Laris Manis Prostitusi Daring di Kota Pahlawan

Kami bertemu perempuan yang menjajakan diri secara daring

Surabaya, IDN Times - Kasus prostitusi daring yang melibatkan VA nampaknya hanya puncak gunung es dari bisnis pemuas nafsu di Surabaya dan sekitarnya. Praktik serupa nyatanya masih sangat jamak ditemui. Penutupan Dolly, meski membuat praktik prostitusi hilang di depan mata, namun justru dinilai membuatnya berubah wujud. Kini tak perlu ke tempat lokalisasi untuk mendapatkan jasa penjaja seks. Memesan, berkomunikasi, hingga bertransaksi bisa dilakukan melalui satu gawai.

Asumsi bahwa media sosial adalah penyubur usaha jasa ini juga bukan isapan jempol. Saya membuktikannya sendiri.

Informasi dari seorang teman membawa saya berkenalan dengan perempuan berinisial RS melalui Twitter. Lajang berusia 26 tahun ini tak mencantumkan nomor telepon pada akunnya. Satu-satunya cara untuk mendapatkan jasanya adalah dengan mengirimkan pesan pribadi atau personal message. Saya pun mencoba mengirimkannya pada Selasa (15/1). Hanya satu menit, pesan itu pun dibalas. “Saya sedang berada di hotel kawasan Waru, Sidoarjo,” tulis RS singkat.

Tanpa ditanya, RS langsung mengirimkan banderolnya. Untuk sekali kencan singkat alias short time, dia mematok harga Rp650 ribu. Ia meminta agar pembayaran dilakukan di lokasi saat bertemu. Namun, RS memberikan penawaran khusus yaitu potongan Rp50 ribu jika saya bersedia membayar uang muka Rp200 ribu.

Saya menolaknya dan memilih langsung bertemu keesokan harinya. Kami bersua di kamar hotel yang telah disepakati. “Langsung saja mas ke lantai dua,” ucapnya dari ujung telepon.

Laris Manis Prostitusi Daring di Kota PahlawanIDN Times/Sukma Shakti

Aroma parfum yang menusuk hidung langsung menyeruak kala ia membuka pintu kamar yang berada di ujung lorong. Dengan pakaian serba minim, RS kemudian meminta saya untuk menunggunya menuntaskan dandan. Ia pun membuka obrolan dengan cerita awal mula ia terjerumus dalam jerat bisnis hitam tersebut.

Tak pernah terpikirkan di benak RS akan menjadi perempuan malam seperti hari ini. Faktor ekonomilah yang membuatnya terpaksa melacurkan diri. Kondisi perekonimian keluarganya tetiba terpuruk lantaran sang ayah terserang stroke. Keluarganya bahkan harus menggadaikan sertifikat rumah untuk menambal biaya pengobatan.

“Kejadiannya sekitar Juli 2017, bapak saya masuk ICU. Saya dan ibu bingung, akhirnya menggadaikan sertifikat rumah Rp25 juta,” kata RS.

RS sendiri kala itu masih bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) di salah
satu gerai mall kawasan Jalan Pemuda, Surabaya. Dia mengaku bingung dengan kondisi yang menerpa keluarganya. Baru dirawat dua minggu di rumah sakit, pengeluaran keluarga RS tembus Rp14 juta. “Soalnya bayar normal, gak punya BPJS Kesehatan,” terangnya.

RS pun memutar otak agar bisa terus membiayai pengobatan sekaligus tebusan sertifikat rumah. Belum lagi, dia punya tiga orang adik yang masih sekolah di SD, SMP dan SMA. “Akhirnya saya curhat, tanya ke teman saya. Kerjaan apa yang bisa nambah penghasilan, dia menawarkan untuk jual diri. Saya kaget,” katanya.

Baca Juga: Dalam Satu Tahun, Rekening Muncikari VA Capai Rp2,8 M 

Laris Manis Prostitusi Daring di Kota PahlawanIDN Times/Sukma Shakti

 

Tawaran sang teman tak langsung ia iyakan. RS mengaku berpikir panjang sebelum memutuskan untuk terjun ke bisnis ini. Di sisi lain, ia juga tak punya banyak waktu lantaran biaya pengobatan sang ayah terus menggerus pundi-pundi keuangan keluarga.  

Tepat Desember 2017, dia memutuskan untuk terjun ke dunia prostitusi. Sang teman yang menawarkan pekerjaan tersebut mengajaknya ke salah satu karaoke kawasan Wiyung, Surabaya. Di sinilah dia dikenalkan dengan seorang pelanggan berasal dari luar jawa. “Saya awalnya disuruh nemenin aja, nuangin bir. Karena saya kan gak bisa minum (bir) sama merokok,” kata RS,

Tak lama setelah itu, RS pun diberitahu oleh pelanggannya kalau sudah mabuk minta dipesankan taksi dan check in di hotel kawasan Kedungsari Surabaya. Dia pun menurutinya, segeralah mereka berdua menuju hotel. “Saya bingung, saya gak pernah melayani. Saya disuruh pakai handuk pas di kamar terus disuruh melayani. Saya menangis tapi dimarahin,”
ungkapnya.

Usai melayani, tangis RS tak bisa dibendung lagi. Dia berlari menuju kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya. Dia tidak percaya harus berhubungan seks dengan pria yang tak dicintainya. Tapi keputusan telah diambil. Sesal jelas hanya menambah duka.

“Setelah itu paginya saya diajak sarapan langsung dipesenin taksi buat ke Terminal Bungurasih dan langsung pulang. Saya dikasih amplop tebal. Isi amplopnya Rp4 juta,” bebernya.

Baca Juga: Penyewa Jasa VA Tak Bisa Dipidana? Ini Penjelasan Hukumnya

Usai kejadian itu, RS pun mulai berani mencari pelanggan sendiri. Sampai akhirnya, ketika bertemu pelanggan ketiga ia disarankan untuk menggunakan media sosial Twitter untuk memudahkan pemesanan. “Saya dibuatin Twitter. Saya mulai gunakan itu, ramai. Saya praktik di Surabaya dan Malang, sambil jadi SPG masih jalan 3 bulan itu. Tapi habis itu resign (undur diri) dari SPG karena capek,” jelasnya.

Memasuki tahun 2018, RS sempat berkenalan dengan seorang muncikari yang beroperasi di Malang. Sang promotor mematok harga lebih mahal yaitu Rp800 untuk sekali kencan. Namun bukan itu yang membuatnya akhirnya memilih jalur “indie”.

“Papinya (muncikari) minta jatah seminggu sekali, gratis lagi,” terang RS.

Ia pun sempat dihujat karena dianggap merusak pasaran di Malang. Sebab di sana, tarif minimal dipatok Rp800 ribu, sedangkan RS membandrol dirinya Rp650 ribu sekali kencan. “Saya dikatain sok pinter, saya dibilang anak baru belum tahu apa-apa merusak harga pasaran, saya bilang yang nentukan harga ya kita sendiri,” kata dia. Hujatan promotor nampaknya tak membuat surut tekad RS. Ia memilih tetap beroperasi tanpa muncikari di Malang.

Sayang, bukannya untung yang ia terima, uang sebesar Rp1,7 juta dan satu telepon genggam milikinya justru raib oleh seorang pelanggan. Bahkan, akun twitternya yang sudah memiliki 13 ribu pengikut diretas oleh orang. Kejadian tersebut sempat membuat pendapatannya menurun drastis. Dari kejadian tersebut, ia sadar bahwa media sosial kini merupakan bagian besar dari bisnis prositusi. Ia pun membuat akun baru agar tetap bisa eksis di jalur ini.

Laris Manis Prostitusi Daring di Kota PahlawanIDN Times/Sukma Shakti

 

Meski kini jumlah pelanggannya sudah normal, namun RS mengaku tak ingin ketagihan. Kini, dalam satu minggu ia hanya membuka praktik 3 hari. Itu pun dibatasi hanya 3 pelanggan per hari. Dari profesi yang ia jalani, RS kini mengaku bisa meraup Rp7,8 juta per bulan. Jumlah yang lebih besar dari gajinya sebagai SPG yang hanya sesuai UMR Surabaya, Rp3,7 juta.

Sekalipun menggiurkan, di lubuk hati RS ternyata masih menyimpan harapan hidup normal. Bahkan, ia punya resolusi untuk bisa keluar dari bisnis ini sebelum 2019 berakhir. “Saya pengen berhenti sebelum akhir tahun ini, semoga dapat rezeki, saya minta petunjuk,” ungkap RS sembari menyeka air matanya.

Ungkapan RS tak hanya omong kosong belaka. Ia kini mulai menyewa ruko di kampung halaman. Di sana, ia membuka bisnis isi ulang pulsa dan kuota internet.

“Makanya kalau habis kerja gini malam, subuhnya sudah pulang. Soalnya pagi-siang saya yang jaga, kalau sore-malam adik saya. Ibu kerjanya cuci dan setrika di perumahan,” kata RS.

RS berharap, bisa segera menebus sertifikat rumah neneknya yang digadaikan. Setelahnya, dia ingin membelikan rumah orangtuanya sekaligus melihat bapaknya sehat kembali. Bahkan, ia berjanji tak akan menikah terlebih dahulu sebelum impiannya terwujud. “Masih banyak tanggungan, adik biar lulus dulu. Bisa nyenengin orangtua yang utama.”

Laris Manis Prostitusi Daring di Kota Pahlawankata Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Kanit PPA), AKP Ruth Yeni. IDN Times/Ardiansyah Fajar

 

RS hanyalah salah satu wanita yang menggeluti bisnis prostitusi daring. Masih banyak ratusan bahkan ribuan wanita yang membuka lapaknya di media sosial. Saya mendapat informasi dari RS kalau salah satu kenalannya, wanita inisial F malah dijual oleh suaminya sendiri. “Iya suaminya kayak preman gitu, kalau ke sini suaminya nunggu di lobby hotel. Istrinya melayani tamu. Yang wanita itu asalnya Kalimantan, kalau suaminya orang Surabaya," ungkapnya.

Entah apakah ada hubungannya penutupan “Dolly” dengan bisnis ini. Yang jelas, geliat prostitusi daring makin terasa seiring kecanggihan. Data Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Kota Surabaya menyatakan ada 20 kasus perdagangan orang berbasis daring selama 2018. “Iya online semua itu,” kata Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Kanit PPA), AKP Ruth Yeni.

Geliat prostitusi daring ini pun diakui oleh Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jatim, AKBP Harissandi. Dia menyebut trennya kini terus menanjak. Menurutnya, para penyedia jasa layanan seks memilih jalur daring karena lebih aman dan mudah.

Sebaliknya, ia mengaku bahwa polisi terus melakukan patroli siber di dunia maya untuk mengawasi dan menindak akun-akun yang terlibat jaringan prostitusi daring. "Orang tidak menyangka di medsos aman, ada polisi yang laksanakan patroli," kata Harissandi.

Biasanya, kata dia, usai mendapatkan kontak penyedia layanan seks, penyewa dan penyedia langsung melanjutkan obrolan via pesan Whatsapp, Line atau pun telepon seluler.

"Kalau medsos terbanyak yang umum digunakan seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Itu yang terus kami pantau, kalau memang ada transaksi langsung ditindak," kata Harissandi.

Harissandi melanjutkan, cakupan pemasaran layanan seks melalui daring kini tak hanya di kota besar seperti Surabaya. Beberapa daerah lainnya seperti Kediri dan Nganjuk juga sudah menjadi sasaran empuk.  "Kota besar sangat banyak sekali. Karena itu kebutuhan, ada yang lintas provinsi juga termasuk Kalimantan. Yang kecil seperti Rp50 ribu - Rp1 juta, di Nganjuk dan Kediri ada," beber Harissandi.

Laris Manis Prostitusi Daring di Kota PahlawanIDN Times/Sukma Shakti

Meski mengatakan bahwa praktik ini terus meningkat, namun berdasarkan data yang saya dapat dari Subdit V Siber Ditreskrimsus, Polda Jatim, jumlah pelacuran daring yang ditindak oleh Polda Jatim selama tahun 2018 hanya 5 kasus. Kasus yang paling mencolok ialah penangkapan Ratu Muncikari, Yunita alias Keyko pada Mei 2018.

Keyko terbukti sebagai operator praktik prostitusi daring di hotel kawasan Ngagel Surabaya. Dia pun ditangkap oleh polisi di Denpasar, Bali. Pada Oktober 2018, dia menjalani sidang putusan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Dia dijatuhi hukuman 7 bulan penjara karena terbukti melanggar Pasal 296 KUHP tentang muncikari.

Ihwal minimnya jumlah kasus yang diungkap, Harissandi mengakui bahwa pihaknya menemui beberapa kendala. 

"Memang banyak bisnis esek-esek online ini. Cuma, di tingkat Polda, kami lakukan penindakan, tapi satu-satu. Kami personelnya terbatas, toh untuk muncikari terbesar kami yang menindak, Keyko. Sama yang terakhir ini artis," kata Harissandi.

Walau minim soal jumlah, Harissandi mengklaim bahwa apa yang dilakukan Polda merupakan bukti positif dalam pemberangusan prostitusi daring. "Ini  untuk pertama kalinya dalam kasus VA kami tetapkan tersangka PSK-nya," tegasnya.

Ia pun meminta agar penindakan prostitusi daring jangan hanya dibebankan kepada kepolisian. "Namanya penyakit masyarakat, biarpun ditindak tetap saja. Kami tidak akan memberantas secara bersih kalau tidak ada masyarakat yang andil, khususnya kepala daerah."

Laris Manis Prostitusi Daring di Kota PahlawanMuncikari kasus prostitusi yang melibatkan VA. IDN Times/Ardiansyah Fajar

Sementara itu, pakar sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR) Bagong Suyanto menilai hal ini sudah menjadi barang lumrah di kalangan mahasiswi sampai artis. "Karena industri pelacuran itu seksual komersial, ini bisnis," katanya.

Terkait prostitusi daring kian marak di kalangan mahasiswi, model
hingga artis, Bagong mengatakan adanya tekanan gaya hidup yang tinggi. Dia menyebut, bahwa mereka sudah tergoda dengan gaya hidup hedonisme. Maka dari itu, para wanita ini memandang bahwa kesenangan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. "Makanya mereka punya pekerjaan sampingan (prostitusi daring)."

Meski begitu, Bagong melihat kalau praktik prostitusi daring bukan semata-mata berlatar duit. Menurutnya ada unsur lain yang membuat seseorang jatuh ke dalam bisnis tersebut, seperti korban pemerasan. "Takut fotonya yang vulgar disebarluaskan, terus terlanjur masuk jaringan ini (prostitusi daring)," ucapnya.

Bagong berharap pemerintah dan kepolisian serius memberantas praktik pelacuran dengan membuat payung hukumnya. Misalnya memperbarui KUHP tentang pelacuran. Salah satu poin yang menurutnya harus diubah adalah soal pidana terhadap pelaku. Sebab, selama ini yang bisa menjadi tersangka hanya muncikari. "Padahal ini kan hukum permintaan dan penawaran. Nah, sekarang yang diurusi penawarannya saja. Harusnya, permintaan ini (penyewanya) juga, biar ada efek jera," pungkasnya.

Baca Juga: [BREAKING] RESMI, Artis Berinisial VA Jadi Tersangka Prostisusi Online

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya