Ini Hal yang Sering Salah Kaprah tentang Belajar Online di Masyarakat

Najeela Shihab merumuskan ada 4 poin

Jakarta, IDN Times - Pembahasan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang saat ini diterapkan selama masa pandemik COVID-19 memang tak ada habisnya. Namun pemerhati pendidikan, Najeela Shihab menyimpulkan sebenarnya terjadi empat poin yang membuat masyarakat kerap salah kaprah dalam bidang pendidikan berbasis digital ini. Salah kaprah tersebut nantinya malah bisa membuat terhambatnya pendidikan terhadap anak-anak.

1. Simplifikasi offline dan online

Ini Hal yang Sering Salah Kaprah tentang Belajar Online di MasyarakatFacebook Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan

Menurut Najeela, salah satu kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat adalah simplifikasi perbandingan pembelajaran offline dan online hanya berdasarkan medianya saja. Padahal yang seharusnya diperhatikan adalah kualitas pembelajaran tersebut seperti materi, strategi pembelajaran dua arah, pemberian feedback kepada anak-anak, personalisasi murid, dan lainnya.

Hal ini Najeela sampaikan dalam Webinar bertajuk Media dan Pendidikan Anak di Era Pandemik oleh Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Selasa (21/7/2020).

“Pembelajaran offline tapi kalau ternyata anak gak terlibat, guru cuma ceramah, gak ada personalisasi dan lainnya, jangan-jangan gak lebih baik dari online. Kita harus meliat secara utuh peran digitalisasi apa sih yang membatu mencapai tujuan pembelajaran. Bukan fancy aja,” ungkap Najeela.

Untuk itu ia meminta untuk menghentikan perdebatan terkait pembelajaran online dan offline hanya berdasarkan media namun juga berfokus pada metode pendidikan agar anak-anak tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

2. Pemahaman konten sumber ajar

Ini Hal yang Sering Salah Kaprah tentang Belajar Online di MasyarakatPemerhati pendidikan Najeela Shihab dalam Webinar Media dan Pendidikan Anak di Era Pandemik oleh Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Selasa (21/7/2020). Tangkapan Layar YouTube

Kesalahan kedua yang kerap terjadi adalah pemanfaatan konten untuk bahan ajar yang tidak dipilih dengan baik. Banyaknya sumber ajar di internet bukan berarti seluruhnya bisa digunakan dengan baik dan benar. Saat ini banyak pengajar yang masih gagap teknologi membuat kesalahpahaman serupa bisa terjadi.

“Banyak guru yang tidak terbiasa melakukan analisa apa yang dibaca, ditonton, dan sebagainya. Sehingga saat PJJ ada gap, sumber informasi jadi banyak tapi untuk membedakan pesan dan konten efektif kemampuannya bervariasi,” tuturnya.

3. Inovasi tanpa otonomi

Ini Hal yang Sering Salah Kaprah tentang Belajar Online di Masyarakatharmonynlife.blogspot.com

Selanjutnya, Najeela melihat inovasi yang terjadi selama masa PJJ di Indonesia disampaikan dengan top down dan tanpa otonomi. Sehingga seakan pihak guru dan orangtua diminta untuk mengikutinya. Padahal seharunya inovasi-inovasi bisa diolah kembali dan disesuaikan dengan karakteristik anak di masing-masing daerah.

“Jadi banyak guru dan orangtua yang tidak memahami inovasi dengan utuh melakukannya dengan terpaksa sehingga apatis. Ini membuat inovasi tidak panjang. Begitu bisa kembali ke praktik yang lama jadi kembali ke yang lama,” ungkapnya.

Baca Juga: Belajar dari Rumah, Kisah Ermawati dan Siswanya di Lereng Semeru

4. Adanya kesenjangan kesempatan

Ini Hal yang Sering Salah Kaprah tentang Belajar Online di MasyarakatXandra_Iryna dari Pixabay" target="_blank">Pixabay/Xandra_Iryna

Berikutnya yaitu kesenjangan dalam pembelajaran. Najeela meyakini bahwa pembelajaran secara online tidak lebih buruk dibandingkan secara offline. Oleh karena itu terdapat anak-anak yang kualitas belajarnya malah lebih baik secara offline. Namun tentu saja hal ini hanya berlaku bagi mereka yang mendapatkan sumber daya yang cukup serta dampingan orangtua.

“Tekologi membawa kesenjangan. Kesenjangan kesempatan. Saya yakin cukup banyak anak yang kualitasnya baik daripada di sekolah. Itu adalah anak yang orangtuanya terlibat memberikan sumber daya yang banyak. Jadi dia punya dua guru. Tapi lebih banyak anak yang tidak bisa,” pungkasnya.

Baca Juga: Jika Tak Disiapkan dengan Baik, Ini Efek Buruk Pembelajaran Jarak Jauh

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya