Kisah Perang Batin Kalapas Antar Terpidana Mati ke Tempat Eksekusi

Hendra menjadi saksi detik-detik narapidana menemui ajalnya

Jakarta, IDN Times - Menyaksikan seseorang menemui ajalnya menjadi beban berat tersendiri, terlebih orang tersebut pernah mengisi kehidupan kita sehari-hari.

Ya, selama 21 tahun bekerja di Lembaga Pemasyarakatan, Kepala Lapas Kelas I Cipinang, Hendra Eka Putra sering kali mengalami konflik batin terutama saat mengantarkan narapidana yang divonis mati dari balik jeruji ke tempat eksekusi.

"Bayangkan bagaimana perasaan saya? Secara pribadi ya sebagai manusia saya sedih sebab mereka sudah saya anggap sebagai teman. Main tenis bareng, makan bareng, tapi saya tetap laksanakan karena sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya," ungkapnya pada IDN Times, Minggu (13/10).

1. Tahun 2016, kali pertama Hendra antarkan napi dieksekusi

Kisah Perang Batin Kalapas Antar Terpidana Mati ke Tempat EksekusiANTARA FOTO/Idhad Zakaria

Masih terngiang dalam ingatan Hendra, riuhnya suara tembakan dari belasan senjata laras panjang milik regu tembak yang saat itu menggema di lapangan bekas penjara Limus Buntu, Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah pada 18 Januari 2016 lalu.

Saat itu dia hanya membisu saat kelima terpidana mati yakni Ang Kiem Soei, warga negara Belanda; Namaona Denis, warga Malawi; Marco Archer Cardoso Moreira, warga Brazil; Daniel Enemuo, warga Nigeria; dan satu-satunya orang warga negara Indonesia, Rani Andriani, seorang wanita asal Cianjur, dieksekusi.

"Pada 2016 itu kali pertama saya antarkan napi ke tempat eksekusi, saya bersama tim yakni jaksa, pemuka agama mengantarkan mereka sampai menyerahkan ke regu tembak," terangnya.

2. "Wajar jika saya sedih"

Kisah Perang Batin Kalapas Antar Terpidana Mati ke Tempat EksekusiANTARA FOTO/Idhad Zakaria

Perasaan sedih seketika mendera laki-laki kelahiran Padang, Sumatera Barat, yang saat itu menjabat sebagai Kalapas Batu, Nusakambangan.

Wajar saja, sehari-hari Hendra bergaul dengan mereka dari pagi sampai terbenam matahari mulai olahraga bersama, makan, bersih-bersih, sampai tidur.

"Ya mereka lama di penjara ada sampai 10 tahun, 18 tahun, jadi wajar jika saya merasa sedih," terangnya.

Baca Juga: Kisah Anak Terpidana Mati: 13 Tahun Hidup Tidak Tenang

3. Taktik Hendra membujuk napi vonis mati ke tempat eksekusi

Kisah Perang Batin Kalapas Antar Terpidana Mati ke Tempat EksekusiIDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Hendra mengungkapkan tidak mudah membawa narapidana vonis mati ke ruang eksekusi, sehingga dia selalu mempunyai taktik tersendiri.

"Saya selalu bohongi napi saat tiba waktunya eksekusi, kalau terus terang pasti ya tidak mau lah," imbunya.

Ada saja alasan Hendra membujuk terpidana vonis mati mulai ada keluarga yang menjenguk sampai berbicara empat mata, jika napi asing biasanya Hendra akan mengatakan ada kedutaan yang berkunjung.

4. Begini cara Hendra bujuk Marco ke tempat eksekusi

Kisah Perang Batin Kalapas Antar Terpidana Mati ke Tempat EksekusiIDN Times/Aan Pranata

Hendra mencontohkan saat membawa Marco Archer Cardoso Moreira (53) yang dieksekusi mati pada 2016 silam. Menurut Hendra, warga Brazil tersebut mempunyai postur yang tinggi besar juga pandai bela diri Muay Thai.

"Kapolres saja pernah dibanting kok sama dia, besar gitu, kalau saya kasih tahu mau dieksekusi ya saya duluan yang mati, jadi ngambilnya pakai taktik," ucapnya.

Hendra mengatakan pada Marco bahwa ada perwakilan kedutaan Brazil yang akan menemui.

"Marco saat itu sangat senang sekali soalnya memang kedutaan Brazil jarang banget menengok warga Brazil di lapas, jangankan menengok kita kirim surat saja sering tidak direspons," ungkapnya.

5. Hukuman mati tidak buat jera

Kisah Perang Batin Kalapas Antar Terpidana Mati ke Tempat EksekusiTerpidana Mustagfir Sabry ketika dieksekusi oleh jaksa Kejari dan dibawa ke lapas (Istimewa)

Menurut Hendra, hukuman mati tidak bisa membuat seseorang jera. Dia yakin seseorang bisa berubah apalagi napi yang divonis mati menjalani sehari-hari di jeruji dengan hidup yang tidak tenang karena tahu dia akan mati.

"Setiap manusia pasti mati, orang juga akan berubah entah dua atau tiga tahun itu pasti ada perubahan, terlebih saat melihat anak dan istri saya yakin mereka berubah, orang narapidana teroris saja yang sudah dicuci otaknya bisa kembali ke NKRI, narapidana mereka juga manusia," ujar dia.

Baca Juga: Tak Terima Divonis Mati, Junaidi: Saya Kutuk Dunia Akhirat Kau Jaksa!

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya