BNPB Ajak Masyarakat Jatim Deklarasi Bela Alam

Bentuk masyarakat tanggap bencana

Banyuwangi, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Kemendagri, Kominfo, BMKG, dan instansi terkait, mengajak relawan penanggulangan bencana, akademisi serta semua elemen masyarakat di Jawa Timur untuk menjadi pelopor bela alam.

Deklarasi tersebut merupakan rangkaian ekspedisi membentuk masyarakat Desa Tangguh Bencana (Destana) tsunami di 584 Kelurahan dan desa di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Deklarasi ini dimulai pertama di Pantai Boom, Kabupaten Banyuwangi, Jumat sore, (12/7).

1. Mengenai ancaman bencana

BNPB Ajak Masyarakat Jatim Deklarasi Bela AlamIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Dalam deklarasi itu peserta menyampaikan janji bela alam yang berisi kesepakatan untuk mengenali ancaman bencana, menjaga alam dengan tidak buang sampah di sungai, hingga menjadi pelopor bela alam.

Deklarasi ini dibacakan bersama-sama oleh sekitar 200 relawan, organisasi masyarakat dan kalangan akademisi.

"Melindungi sumber mata air, kebersihan lingkungan, serta mengurangi penggunaan bahan plastik sekali pakai tidak lagi menebang pohon dan secara rutin melakukan penanaman pohon yang memiliki nilai perlindungan alam yang kokoh dan nilai ekonomis, demi kesejahteraan rakyat," ucap deklarasi tersebut.

2. Siap mengenali ancaman bencana

BNPB Ajak Masyarakat Jatim Deklarasi Bela AlamIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Selanjutnya, siap menjadi pelopor bela alam dengan kesadaran sendiri, dengan melibatkan unsur terkecil, keluarga dan masyarakat luar.

"Kami sepakat dan berjanji, mengenali dengan seksama dan sungguh-sungguh ancaman bencana dan menyiapkan Secara cermat dan teliti, baik pencegahan maupun saat musibah datang," lanjut deklarasi tersebut.

3. Komitmen mencintai bumi

BNPB Ajak Masyarakat Jatim Deklarasi Bela AlamIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Dalam deklarasi, juga dikuatkan komitmen mencintai bumi dengan tidak mengotori sungai dan mengurangi penggunaan bahan plastik sekali pakai.

"Tidak lagi menebang pohon dan secara rutin melakukan penanaman pohon yang memiliki nilai perlindungan alam yang kokoh dan nilai ekonomis, demi kesejahteraan rakyat," lanjutnya.

Selanjutnya, menjadi pelopor bela alam dengan kesadaran sendiri, dengan melibatkan unsur terkecil, keluarga dan masyarakat luar. Menjadikan bela alam menjadi ibadah yang tidak pernah henti. Melaksanakan sungguh sungguh janji ini. Teladan sebagai insan pembela alam."

4. Mencegah banyak korban bencana

BNPB Ajak Masyarakat Jatim Deklarasi Bela AlamIDN Times/Mohamad Ulil Albab

 

Kepala BNPB, Letjen (TNI) Doni Monardo menjelaskan, kegiatan
ekspedisi Destana tsunami, khususnya di Pulau Jawa, akan berlangsung selama 34 hari, mulai 12 Juli hingga 17 Agustus 2019.

Tidak hanya di Jawa, BNPB juga bakal menggelar di pulau rawan bencana tsunami lain, seperti Sumatera, Sulawesi, Papua dan kepulauan lain.

"Pertama kita harus tahu negara Indonesia masuk ancaman tertinggi di dunia. Bagaimana menyiapkan desa di selatan pulau Jawa, bisa menjadi desa tangguh bencana alam," kata Doni saat menemui ratusan peserta tanggap bencana di Banyuwangi.

Khusus di Pulau Jawa, setelah dari Kabupaten Banyuwangi, ekspedisi akan berlanjut ke Jawa Tengah dan Jawa Barat sampai dengan Kabupaten Serang, Banten.

Doni menambahkan, dalam 19 tahun terakhir, jumlah korban bencana yang diakibatkan oleh gempa, likuivaksi, dan tsunami di Indonesia telah mencapai 1.300.000 orang.

"Jumlah itu melebihi korban senjata di dunia, terutama Timur Tengah. Jadi tsunami merupakan senjata paling mematikan di dunia," katanya.

Agar jumlah dan dampak korban bencana bisa ditekan, upaya membentuk desa tanggap bencana perlu terus dilakukan oleh semua pihak, tidak hanya BNPB.

"Kira-kira bisa gak sebanyak ini, kalau masyarakat tahu, mengambil langkah penyelamatan, kemungkinan korbannya tidak akan sebesar itu," jelasnya.

 

Baca Juga: Capai 1,3 Juta, Korban Tsunami Indonesia Paling Banyak di Dunia

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya