Pertama di Indonesia, Siswa Tunanetra di Banyuwangi Ikut UNBK

Semua anak punya hak yang sama

Banyuwangi, IDN Times - Firdaus Ismail Syah, tampak berada di barisan paling depan saat mengerjakan soal Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNKB). Berada di depan komputer, Firdaus mengenakan kacamata hitam dan headset, sambil mengoperasikan keyboard tanpa mouse.

Berbeda dengan teman-temannya, Firdaus adalah siswa penyandang tuna netra yang sedang menuntaskan pendidikan di sekolah inklusi SMP Muhammadiyah 03, Kabupaten Banyuwangi.

Baca Juga: Fakta UNBK 2019: Siswa Isi Angket Hingga Curhat di Instagram Kemdikbud

1. Baru pertama di Indonesia

Pertama di Indonesia, Siswa Tunanetra di Banyuwangi Ikut UNBKIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Dari 122 siswa yang sedang mengikuti ujian UNBK menggunakan perangkat komputer, hanya Firdaus yang merupakan penyandang tuna netra. 

Kabar terdapat siswa tuna netra yang bisa mengikuti UNBK membuat tim Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) penasaran dan datang ke Banyuwangi untuk menemui Firdaus.

"Kemarin ada kunjungan dari BSNP Kementerian Pendidikan. Ini baru yang pertama UNBK ada peserta tuna netra," kata Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 03 Banyuwangi, Lukman Hakim, menceritakan ihwal pertemuan tersebut, Rabu (25/4).

Kedatangan BSNP Kementerian Pendidikan membawa informasi bahwa peserta ujian UNBK dari siswa tuna netra tingkat SMP ini merupakan yang pertama di Indonesia.

"Ini tidak hanya yang pertama di Banyuwangi, tapi yang pertama di Indonesia," jelas Lukman.

Rombongan BSNP Kementerian Pendidikan yang datang, kata Lukman, sedang mencari sekolah yang memiliki kategori paling maju, punya inovasi, dan sekolah yang masih butuh dukungan. SMP Muhammadiyah 03 tergolong sekolah yang punya inovasi perihal bagaimana membuat siswa tuna netra bisa mengikuti UNBK.

"Kami masuk golongan yang punya inovasi," ujar ia.

2. Dibantu komunitas tuna netra

Pertama di Indonesia, Siswa Tunanetra di Banyuwangi Ikut UNBKIDN Times/Mohamad Ulil Albab

"Mas Windoyo ini yang akhirnya bisa mengantarkan Firdaus mengikuti UNBK," ujar Lukman.

Windoyo mengenalkan aplikasi JAWS yang membantu penyandang tuna netra untuk membaca teks dan angka, sehingga bisa dinarasikan dalam bentuk audio.

"Sekarang materi bahasa Inggris, hari ketiga. Pakai Aplikasi JAWS. Kalau anak itu bisa Bahasa Inggris, pasti bisa. Nah, untuk memahami itu, Mas Windoyo yang membantu," kata ia.

Sementara itu, Windoyo yang juga tampak mendampingi di luar kelas mengatakan, dirinya sudah melatih Firdaus memahami pengoperasian aplikasi JAWS selama tiga bulan terakhir, saat masa-masa ujian try out.

"Aplikasinya bisa membaca dalam bentuk audio, ada screen reader-nya. Kelemahannya gak bisa baca gambar dan simbol," kata Windoyo.

Saat mengerjakan UNKB, Firdaus tampak mengenakan alat bantu dengar berupa headset. Dia pun harus hafal tata letak keyboard qwerty untuk menjalankan aplikasi tersebut. Ini yang membuat mouse milik Firdaus sama sekali tidak digunakan.

"Jadi, dia harus hafal letak keyboard, shortcut, angka, huruf, semua fungsi keyboard," ujar ia.

Lukman bercerita, bagaimana Firdaus bisa mengerjakan soal ujian UNBK. Awalnya, ia mendapatkan informasi mengenai komunitas tuna netra di Banyuwangi yang bisa menciptakan aransemen musik. Ia pun lantas menemui pendiri komunitas tuna netra Aura Lentera tersebut, yaitu Windoyo.

3. Setiap anak punya hak yang sama

Pertama di Indonesia, Siswa Tunanetra di Banyuwangi Ikut UNBKIDN Times/Mohamad Ulil Albab

Kepala SMP Muhammadiyah 03, Lukman, menambahkan bahwa sebelumnya, pihaknya sering menitipkan siswa yang berkebutuhan khusus untuk ujian di SLB. Siswa penyandang disabilitas sendiri juga tidak ada kewajiban untuk mengikuti ujian nasional.

"Dulu pakai braille atau dititipkan ke SLB. Kita tawarkan ke anaknya dulu, jadi boleh milih, boleh ikut ujian dan tidak. Bedanya kalau gak ikut ujian, tidak dapat SKHUN (Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional), tapi tetap lulus dapat ijazah, dari sekolah." jelas ia.

Saat ini, dari total 306 siswa SMP Muhammadiyah 03 Banyuwangi, terdapat 14 siswa penyandang disabilitas. Mereka belajar di kelas yang sama, mendapatkan kesempatan sama, tanpa dibedakan.

4. Tergolong siswa berprestasi

Pertama di Indonesia, Siswa Tunanetra di Banyuwangi Ikut UNBKIDN Times/Wayan Antara

Firdaus sendiri tergolong siswa yang berprestasi. Dari total 122 siswa satu angkatannya, dia selalu memiliki peringkat 50 hingga 20 besar.

"Setiap anak itu punya hak yang sama. Itu yang kami tekankan," pungkas ia saat ditanya mengapa mengusahakan Firdaus bisa ikut UNBK.

Tidak hanya SMP Muhammadiyah 03, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sendiri telah lama mendorong sekolah-sekolah sudah inklusi, atau menerima siswa berkebutuhan khusus di sekolah umum. Saat ini, sekolah inklusi di Banyuwangi sudah mencapai 217 sekolah. 

Baca Juga: UNBK Usai, Siswa SMPN 7 Kumpul Seragam, Coret-coretnya di Spanduk

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya