Hari Preeklamsia Sedunia, Angka Kematian Ibu di Jatim Masih Jadi PR

Jumlahnya tahun lalu masih ratusan kasus

Surabaya, IDN Times - Angka kematian ibu di Jawa Timur (Jatim) masih tergolong tinggi. Angka itu menjadi sorotan di tengah peringatan Hari Preeklamsia Sedunia, Senin (22/5/2023). Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu hamil.

Kasus preeklamsia ini marak terjadi pada usia kehamilan 20 minggu. Hal ini sejalan dengan data Dinas Kesehatan Jatim yang mana menunjukkan jumlah Kematian Ibu tahun 2022 sebanyak 499 kasus. Angka ini memang jauh lebih rendah dibanding tahun 2021 sebesar 1.279 kasus.

Dengan jumlah kematian ibu sebanyak 499 kasus di tahun 2022 ini, maka Pemprov Jatim mencatatkan jumlah kematian ibu terendah sepanjang 7 tahun terakhir. Di tahun 2016 jumlah kematian ibu di Jatim mencapai angka 534 kasus. Tahun 2017 turun menjadi 529 kasus.

Kemudian di tahun 2018 kembali turun menjadi 522 kasus. Begitu pula di tahun 2019 berhasil turun menjadi 520 kasus. Sedangkan di tahun 2020, jumlah kematian ibu tercatat sebanyak 565 kasus. Dan di tahun 2021 lalu sebanyak 1.279 kasus.

Kendati turun, Gubernur Khofifah Indar Parawansa tetap ingin kasus ini ditekan. Bahkan kalau bisa dijadikan nol kasus. Dia pun mengimbau setiap ibu hamil untuk  waspada dan tetap menjaga kesehatan tubuh agar tidak terjadi preeklamsia dan komplikasi dengan rajin melakukan screening.

“Ibu hamil harus rajin dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala pada bidan maupun puskesmas terdekat. Sebab dengan pemeriksaan rutin, maka potensi bahaya preeklampsia bisa dihindari,” katanya di Gedung Negara Grahadi pada  Hari Prekelampsia Sedunia.

Khofifah mengajak para Ibu Hamil melakukan deteksi dini kehamilannya di pusat layanan kesehatan setempat. Ini berfungsi untuk mengetahui berapa besar potensi terjadinya preeklampsia. "Jadi ketika Nakes melihat adanya potensi (preeklampsia) langkah tindakan akan segera dilakukan," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr. Erwin Astha Triyono berkomitmen untuk terus melakukan langkah-langkah percepatan dalam penurunan AKI/ AKB di Jawa Timur. "Kami meningkatkan kunjungan layanan pemeriksaan kehamilan dari 4 kali menjadi 6 kali," kata Erwin.

"Pada trimester 1 dan 3 dokter berperan aktif dalam pemeriksaan kehamilan dengan pemeriksaan USG terbatas, serta melakukan skrining pre eklamsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,” terang dia.

Selain itu juga meningkatkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir dengan kunjungan neonatus, sistem rujukan, serta melakukan pendampingan ke RSUD kabupaten/ kota lokus AKI-AKB dari RS rujukan Pemprov Jatim. Seperti RSUD dr. Soetomo dan RSUD dr. Saiful Anwar.

Baca Juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jatim Turun, Khofifah Masih Belum Puas

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya