Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir Cilik

Daniel dekati mobil pelaku

13 Mei 2018, lima bom mengguncang Surabaya dan Sidoarjo. Ada 28 orang meregang nyawa, puluhan terluka. Melalui pengakuan saksi dan korban, kami mencoba menceritakannya kembali. Penuturan mereka menunjukkan bahwa apapun dalihnya, terorisme adalah kejahatan kemanusiaan dan tak selayaknya mendapat tempat di muka bumi.  

Surabaya, IDN Times - Tak biasanya Pendeta Frans Ferdy Neman datang terlambat pagi itu, Minggu 13 Mei 2018. Sekitar 1.500 jemaat telah berkumpul di dalam Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) untuk mengikuti proses peribadatan misa Minggu. Mereka pun memulai proses peribadatan terlambat sekitar 15 dari jadwal biasanya yaitu pukul 06.00 WIB.

GPPS pagi itu sama seperti hari Minggu biasanya. Ramai dihadiri jemaat dan anak-anak yang mengikuti sekolah minggu. Ada sekitar 30 sepeda motor terparkir di bagian depan gereja yang terletak di Jalan Arjuno. Sementara beberapa mobil lainnya berada di bagian pintu belakang gereja di Jalan Bromo.

Pengamanan ibadah kali ini tak sepadat biasanya yang melibatkan 2 hingga 4 personel penjagaan kepolisian. Sebab, pada saat yang bersamaan tengah digelar Istigosah akbar dari Kepolisian Daerah Jawa Timur yang diikuti para anggota kepolisian. Penjagaan ibadah pun dilakukan oleh satpam gereja.

1. Pukul 07.45, ibadah usai

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikIDN Times/Fitria Madia

Meski dimulai dengan terlambat, jemaat tetap mengikuti ibadah dengan khidmat. Sementara di dalam gereja misa berlangsung, para satpam dan tukang parkir disibukkan dengan pengaturan kendaraan agar tidak terjadi penumpukan usai ibadah.

Seingat Kusuma Budi Sumono, tukang parkir yang telah bekerja di GPPS selama 25 tahun, jam sudah menunjukkan pukul 07.45 WIB. Seharusnya jemaat sudah mulai keluar. Namun karena terlambat, Budi memperkirakan ibadah selesai sekitar 10 hingga 15 menit kemudian.

"Waktu itu sedang pengumuman. Pengumuman itu ya seperti besok ada agenda apa atau minggu depan ada apa. Belum doa berkat. Jadi sekitar 10-15 menitan lah," ujar Budi kepada IDN Times.

2. Sebuah minibus menabrakkan diri ke gerbang gereja

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikMENGEPUL. Asap tampak mengepul seusai ledakan bom terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Minggu 13 Mei 2018. Foto oleh Andy Pinaria/Pemkot Surabaya/AFP

Di sisa waktu ibadah yang sedikit itu, tiba-tiba mobil jenis minibus melaju dengan kecepatan kencang tanpa menghiraukan satpam maupun tukang parkir yang ada di Jalan Arjuno. Posisi gerbang gereja saat itu memang sedang sedikit terbuka namun tidak cukup untuk dilalui mobil tersebut. Mobil itu langsung memaksa masuk dan menabrakkan diri ke pintu utama gereja. Tak dinyana, ledakan hebat terjadi tepat setelah mobil menabrak gerbang gereja.

"Pyar! Seperti itu suara ledakannya yang saya dengar," kenang Budi.

Warga sekitar gereja yang berada di Jalan Bromo sontak menengok ke luar rumah. Mereka sempat mengira ledakan tersebut merupakan suara ban truk yang meletus. Namun tidak bagi Budi. Ia langsung teringat anak lelakinya, Daniel Agung Putra Kusuma, yang menjadi tukang parkir di gerbang depan.

Budi langsung berlari masuk ke dalam gereja melalui pintu Jalan Bromo. Keadaan pun dilihatnya telah kacau. Api membumbung tinggi hingga ke atap gereja. Teriakan minta tolong terdengar di sana sini. Namun pikirannya masih tertuju pada Daniel. "Pikiranku cuma ke Daniel. Langsung tak piyaki kabeh iku (langsung saya belah semua itu)," tuturnya dengan mata menerawang.

3. Budi panik dan mencari Daniel ke berbagai penjuru

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikIDN Times/Fitria Madia

Pecahan kaca ada di mana-mana. Di lantai, di tembok, bahkan di tubuh para jemaat. Tak bisa menemukan Daniel, Budi pun membantu membopong para jemaat yang menjadi korban ledakan tersebut. Salah satunya yang diingat adalah jemaat bernam Erwin. "Gosong-gosong semua sudah melepuh. 80 persen mungkin yang kena," jelasnya.

Saat mengevakuasi para jemaat, ledakan kedua pun terdengar. Namun kali ini ledakannya tak sedahsyat ledakan pertama. Budi pun menengok keadaan di pintu depan. Sebuah mobil hitam hangus terbakar. Danging dan darah berceceran di mana-mana. Bahkan ada pula yang menempel di tembok-tembok gereja. "Di mana Daniel?" batin Budi.

Setelah tiga kali ledakan terjadi, barulah kepolisian datang memenuhi gereja. Budi masih linglung mencari keberadaan anaknya. Ia mondar-mandir ke depan ke belakang. "Bapak ngapain di sini? Ini steril, Pak. Sudah nanti cari anaknya nanti saja di sini steril. Takut ada ledakan susulan," ujar Budi menirukan salah satu tim gegana yang menegurnya.

Di sanalah Budi baru menyadari bahwa ledakan yang meluluhlantakkan gereja itu bukanlah ledakan dari ban truk yang meletus melainkan bom bunuh diri. Bom yang dibawa oleh Dita Oerpriarto dalam mobil minibus hitamnya tersebut.

4. Masih ada dua bom aktif di dalam mobil Dita

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikIDN Times/Fitria Madia

Ambulans mulai berdatangan. Aroma sangit dan anyir bercampur jadi satu. Api masih menggelora di langit-langit gereja. Kendaraan yang terparkir di depan gereja pun juga bagai obor yang dilalap si jago merah. Teriakan-teriakan minta tolong pun masih tiada henti terdengar.

Sekitar pukul 09.00 WIB hingar bingar kekacauan mulai mereda. Api telah dipadamkan. Korban-korban juga dievakuasi ke beberapa rumah sakit seperti RSUD Dr Soetomo, RS AL Dr Ramelan, RKZ, RS Bhayangkara, RS Premier, RS Siloam, RS William Booth, serta RS Bedah Surabaya.

Namun rupanya bom yang dibawa oleh Dita bukan hanya 3 bom yang meledak saat itu. Tim gegana meledakkan 2 bom aktif yang masih ada di dalam mobil tersebut. Masing-masing diledakkan pada pukul 09.45 WIB dan 11.15 WIB.

Garis polisi pun dipasang berjarak 50 meter dari lokasi kejadian. Awak media masih dapat berkumpul di sebuah warung kopi tepat di samping garis polisi. Beberapa juga masih ada yang curi-curi mengambil foto dari gedung di depan gereja.

Baca Juga: Bom GKI dan Car Free Day yang Urung di Jalan Diponegoro

5. Kapolda sebut bom merupakan aksi balasan

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikIDN Times/Reza Iqbal

Kapolda Jatim pada saat itu, Irjen (Purn) Machfud Arifin mendatangi lokasi sekitar pukul 10.45 WIB. Di depan garis polisi, Machfud menyatakan bahwa kejadian bom tersebut kemungkinan merupakan imbas kerusuhan mako brimob yang terjadi pada Selasa, 8 Mei 2018. "Ini mungkin imbas dari kejadian di Jakarta," ungkapnya.

Setelah Machfud meninggalkan lokasi dan bom terakhir diledakkan, area steril diperluas. Polisi menambah satu lagi garis kuning yang berjarak 200 meter dari titik kejadian. "Kami tidak tahu bom tersebar di mana. Bisa saja di sini ada bom. Kami mencegah segala kemungkinan yang terjadi," ujar salah satu tim gegana yang mengusir awak media di warung kopi.

Pukul 15.45 WIB Presiden RI Joko "Jokowi" Widodo juga menengok kondisi GPPS Arjuno bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Menko Polhukam Wiranto, dan Kepala BIN Budi Gunawan. Dengan mengenakan kemeja putih dan celana biru gelap, Jokowi berdiri di depan gereja. Tak lama ia mengamati keadaan gereja sembari menggelengkan kepala. Rombongan itu pun meninggalkan lokasi sekitar 10 menit kemudian tanpa memberikan komentar apa-apa kepada awak media.

6. Daniel menjadi salah satu korban ledakan bom Dita

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikTINJAU LOKASI. Presiden Joko Widodo meninjau langsung lokasi ledakan bom di GPPS Arjuno, Surabaya. Foto dari akun twitter @KemensetnegRI

Di tengah hiruk pikuk orang-orang mengevakuasi para korban ke rumah sakit, Budi masih linglung. Ia belum menemukan kejelasan di mana Daniel yang saat itu sedang bertugas di pintu depan. Dibantu oleh adiknya, ia mencari ke seluruh rumah sakit yang ada di Surabaya. Akhirnya jenazah Daniel berhasil diidentifikasi di RS Bhayangkara Polda Jatim. Jasadnya tak lagi utuh karena posisi Daniel berada paling dekat dengan mobil Dita saat meledak. "Kata orang-orang yang lihat, habis mobilnya itu nabrak, Daniel ini yang inisiatif untuk mendekati kayak mau negur gitu. Tapi ternyata malah meledak," kenang Budi lirih.

Dita Oerpriarto telah meledak bersama bom yang ia bawa di dalam mobilnya. Tak hanya Dita, beberapa orang tak bersalah pun menjadi korban. Tiga orang tewas di tempat, Daniel sang anak tukang parkir, Paiman sang tukang parkir, dan seorang pengendara motor yang kebetulan lewat di Jalan Arjuno menjemput ajalnya.

7. Daniel, tukang parkir yang jadi "Little Hero"

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikIDN Times/Fitria Madia

Belasan orang pun luka-luka akibat terkena api, serpihan bom, dan serpihan kaca. Menyusul tiga orang yang tewas di tempat, lima orang juga akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah sempat dirawat selama beberapa saat di rumah sakit.

"Banyak sekali korbannya. Mereka jahat sekali. Tapi kata Pak Pendeta di sini, saya gak boleh dendam. Kalau dendam berarti mereka itu berhasil. Saya dikuatkan. Berkat orang-orang gereja, saya akhirnya kuat dan berusaha memaafkan mereka. Di sini Daniel sekarang dipanggil Little Hero," tutup Budi. Selain Daniel, ulah Dita juga menewaskan tiga korban lain.

Bom Gereja Pantekosta, Perenggut Nyawa Si Tukang Parkir CilikIDN Times/Deby Amaliasari
https://www.youtube.com/embed/ZpQRvMCoOyM

Baca Juga: Pagi Mencekam di Ngagel Jaya Utara

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya