200 Bumil Absen Vaksinasi Massal, Pemkot Surabaya Jemput ke Rumah

Surabaya, IDN Times - Ibu hamil yang menjadi sasaran vaksinasi massal di Kota Surabaya rupanya tak semuanya hadir. Berbagai alasan melatarbelakangi absennya ratusan bumil itu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya menerapkan sistem jemput bola ke rumah masing-masing bumil.
1. Target vaksinasi massal bumil tak tercapai
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menyebutkan bahwa target bumil yang divaksinasi di Airlangga Convention Centre (ACC) Kampus C Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada Kamis (19/8/2021) sebenarnya adalah 1000 orang. Namun, peserta yang hadir hanya 800 orang.
"Kemarin sasaran 1000, baru tercapai 800. Targetnya 1500 lagi, tapi belum ada vaksinnya," ujar Feny, sapaan Febria, Jumat (20/8/2021).
Baca Juga: Surabaya Punya Mobil Vaksinasi, Sehari Sasar 11 Ribu Orang
2. Kebanyakan terkendala izin suami
Feny menuturkan, sekitar 200 bumil yang absen itu memiliki berbagai alasan. Paling banyak adalah kendala izin suami serta keraguan mengenai keamanan vaksin bagi kandungan mereka.
"Belum dapat izin dari suami. Terus kemudian masih ragu-ragu," tuturnya.
3. Pemkot Surabaya akan jemput bumil dari rumah ke rumah
Untuk mengatasi hal tersebut, Feny akhirnya akan menerapkan vaksinasi dari rumah ke rumah. Petugas vaksinator juga akan memberi edukasi kepada bumil serta suaminya mengenai keamanan dan pentingnya vaksinasi COVID-19.
"Ini masih kita lakukan pendekatan, karena nanti bumil wajib melakukan vaksin seperti waktu kita mewajibkan mereka tes PCR. Seperti kita lakukan pada lansia, disabilitas, kita lakukan door to door. Kalau mereka masih belum berkenan ya kita datangi," ungkapnya.
4. Vaksinasi COVID-19 penting bagi bumil
Feny mengingatkan bahwa bumil termasuk dalam risiko tinggi terpapar COVID-19. Bahkan, tak jarang ada kasus kematian ibu hamil hingga dalam proses persalinan akibat paparan COVID-19. Oleh karena itu, vaksinasi ini penting terutama bagi bumil yang telah melewati trimester bertama.
"Kita utamakan yang risiko tinggi, usia 35-40 tahun. Yang punya komorbid (tidak akut dan terkontrol) itu juga. Janinnya jadi kuat," pungkasnya.
Baca Juga: Besok, 1000 Bumil di Surabaya Dapat Vaksinasi Dosis Pertama