Surabaya, IDN Times - Sebanyak tujuh pengaman pertandingan alias match steward memberi kesaksian dalam sidang kedua tragedi Kanjuruhan. Mereka mengaku sudah totalitas mengamankan jalannya pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022, meski honor yang didapat Rp100 ribu.

Salah satu steward, Ahmad Yoni mengatakan, saat pertandingan tersebut ada 250 steward yang diturunkan. Mereka dibagi berdasarkan tugas masing-masing, seperti di pinggir lapangan atau sentle ban, pintu darurat, pintu masuk, tribun VVIP-VIP, papan skor, ruang pemain, hingga ruang wasit.

Yoni tidak menyangka kalau bakal terjadi tragedi yang menewaskan 135 Aremania pada malam setelah Arema FC kalah dengan skor 2-3 dari Persebaya. Dia yang berjaga di belakang gawang utara sudah berusaha menghalau suporter yang merangsek ke lapangan. Namun, ia mengaku kalau jumlah.

Malahan, sambung Yoni, dia terkena tembakan gas air mata. Matanya pun perih. Dia harus mundur dekat tribun VIP untuk mengembalikan kondisinya setelah kena gas air mata. Setelahnya, Yoni bergegas membantu suporter yang pingsan akibat gas air mata.

"Ada banyak yang minta tolong. Saya ikut bantu," ujarnya.

Sementara enam pintu darurat, kata Yoni, sudah terbuka. Semua suporter diminta keluar lewat sana. Sayangnya, instruksi steward kalah riuh dengan gejolak yang terjadi. Ditambah para suporter yang terjebak di tribun. Mereka ingin masuk ke lapangan untuk menjangkau pintu darurat lantaran takut dengan aparat.

"Ya mereka mau turun takut sepertinya," kata dia. Di sisi lain, ia tak mendengar apapun dari pengeras suara stadion. "Tidak ada imbauan malam itu," ucap Yoni.

Terkait regulasi sendiri, sambung Yoni, pihaknya selama ini tidak tahu. Pun dengan pembagian tugas. Selama ini, mereka hanya bermodal briefing atau arahan dari security officer, Suko Sutrisno yang saat ini jadi terdakwa.

Baca Juga: Sidang Saksi Kanjuruhan, 400 Personel Berjaga di PN Surabaya