HIV/AIDS di Jatim Tinggi, Surabaya ada 600 Kasus Lebih Selama 2022

Penyebabnya macam-macam

Surabaya, IDN Times - Kasus HIV/AIDS di Jawa Timur (Jatim) tercatat masih tinggi. Salah satu penyumbangnya ialah Kota Surabaya. Ternyata, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi. Pemerintah provinsi maupun kota pun mencoba menekannya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr. Erwin Astha Triyono bilang, sari hasil pemeriksaan HIV yang dilaksanakan telah  ditemukan 6.145 pasien baru sampai dengan Oktober tahun 2022. Kini, kasus kumulatifnya sebanyak 84.959 kasus.

"Dari kasus yang ditemukan tersebut sebanyak 23.230 pasien yang saat ini mendapatkan terapi ARV," ujarnya tertulis, Jumat (2/12/2022).

Erwin mengaku bahwa masih terdapat kesenjangan antara jumlah kasus yang ditemukan dengan jumlah kasus yang diterapi ARV. Hal ini karena banyak pasien yang telah meninggal maupun putus berobat.

Untuk meningkatkan akses terapi ARV, pemprov meningkatkan unit layanan testing HIV di Puskesmas dan rumah sakit, yaitu dari 1.178 unit layanan di tahun 2021 menjadi 1.380 unit layanan di tahun 2022.

Selain itu juga telah meningkatkan jumlah layanan terapi ARV, dari 380 unit layanan di tahun 2021 menjadi 420 layanan hingga September 2022.

Sementara itu, Kepala Dinkes Surabaya, Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina menyebut temuan pengidap HIV/AIDS selama 2022 ini mencapai 663 kasus. Paling banyak yang terinfeksi justru laki-laki yakni 80,09 persen dari total kasus.

"Penemuan kasus HIV terbanyak di wilayah Kecamatan Wonokromo, Sawahan, Tegalsari, Tambaksari, Krembangan," kata dia. "Usia paling banyak adalah rentang usia 25-49 tahun," dia menambahkan.

Lebih lanjut, Nanik menyampaikan penyebabnya ada tiga faktor. Pertama homoseksual sebesar 44,04 persen, heteroseksual 53,85 persen dan perilaku berbagi jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba suntik (penasun) sebesar 2,11 persen.

Adapun upaya Dinkes Surabaya untuk mencegah naiknya kasus HIV/AIDS antara lain, memberikan edukasi HIV/AIDS yang benar mengenai cara penularan, pencegahan sekaligus pengobatan kepada kelompok berisiko (WPS, LSL, Waria, IDU), kelompok rentan ibu hamil, masyarakat termasuk pelajar SMP hingga SMA

"Skrining dini pada kelompok beresiko dan kelompok rentan serta pemberian pengobatan ARV untuk memutus mata rantai penularan HIV/AIDS. Pemberian Pre Exposure Profilaksis (PrEP). Pendidikan kesehatan Reproduksi pada calon pengantin," kata dia.

Baca Juga: Peringatan Hari AIDS Dunia, Ini 5 Fakta Berkaitan dengan HIV/AIDS

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya