Kunjungi Banyuwangi, Stafsus Presiden Tampung Keluhan Pelaku UMKM

Andi berharap bisa mengupgrade level UMKM di Indonesia

Banyuwangi, IDN Times - Staf Khusus Kepresidenan, Andi Putra Garuda mengunjungi sentra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perajin anyaman bambu di Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (29/1). Ia mengaku mendapat tugas langsung dari Presiden Joko Widodo untuk menggali persoalan yang dihadapi para pelaku usaha. 

1. Masalah kemasan produk jadi persoalan umum

Kunjungi Banyuwangi, Stafsus Presiden Tampung Keluhan Pelaku UMKMIbu-ibu perajin bambu Gintangan tampak menganyam sambil menghadiri acara pertemuan Staf Khusus Kepresidenan, Andi Putra Garuda. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Dalam pertemuan dengan pelaku usaha yang kebanyakan adalah ibu-ibu desa setempat, Andi berdialog untuk menguatkan dan memberikan gagasan baru, mulai dari tren pasar kekinian hingga kemasan produk. Hasil dialog akan disampaikan ke Presiden Joko Widodo agar UMKM di Indonesia bisa naik kelas.

"Tantangan UMKM yang saya temui secara umum yakni soal produk dan packaging-nya bisa diupgrade, kemudian kompetensinya, mulai skillsnya harus dibangun mengelola management, keuangannya, hingga upgrade akses pemasaran dan permodalan. Kalau akses pasar bisa dijual ke luar, bisa menarik lagi," kata Andi usai berdialog dengan puluhan Ibu ibu perajin di Desa Gintangan, Rabu (29/1).

2. Belajar dari perajin Gintangan

Kunjungi Banyuwangi, Stafsus Presiden Tampung Keluhan Pelaku UMKMIbu ibu perajin bambu Gintangan sedang mendengarkan penjelasan Staf Khusus Kepresidenan, Andi Putra Garuda. IDN Times/Mohamad Ulil Albab juga

Hasil dialog dengan perjin, Andi juga belajar bagaimana Desa Gintangan bisa bertahan menjadi sentra kerajinan bambu sejak puluhan tahun sejak 1980-an.

Para perajin Gintangan bisa membuat kap lampu, tempat tisu, tudung saji, hantaran, tas, songkok, perlengkapan dapur hingga baju karnaval. Semua terbuat dari anyaman bambu.

"Mulanya, saya diskusi dengan Pak Presiden, bagaimana tantangan UMKM bisa naik kelas. Salah satunya memberikan gagasan baru, bertemu langsung dengan pelaku UMKM, sekarang yang lagi tren itu apa. Setelah ini, akan bertemu dengan Pak Presiden, disampaikan langkah inovasinya untuk menghadapi tantangan," katanya.

Sementara, para perajin di Desa Gintangan, khususnya Ibu-ibu masih mengandalkan segmentasi pasar lokal yang memesan secara offline. Banyak juga yang sudah bisa mengakses pasar regional, nasional hingga luar negeri. Meski demikian, kearifan lokal kerajianan dengan nilai kerja gotong royong masih lestari di sana.

"Di sini menariknya, the power this communitty, kalau ada pesanan 1000, bisanya produksi 200 ya dioper ke tetangga Ibu-ibu perajin yang lain agar bisa memenuhi target pemesanan. Jadi saling menguatkan, tidak yang sendiri dengan pekerja yang banyak. Sehingga bisa membangun desanya bareng bareng," kata Andi.

3. Berharap Indonesia memiliki UMKM Center

Kunjungi Banyuwangi, Stafsus Presiden Tampung Keluhan Pelaku UMKMPerajin bambu Gintangan Banyuwangi. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Sejauh ini, Andi berhadap di Indonesia memiliki UMKM center, pelaku UMKM bisa datang ke sana untuk belajar hingga bertemu para pemodal.

"Bisa training desain produk, kemudian ketemu buyer, pemodal, dan memiliki sentra penjualan," jelasnya.

Andi juga mengapresiasi langkah yang dilakukan pemerintah daerah untuk mendukung UMKM, seperti membuat even festival hingga sentra pasar kuliner di desa desa.

"Membuka akses dengan menggelar festival reguler. Terus membuka market, di sini juga ada banyak sentra pasar kuliner di desa-desa. Itu menarik bagi saya untuk dipelajari, dan semoga bisa dicopy paste di daerah lain," katanya.

4. UMKM di Banyuwangi tumbuh seiring banyaknya even

Kunjungi Banyuwangi, Stafsus Presiden Tampung Keluhan Pelaku UMKMStaf Khusus Kepresidenan, Andi Putra Garuda saat berbincang dengan perajin bambu Gintangan. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Kepala Desa Gintangan, Hardiyono mengatakan, memiliki 2.220 UMKM, serta 53 usaha menengah ke atas. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan perajin bambu, disusul kemudian perajin gula merah dan tempe.

"Di sini juga dikenal sebagai desa tukang pijat. Untuk mendukung produk kerajinan bambu, setiap tahun kami menggelar fashion bambu, jadi karnaval dengan pakaian berbahan bambu," terangnya.

Plt Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan, Banyuwangi, Nanin Oktaviantie menambahkan, pertumbuhan UMKM di Banyuwangi cukup signifikan sejak adanya festival-festival pada 2012. Saat ini jumlah UMKM di Banyuwangi sebanyak 290.000 dan 320 diantaranya merupakan binaannya.

"Dari jumlah tersebut rata rata mereka lemah dalam desain produk dan kemasan. Support kami menyediakan situs jual beli bersama bernama Banyuwangi-mall.com," ujarnya.

Salah satu perajin bambu Gintangan, Hadiyah (47) mengaku sudah terbiasa membuat anyaman bambu sejak sekolah dasar. Secara umum, warga Gintangan juga sudah terbiasa membuat kerajinan bambu sejak kecil. Sehingga, urusan ide dan kreativitas mereka tidak diragukan. Hanya saja masih terkendala di management pemasaran.

"Saya lembuat souvernir dari anyaman bambu. Nganyam sudah dari kecil. Kalau ada yang pesen, cukup lewat foto, kita akan duplikasi, tidak ada yang ngajari, kita bikin berulangkali sampai sukses. Cuma kesulitan cara pemasaran, selama ini pemesan secara perorangan, biasanya souvernir untuk resepsi pernikahan," katanya.

Baca Juga: Jadi Daerah Wisata, Banyuwangi Siapkan Upaya Antisipasi Virus Corona

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya