Para Antimasker Diberi Gelar Duta Prokes, Pendapat Pakar: Efeknya Nol!

Tak hanya modal viral

Surabaya, IDN Times - Baru- baru ini beredar video viral pria tak bermasker, Putu Arimbawa mengumpat pengunjung mal di Surabaya. Tak lama setelah itu, dia ditangkap Polrestabes Surabaya. Setelah meminta maaf secara terbuka, dia ternyata didaulat duta protokol kesehatan (prokes) atau duta masker.

Hal serupa juga terjadi di Bekasi. Pria bernama Nawir meminta maaf usai videonya mengusir salah satu jemaah masjid yang memakai masker viral. Ketika permintaan maaf diterima polisi, pria itu diangkat jadi duta protokol kesehatan. Fenomena 'tobat' dan duta ini pun dikomentari Pakar Administrasi Publik Unair, Falih Suaedi.

1. Ada beberapa kriteria untuk calon Duta, kalau pelanggar jadi Duta efeknya nol

Para Antimasker Diberi Gelar Duta Prokes, Pendapat Pakar: Efeknya Nol!Ilustrasi Pelanggar PSBB (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Menurut Falih, duta adalah pemain sesungguhnya yang secara realita memiliki sesuatu untuk bisa menyentuh orang lain bukan dengan cara pencitraan seperti di sinetron. Oleh karena itu, harus ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan sebelum seseorang diangkat menjadi duta.

Kriteria pertama, figur duta harus memiliki pertumbuhan pribadi yang konsisten. Kedua, calon duta memiliki kepedulian tinggi terhadap bidang yang dia emban. Kemudian  memberikan nilai tambah bidang yang dikampanyekan. Serta menerapkan value bidang itu secara konsisten dalam kehidupan.

“Kalau para pelanggar justru dijadikan duta saya melihatnya itu hal yang sia-sia dan efeknya nol. Karena duta harusnya memberikan panutan, namun publik sudah mengetahui bahwa sosok itu sendiri tidak mengimplementasikan value bidang yang diemban dengan baik dan konsisten,” ujarnya, Minggu (9/5/2021).

2. Ketika sudah jadi Duta harus penuhi kriteria berikutnya, tak hanya modal viral

Para Antimasker Diberi Gelar Duta Prokes, Pendapat Pakar: Efeknya Nol!Putu Arimbawa (tengah), pria tak bermasker yang viral saat konferensi pers di Mapolrestabes Surabaya, Selasa (4/5/2021). Dok Istimewa

Dekan FISIP Unair ini menerangkan teori bandura. Seorang panutan harus memenuhi dua kriteria. Kriteria pertama, duta harus mampu mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang dia lakukan. Artinya, duta harus bisa menginspirasi dan memotivasi orang lain.

Selanjutnya, kriteria kedua, duta harus memberikan contoh dan dukungan. “Jadi tidak bisa kita mengangkat duta dengan alasan sosok itu terkenal atau sedang viral. Sudah saatnya duta itu diambil dari kalangan tidak melangit, tapi membumi,” tegas Falih.

3. Duta tak harus kalangan menengah atas, bisa juga dari kalangan bawah terpenting menginspirasi

Para Antimasker Diberi Gelar Duta Prokes, Pendapat Pakar: Efeknya Nol!Warga melintas di dekat mural bergambar simbol orang berdoa menggunakan masker yang mewakili umat beragama di Indonesia di kawasan Juanda, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020) (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Terkait dengan sosok membumi yang disebutkan, Falih menyampaikan, tidak masalah untuk mengambil sosok duta dari kalangan bawah. Dengan begitu, menurutnya sosok tersebut bisa mendekati dan menggerakkan massa secara natural.

“Ketika kita melihat bahwa ada orang lain dari kalangan bawah yang justru melakukan sesuatu, maka hati kita akan tersentuh dan ikut tergerak melakukan hal yang sama," ungkapnya.

"Jadi yang terpenting dari sosok duta adalah benar-benar melakukannya secara konsisten dalam kehidupan nyata dan mampu menggerakkan banyak orang,” pungkas Falih.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya