Sutjiati dan Cerita Perempuan Tampingmojo Melawan Ketimpangan Sosial

Perempuan berdaya, kekerasan bisa dicegah

Jombang, IDN Times - Setelah merantau selama empat tahun ke Malaysia, Sutjiati (54) memilih pulang kampung ke Jombang pada 2009 lalu. Tak seperti Tenaga Kerja Wanita (TKW) lain yang kembali ke desa dengan pundi-pundi untuk keluarga, warga Desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang ini pulang dengan tangan hampa.

Mau tak mau, Sutjiati pun harus memulai lagi hidupnya dari nol. Berbagai pilihan pekerjaan sudah ia coba. Jangankan sukses, untuk bertahan hidup saja susah. Lebih pelik lagi karena ia harus berjuang sendiri setelah sang suami meninggal. Sutjiati bahkan sempat masuk dalam kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). 

Tak mau berpangku tangan, ia akhirnya memutuskan berkebun belimbing mulai pada tahun 2016 lalu. Dengan ketekunannya, kebun milik Sutjiati perlahan mulai bisa menjadi tumpuan penghasilan bulanan. Dari hasil berkebun belimbing itu pula ia mampu mengantarkan anaknya menempuh pendidikan tinggi. Bahkan, setelah beberapa tahun menggeluti bisnis itu, ia kini sudah menjadi juragan di kampungnya.

"Satu kali panen kalau dikalkulasi tiga sampai empat kwintal dapat. Saya biasa jual ke luar daerah degan harga Rp8 ribu tiap kilogram," kata Sutjiati ditemui IDN Times di rumahnya, Rabu (25/4/2022). 

Beda lagi dengan Nur Hamida (40). Di sela-sela kegiatannya sebagai ibu rumah tangga, ia memilih mencari sampingan dengan menjadi produsen kerupuk. Tujuannya sederhana. Selain ingin membantu perekonomian keluarga, sebagai perempuan, ia juga ingin mandiri secara finansial. 

Baca Juga: Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan Berkisah

Sutjiati dan Cerita Perempuan Tampingmojo Melawan Ketimpangan SosialNur Hamida, warga Desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang saat melakukan kegiatan ekonominya. (IDN Times/Khusnul Hasana).

Sama suksesnya dengan Sutjiati, kerupuk Hamida sudah "diekspor" ke luar Jombang. Ia mengaku beruntung karena sang suami mendukung penuh apa yang ia jalani. "Mboten dikekang suami, (tidak dikekang suami), suami nggih malah seneng kulo seperti ini (suami ya malah senang saya seperti ini)," ujar Hamida.

Hamida dan Sutjiati adalah dua dari 2.009 perempuan di desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang yang turut menopang perekonomian keluarga.

Kepala Desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang, Jombang Nurus Sa'ada menuturkan, setidaknya ada 1.139 keluarga di desa tersebut. Mayorotitas bekerja sebagai petani dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Ada ratusan UMKM di desa kami, dan mayoritas pelaku UMKM adalah perempuan," ujar Sa'ada ketika ditemui di kantornya.

Demi mendukung kegiatan seperti yang dilakukan oleh Sutjiati dan Hamida, Pemerintah Desa pun mengaturnya melalui Peraturan Desa (Perdes) Nomor 6 tahun 2021 tentang Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA). 

Salah satu poin di dalam Perdes tersebut berisi tentang beberapa program pemberdayaan perempuan. "Kegiatan yang ada di desa kami ada misalnya Sekoper (Sekolah Perempuan) yang diadakan setiap dua minggu sekali. Pembelajarannya berbagai hal ada tentang perempuan, keterampilan, ada juga pembahasan rumah tangga," ungkapnya.

Perdes DRPPA ini juga mencantumkan penghapusan segala bentuk diskriminasi, kekerasan seksual dan eksploitasi terhadap kaum perempuan. Walhasil, Tampingmojo pun menjadi desa percontohan desa ramah anak dan perempuan. "Kami baru ditunjuk oleh Kementerian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) sebagai pilot projek DRPPA pada November 2021 lalu," ungkap Sa'adah.

Baca Juga: Komnas Perempuan Sebut Draft RKUHP Sulit Diakses

Tak sendiri, Desa Tampingmojo ditunjuk bersama 145 desa lain di Jombang. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB-PPPA) Kabupaten Jombang, Puji Umbaran mengatakan, penunjukan desa-desa ini tidak sembarangan.

"Karena ada 10 indikator yang harus dipenuhi, dari 10 indikator itu harus saya petakan, saat ini sudah ada empat desa yang sudah siap, dan dua desa yang sudah jalan ditunjuk kementerian," ujarnya saat ditemui di kantornya. Mereka memang diminta untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbasis pemberdayaan perempuan. 

"Kegiatannya bagaimana para perempuan bisa berdaya, aktivitas mereka, kegiatan mereka, bidang keekonomian, UMKM dan sebagainya, supaya mereka betul terberdayakan dan menjadi insan yang utuh yang turut membantu perekonomian keluarga," ungkapnya.

Apa yang terjadi di Desa Tampingmojo menjadi langkah awal dari sebuah cita-cita panjang meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan Indonesia. Staf Ahli Bidang Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPA, Titik Eko Rahayu memaparkan, terdapat jarak antara IPM perempuan dan laki-laki Indonesia. Pada tahun 2010-2020, IPM laki-laki sudah kategori tinggi, sedangkan perempuan masih berada di level sedang.

Bukan hanya IPM, Perekonomian Indonesia juga masih didominasi laki-laki. Pengeluaran per kapita laki-laki hampir Rp15,5 juta per tahun, sementara perempuan hanya Rp9 juta.

Titik menuturkan, ketimpangan-ketimpangan inilah yang kerap menjadi pemicu kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, terutama di pedesaan. "Kenapa kami membawa isu perempuan dan isu kekerasan di desa karena pertama keberadaan sasaran pembangunan, 91 persen wilayah Indonesia adalah desa. 43 persen perempuan tinggal di desa," ungkapnya.

Dengan makin banyaknya sosok seperti Sutjiati dan Hamida di desa-desa lain di Indonesia, kata dia, ketimpangan, diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan akan kian berkurang. 

"Misalnya perempuan wirausaha jumlahnya meningkat tentu pendapatan keluarga meningkat, keluarga lebih sejahtera. Dengan begitu, diharapkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak menurun, pengasuhan jadi lebih baik, masyarakat desa jadi lebih sejahtera, ketahanan pangan keluarga membaik, pendidikan anak lebih baik dan ini tentu membuat pekerja anak dan perkawinan anak akan menurun," pungkasnya.

Baca Juga: Uniknya Kerajinan Songkok Berbahan Pelepah Pisang dari Jombang

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya