kawasan Timur Tengah. Pada masa itu, kondisi di kawasan ini sangat panas. Wabah virus ini diperkirakan akan mati dengan sendirinya.

Pengalaman ini diambil dari buku Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun karya Ibnu Hajar Al-Asqalani. Kala itu wabah melanda Timur Tengah pada musim semi dan berakhir pada musim panas. "Wabah hilang saat bintang tsurraya terbit," ucapnya.

Ditambah lagi, berdasarkan teori yang berkembang saat ini. Virus corona juga akan lenyap ketika terkena suhu panas dengan takaran derajat tertentu.

"Kata dokter virus ini terpapar suhu panas bisa mati. Saya ada optimisme benar-benar bisa hilang (dalam waktu dekat)," harapnya.

4. Di Indonesia sudah mulai masuk kemarau, harapan besar berakhirnya virus lebih cepat

Prediksi Berakhirnya Pandemik COVID-19 Melalui FalakiyahIlustrasi Virus Corona (IDN Times/Reja Gussafyn)

Sementara itu, apabila ditarik dengan kondisi di Indonesia yang notabene kawasan tropis, Gus Shofi menyebut sebenarnya sekarang sudah mulai masuk musim kemarau. Di sini hanya mengenal dua musim yaitu kemarau dan hujan. Sehingga tidak ada musim panas laiknya di sub tropis.

"Kalau di kita, redaksinya kemarau. Karena Indonesia daerah tropis," kata dia.

Sebenarnya, titik matahari tepat di atas khatulistiwa sudah terjadi pada 23 Maret lalu. Lantas kenapa kok virus tak kunjung hilang? Ternyata, itu baru permulaan. Nantinya matahari akan bergeser ke Utara pada April hingga Mei mendatang.

"23 Maret matahari pas di atas khatulistiwa, tapi tidak serta merta panas. Nanti bergerak ke Utara lebih panas, itu di April-Mei," ucapnya.

"Kalau Indonesia, April-Mei sudah panas. Mulai masuk kemarau sebenarnya. Itu berlangsung sampai September. Harapan dan doa bersama bisa diangkat rentan waktu itu," kata Gus Shofi.

Baca Juga: Ikhtiar Sebelum Tawakal, PWNU Jatim Pasang Bilik Sterilisasi

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya