Kain Batik Gringsing Banyuwangi Milik Haidi, Diwariskan 5 Generasi

Sudah sangat langka, kalaupun ada gak orisinil

Banyuwangi, IDN Times - Di tahun 2022 ini, batik sudah menjadi tren busana segala usia. Kawula muda saat ini sudah tidak lagi menyebut batik sebagai fesyen yang ketinggalan. Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya, batik sudah menjadi berevolusi menjadi pakaian wajib yang harus dimiliki oleh setiap penduduknya.

Bahkan, saat ini batik di Banyuwangi lebih sering dipakai oleh kawula muda ketimbang para orang tua. Ngomongin soal batik Banyuwangi, tahukah kamu jika ternyata ada sebuah motif batik asli Banyuwangi yang sudah langka ditemukan? Ya, salah satu jenis batik yang sudah susah ditemui di Banyuwangi adalah motif Gringsing. Selain motifnya yang lumayan rumit, faktor kelangkaan ini juga dipengaruhi oleh tren pamor dan berkurangnya perajin batik tulis. 

1. Paling langka dan tertua di Banyuwangi

Kain Batik Gringsing Banyuwangi Milik Haidi, Diwariskan 5 GenerasiBatik Gringsing Banyuwangi. (Istimewa)

Motif Gringsing ini juga menjadi yang tertua di Banyuwangi. Konon, batik ini sudah ada sejak era kerajaan Majapahit terdahulu. Batik Gringsing Banyuwangi ini memiliki filosofi keseimbangan, kemakmuran dan kesuburan.

Seorang seniman dan tokoh Osing di Desa Adat Kemiren, Haidi Bing Slamet (41), memiliki sebuah batik Gringsing yang sudah berusia ratusan tahun. Batik tersebut dikatakan Haidi sudah menjadi warisan keluarga secara turun temurun hingga 5 generasi. Wajar jika batik ini menjadi super langka. Andaipun ada, kebanyakan batik motif Gringsing saat ini sudah menggunakan teknologi cap. Bukan sepenuhnya murni tulis tangan. Dia mengaku, tidak akan melepaskan batik tersebut dengan harga berapapun.

"Kain batik milik saya ini sudah 5 generasi dan sekarang hanya menjadi koleksi keluarga saja," kata Haidi, Sabtu (1/10/2022).

2. Sangat jarang ditemukan yang orisinil 

Kain Batik Gringsing Banyuwangi Milik Haidi, Diwariskan 5 GenerasiBatik Banyuwangi. (Instagram/ tatsaka_batik)

Haidi menjelaskan, di Desa Kemiren juga terdapat banyak motif batik asli suku Using lainnya seperti Sembruk Cacing, Gajah Oling, Umah Tawon, Kopi Pecah, Gedheg'an, Gajah Mungkung, Paras Gempal, Srimpet, Wader Kesit, Kangkung Setingkes, Lakaran, Juwono, Garuda Mungkur dan Sekar Jagad.

Beragam motif batik tulis asli Kemiren tersebut hingga saat ini masih dipertahankan. Namun, beberapa di antaranya yang memiliki tingkat kerumitan yang maksimal. Sehingga banyak perajin batik saat ini kesulitan untuk menirunya.

Salah satunya adalah motif Gringsing. Guratan dan garis-garis tipis memanjangkannya membuat perajin kesusahan untuk meniru. Sementara itu, batik ini juga memakan waktu hingga 4 bulan proses pengerjaan. 

"Misal motif Gringsing ini, kalau perajin kuno menggunakan canting berukuran kecil dan butuh waktu lama. Harus benar-benar sabar. Kalau yang dihasilkan perajin sekarang menggunakan canting berukuran besar, dan rata-rata terburu dikejar pesanan," jelasnya.

Baca Juga: Mengenal Batik Nitik, Bentuk Lain Perlawanan pada Kolonial Belanda  

3. Pelestarian batik Banyuwangi lewat festival 

Kain Batik Gringsing Banyuwangi Milik Haidi, Diwariskan 5 GenerasiBanyuwangi Batik Festival 2022. (dokumentasi Pemkab Banyuwangi)

Meski motif Grigsing mulai ditinggalkan, bukan berarti batik ditinggal begitu saja. Ada banyak upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi agar motif lawas tak punah. Salah satunya adalah dengan memunculkan sejumlah inovasi melalui Banyuwangi Festival. Ajang ini menjadi wadah kreatifitas para model dan desainer anak-anak muda Banyuwangi, sekaligus mengampanyekan "Bangga Buatan Indonesia".

Event Banyuwangi Batik on Pedestrian digelar rutin tiap tahun sejak 2013 sebagai rangkaian kegiatan event Banyuwangi Batik Festival (BBF). Setelah sempat terhenti dua tahun karena pandemi covid-19, parade fesyen batik di trotoar ini kembali digelar tahun ini di area creative space, Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan, Jumat sore (30/9/2022).

Para model tampak membawakan busana batik hasil desain sendiri maupun hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Tema busana yang disajikan mulai kasual, busana pesta, hingga busana kerja.

"Ini adalah cara untuk mendukung industri sektor kreatif, khususnya batik, di Banyuwangi. Kami berharap para perajin batik lokal kembali bergeliat. Kembali berkreasi setelah stagnan karena pandemi, dan tentunya pesanan kain batiknya juga kembali pulih," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani.

Baca Juga: Batik Daliwangun, Cerit Rakyat Lamongan Lolos dari Kejaran Belanda

Agung Sedana Photo Community Writer Agung Sedana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya