Selamat Jalan Sang Penjaga Jurnalisme Radio

Kekuatan suara itu misterius

Saya baru enam tahun terakhir mengenalnya dari dekat. Awalnya, hanya bisa mengamati langkahnya hari-hari di kantor lama Suara Surabaya Media Jalan Wonokitri Besar 40 C. Sebuah kantor sederhana bercat biru yang dikenal terletak di puncak Bukit Wonokitri karena tanjakan jalannya cukup menantang. 

Tahun 2016 pagi, saya disapa Errol Jonathans di pintu masuk kantor, dekat kantin. Dengan senyum tipis dan tatapan tajam di balik kacamata, "Selamat ya din. Itulah cara mengukur kemampuan dan kualitasmu,"
"Ya Pak Errol"
"Kemarin siapa yang menyerahkan hadiahnya?"
"Bu Risma langsung, Pak Errol"
"Pialanya kok kecil ya kayaknya"
"Sekali lagi selamat ya"
"Ya Pak Errol, Terima Kasih"

Lalu kami saling berlalu. Saya menuju meja kerja saya di lantai dua setengah. Errol masuk ke ruangannya di pojokan lantai bawah.

Percakapan sangat singkat itu saya rasakan cukup istimewa. Saya merasa hati ini sedang dibesarkan. Semangat saya sedang dipompa. Meskipun waktu itu Juara 1 Lomba Karya Jurnalistik yang saya dapat masih di tingkat lokal Surabaya, tapi Errol punya cara untuk memompa semangat reporternya.

Hari-hari berikutnya. Kerja saya semakin semangat. Dua kali lipat. Pagi saya memulai hari ke kantor dulu, sebelum terjun ke lapangan menggali informasi untuk berita.

Perhatian seorang CEO Errol Jonathans ini ternyata tidak hanya kepada saya saja. Tapi juga dia curahkan kepada karyawan lain. Terutama yang bertugas di garda terdepan produksi. 

Errol juga seperti tidak lelah. Menuntun, melatih, mengoreksi setiap derap jurnalisme di Radio Suara Surabaya atau Suara Surabaya Media. 

Beberapa kali saya berkesempatan mengikuti pelatihan jurnalistik di kantor yang dipimpin langsung oleh Errol. Bahkan, yang saya terkagum saat itu dia memutarkan sebuah rekaman karya features sebuah radio di Jerman. Kala itu isinya mengulas tentang peleburan lonceng gereja untuk bahan meriam perang.

Kami peserta pelatihan saat itu kurang mengerti isinya. Karena yang disajikan dalam features radio yang diputar itu dominan suara lonceng dan dentuman meriam. Minim sekali voice over. 

Tapi, Errol sangat detail menjelaskan karya itu. Dia bilang kalau penggambaran suasana atau dalam dunia radio disebut ambience, memiliki news value yang tinggi. Karena, pendengar bisa langsung menghidupkan imajinasi seolah berada di situasi nyata di lokasi.

Selamat Jalan Sang Penjaga Jurnalisme RadioKabar meninggalnya CEO Surabaya, Errol Jonathans. Instagram.com/Suara Surabaya Media

Dalam sesi itu, Errol juga bercerita kalau dia lebih senang gaya peliputan feature radio mazhab Eropa ketimbang mazhab Amerika. Kata Errol, radio Eropa tidak banyak bicara tapi membawa pendengar pada suasana fakta. Sedangkan mazhab Amerika lebih kental pada deskripsi voice over dari reporternya. Menurutnya, itu rawan terpeleset pada opini. 

Dari pelatihan itu, Errol bilang jangan berkecil hati hanya karena kita tidak terlihat dan ditonton seperti televisi. Jangan salah, suara itu bisa langsung masuk ke pikiran dan bisa menggerakkan nurani. "Kekuatan suara itu misterius," kata Errol.

Karena itu, sebagai radio yang memiliki tagline news, interaktif, solutif, reporter dan penyiar Radio Suara Surabaya dituntut bisa memainkan suara dalam panggung theatre of mind. Bukan sekadar banyak bicara tapi hampa di udara.

Dua bulan lalu tepatnya Maret 2021, saya masih berkesempatan mengobrol dengan dengan Errol. Kami mengobrol sedikit lebih lama di sisa hari-hari terakhir saya di Suara Surabaya Media. Karena saat itu saya sudah pamit dari Radio Suara Surabaya untuk berproses di tempat baru, IDN Times. Saya merasa Errol sangat mendukung pilihan saya.

Selamat Jalan Sang Penjaga Jurnalisme RadioKabar duka meninggalnya CEO Suara Surabaya, Errol Jonathans. Instagram.com/Suara Surabaya Media

Di kantor baru Suara Surabaya Media yang megah di Jl Bukit Darmo, di lantai 3 kala itu kami mengobrol. Saat itu saya, Errol, dan ada Restu Indah salah satu penyiar juga. Errol banyak bercerita kalau telah mengoleksi seluruh laporan warga di radio tentang penemuan mobil, kriminalitas dan kasus-kasus sosial warga yang telah dia pilah-pilah. Rekaman siaran radio itu dia simpan rapi seperti dokumen sejarah model perilaku sosial warga Surabaya dari tahun ke tahun yang masuk ke Radio Suara Surabaya. 

Dia juga nyeletuk menyarankan saya dan Restu Indah agar membiasakan merekam kalau menemukan fenomena atau values, kalau malas menuliskannya. Karena itu penting. Suatu saat bisa didengarkan kembali, kala ada konteksnya.

Dia juga bercerita kalau di ruangannya yang di kantor lama, dia punya lukisan pohon Jazz atau sejarah Musik Jazz berbentuk pohon. Ketertarikan Errol pada musik Jazz tidak hanya sebatas sebagai penikmat. Tapi, dia terus berharap Jazz bisa beregenarasi. Itulah kenapa Jazz Traffic Festival menjadi event tahunan yang digelar Suara Surabaya Media.

Berulang kali di banyak media, Errol menjelaskan bahwa Jazz Traffic sejatinya nama sebuah program siaran di Radio Suara Surabaya yang mengudara sejak 1983. Maestro jazz Bubi Chen tercatat pernah mengasuh program acara tersebut sejak 1985 sampai wafat pada 2012.

"Sejak 2010 acara jazz on air itu kami tarik ke luar menjadi festival setiap tahun," kata Errol.

Masih banyak cerita tentang Errol Jonathans bagi yang lebih lama mengenalnya. Terutama soal dunia radio. Karena kalau boleh saya menyebut, Errol Jonathans adalah Sang Penjaga Jurnalisme Radio. 

Errol Jonathans telah berpulang Selasa (25/5/2021) pukul 11.06 WIB, setelah dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya karena sakit.

Jenazah Errol Jonathans disemayamkan di Adi Jasa ruang I, J, K, dan L. Prosesi ibadah tutup peti akan dilaksanakan pada Rabu (26/5/2021) pukul 18.30 WIB. Setelah itu jenazah akan diberangkatkan ke Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Jalan Polisi Istimewa, Surabaya pada Kamis (27/5/2021) pukul 09.00 WIB untuk misa Requiem dan dimakamkan di TPU Keputih.

Pria kelahiran 27 April 1958  ini  meninggalkan satu orang istri Bernadette Nunung Jonathans dan dua orang anak, Matthieu Jonathans dan Damien Jonathans.

Selamat Jalan, Pak Errol. 

Baca Juga: Pelopor Jurnalisme Warga, CEO Suara Surabaya Errol Jonathans Wafat

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya