Dua Dokter di Sampang dan Bangkalan Meninggal Dunia dengan Status PDP
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Dua dokter di Jawa Timur (Jatim) kembali dilaporkan gugur. Adalah dr. Deni Dwi Yuniarto yang tercatat sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Sampang dan dr. H. Dibyo Hardianto yang juga IDI cabang Bangkalan, Madura.
"Iya benar, dokter Deni dan dokter Dibyo," ujar Ketua IDI Jatim Sutrisno dikonfirmasi IDN Times, Senin (15/6).
1. Meninggal status PDP
Kedua dokter ini, lanjut Sutrisno, meninggal dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Penyematan status ini cukup wajar, karena sebelum meninggal dunia keduanya sempat dirawat dengan gejala seperti COVID-19.
"Jadi beliaunya PDP, secara klinis ada gejala COVID-19, thorax foto juga positif (ada flek). Swab-nya masih menunggu, problemnya swab kan butuh waktu," katanya.
2. Satu praktik di Puskesmas Sampang, satu di Klinik Bangkalan
Terkait keseharian kedua dokter yang gugur ini, Sutrisno mendapat informasi bahwa dr. Deni bertugas di salah satu puskesmas di Sampang. Dia tidak menjelaskan rinci perihal terpapar COVID-19, tapi yang jelas menangani pasien di puskesmas.
Kemudian dr. Dibyo, dia praktik di klinik kawasan Blega, Bangkalan, Madura.
"Dokter Deni di puskesmas Sampang, lalu dokter Dibyo di Blega," ucap Sutrisno.
Baca Juga: Positif COVID-19, Dokter Residen RSUD dr. Soetomo Meninggal Dunia
3. Sampaikan belasungkawa
Atas meninggalnya kedua dokter ini, IDI Jatim menyampaikan belasungkawa mendalam. Dia prihatin dengan kondisi sekarang ini, karena angka tenaga kesehatan termasuk dokter dan perawat terus bertambah. "Dokter dan nakes sudah sadar COVID-19 akan berlangsung lama, karena orang sakit makin banyak," katanya.
"Maka dari itu, harus siap-siap dengan APD bagus, mengatur praktik pasien dibatasi, mengutamakan PHBS di tempat kerja," Sutrisno menambahkan.
4. Minta masyarakat patuhi protokol kesehatan dan jujur
Sutrisno juga menyarankan, agar para dokter yang praktik memanfaatkan teknologi. Sehingga pasien yang datang tidak sampai mengantre bahkan berkerumun. "Jadi daftar lewat IT, WA atau apa yang dipunya dokter dan fasker. Jadi pasien datang tahu, tidak perlu lama-lama," jelasnya.
"Tolong dong masyarakat patuhi protokol kesehatan. Tolonglah jujur ke dokter dan nakes kalau kontak sama siapa sebelumnya, tokoh masyarakat ayo jadi pionir hidup sehat," harapnya.
Baca Juga: Dokter Miftah Meninggal Akibat COVID-19, Istrinya Turut Positif