Persatuan hingga Film, Obrolan Terakhir Haedar dengan Gus Sholah

Sugeng tindak, Gus...

Jombang, IDN Times - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengaku sangat kehilangan atas kepergian pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. Dia menilai, Gus Sholah adalah tokoh yang sederhana, banyak bersilaturahim dan berjiwa Wasatiyyah atau memiliki kerangka berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang ideal, penuh keseimbangan dan proposional.

1. Gus Sholah sosok yang bisa diterima banyak kalangan

Persatuan hingga Film, Obrolan Terakhir Haedar dengan Gus SholahKetua Umum PP Muhammadiyah saat menghadiri pemakaman Gus Sholah, Senin (3/2). IDN Times/Zainul Arifin

Selain itu, adik kandung KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini selalu mencari solusi untuk masalah umat dan bangsa serta tokoh yang diterima banyak kalangan.

"Kami sunguh kehilangan beliau, karena masih banyak di setiap tiap yang ingin beliau hadirkan untuk kebaikan umat dan bangsa, akhirnya beliau menghadap Allah SWT," tutur Haedar saat bertakziah ke Makam Gus Sholah di Kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Senin sore (3/2).

2. Sempat berbincang tentang film pendiri Muhammadiyah dan NU

Persatuan hingga Film, Obrolan Terakhir Haedar dengan Gus SholahSuasana di Ponpes Tebuireng Jombang saat jenazah Gus Sholah tiba, Senin (3/2). (IDN Times/Zainul Arifin)

Gus Sholah pun dinilainya sebagi sosok yang bisa menjadi jembatan dalam berbagai kondisi politik. Ia menocntohkan saat Pilpres 2019 lalu. Gus Sholah mengajaknya bersilaturahmi ke banyak tokoh kalangan tanpa dipublikasi. "Beliau ingin bangsa ini dalam keragamannya tetap utuh merajut ukhuwah dengan tulus. Beliau juga sosok yang demokratis, legaliter antara kata dan pijakan," ujarnya.

Haedar menceritakan, pada tanggal 12 Januari sampai 14 Januari lalu, Gus Sholah silaturrahmi ke Munas di Jogjakarta. Saat itu, kata Haedar, pihaknya sedang menuntaskan film jejak dua ulama besar, yakni pendiri NU, KH Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.

"Beliau ingin film ini bukan hanya di terima di kalangan umat tetapi juga masyarakat luas termasuk generasi muda," tuturnya.

Bahkan, lanjut Haedar, pada tanggal 14 Januari ketika cucu Mbah Hasyim Asyari ini sedang sakit, mengajak dia untuk berkirim surat kepada Presiden, agar Presiden bisa menyaksikan launching film tersebut. Hingga, pada tanggal 22 Januari 2019 Haedar dan Gus Sholah menandatangani surat tersebut.

"Dan sampai beliau sakit, beliau tetap ingin agar film ini tuntas. Bahkan pada tanggal 2 Februari ada review dan pemutaran film untuk perdana di tugu Menteng PP Muhammadiyah. Namun, Allah berkehendak jalan terbaik untuk Gus Sholah pada hari Ahad akhir dari perjalanan hidup beliau," ujarnya.

Atas kepergian ulama kharismatik tersebut, Haedar kembali mengungkapkan sangat kehilangan sosok tokoh yang sangat sederhana tersebut.

Baca Juga: Sosok Gus Sholah di Mata Ipang dan Alissa Wahid

3. Gus Sholah wafat Minggu malam

Persatuan hingga Film, Obrolan Terakhir Haedar dengan Gus SholahPemakaman Gus Sholah, Senin (3/2). IDN Times/Zainul Arifin

Gus Sholah wafat Senin malam, pada pukul 20.59 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Gus Sholah sempat menjalani operasi jantung karena sakit. Kondisinya dikabarkan kritis hingga akhirnya meninggal dunia.

Sesuai wasiatnya, Gus Sholah telah dimakamkan di utara makam ayahnya KH Wahid Hasyim, Kompleks Makam keluarga Pondok Pesantren Tebuireng. Pemakaman dilakukan sekitar jam 15.00 WIB.

Laporan kontributor IDN Times Jatim di Jombang, Zainul Arifin

Baca Juga: Pemakaman Gus Sholah Berlangsung Haru, Khofifah Menangis

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya