COVID-19 Meledak Lagi, Epidemiolog Minta Rencana PTM Juli Dikaji Lagi

Masih kategori rawan penularan

Surabaya, IDN Times - Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), dr. Windhu Purnomo meminta pemerintah khususnya Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim meninjau ulang rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Juli mendatang. Menurutnya perkembangan pandemik COVID-19 masih sangat berisiko.

"Jadi kalau kita nekad melakukan pembukaan PTM, kita sengaja membuat para siswa bergerak ke sekolah. Kemudian di sekolah mereka berinteraksi dengan orang lain dan yang paling berbahaya adalah saat di perjalanan dari rumah ke sekolah kemudian pulang dari sekolah menuju rumah. Justru itu lah yang berisiko tinggi," ujar Windhu, Minggu (20/6/2021).

1. Ada kebiasaan siswa yang menimbulkan risiko

COVID-19 Meledak Lagi, Epidemiolog Minta Rencana PTM Juli Dikaji LagiUji coba pembelajaran tatap muka di SMP 5 Semarang. (dok. SMP 5 Semarang)

Hal yang berisiko bagi para siswa yakni kebiasaan bergerombol. Seperti perilaku siswa yang mungkin akan sering pulang dengan berbondong-bondong dan beramai-ramai singgah di suatu tempat sepulang sekolah menyebabkan sangat berisiko tertular virus.

"Anak-anak usia di bawah 18 tahun itu relatif imunitasnya baik. Kecuali bila mereka punya komorbid, itu yang bisa berisiko meninggal ketika mereka tertular yang punya kelainan bawaan saat lahir, dan seterusnya. Secara umum anak-anak itu lebih sehat. Karena daya tahan tubuh mereka relatif lebih bagus karena masih muda," ucapnya.

Baca Juga: Jokowi Minta PTM Hanya 2 Jam Per Hari dan 2 Kali Seminggu

2. Bisa menularkan ke orangtua dan rentan

COVID-19 Meledak Lagi, Epidemiolog Minta Rencana PTM Juli Dikaji Lagifreepik.com

Jika ada siswa tertular, kata Windhu, mungkin hanya sakit ringan atau tanpa gejala, tetapi mereka akan membawa virusnya pulang ke rumah. Padahal yang ada di rumah mungkin ada bapak-ibu atau kakek-neneknya yang umurnya sudah di atas 60 tahun. Seperti ada kerabat atau kakaknya yang mempunyai komorbid.

"Jika mereka tertular mungkin hanya sakit ringan atau tanpa gejala, tetapi mereka akan membawa virusnya pulang ke rumah, padahal yang ada di rumah mungkin ada bapak-ibu atau kakek-neneknya yang umurnya sudah di atas 60 tahun, mungkin ada kerabat atau kakaknya yang mempunyai komorbid," Windhu.

3. Beri saran ke pemerintah untuk tinjau epidemiologi

COVID-19 Meledak Lagi, Epidemiolog Minta Rencana PTM Juli Dikaji LagiANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Lebih lanjut, Windhu menyarankan, jika pemerintah ingin membuka PTM harus melihat kondisi epidemiologi terlebih dahulu, tidak cukup melihat peta zonasi risiko yang ada. Pasalnya, jumlah kasus positif yang dilaporkan selama ini diestimasi maksimum hanya seperdelapan dari kasus real yang ada. Adapun syarat lain, seharusnya angka positivitas tidak boleh lebih dari lima persen.

"Lihat kondisi epidemiologi, angka positivitas saat ini belum di bawah 5 persen. Angka positivitas Indonesia beberapa hari terakhir ini pernah 33 persen, itu tinggi banget, dari 100 orang yang diperiksa 33 orang positif. Bayangkan, luar biasa menakutkan," tegas Windhu.

Tidak hanya itu, menurut Windhu hak anak juga harus diperhatikan. Dalam konvensi hak anak, terdapat empat hak yang dimiliki anak. Yaitu hak untuk kelangsungan hidup, isinya adalah hak untuk hidup dan hak untuk sehat, baru setelah itu hak memperoleh perlindungan, hak tumbuh kembang, di dalamnya ada pendidikan dan hak berpartisipasi.

Baca Juga: Nadiem Makarim: Semua Sekolah Boleh PTM Terbatas, Kecuali...

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya