Merawat Tradisi di Tengah Pohon-pohon Beton

Tradisi sedekah bumi masih lestari di kota besar ini.

Surabaya, IDN Times - Terik matahari tak menyurutkan warga Kota Surabaya untuk terus beraktivitas. Suhu panas menjadi khas tersendiri jika singgah di kawasan yang dikenal dengan nama Kota Pahlawan ini. 

Saat ini, kota yang dipimpin Wali Kota Tri Rismaharini sudah maju pesat. Pohon-pohon beton berupa gedung menjadi pemandangan yang tersaji.

Meski begitu, Surabaya tetap menjaga tradisinya. Tepatnya, di kawasan perkampungan RT 03 RW 03 Sambikerep Surabaya, acara tahunan yang melibatkan seluruh warga desa digelar di sini. Mereka menamainya acara sedekah bumi sebagai wujud syukur kepada Tuhan.

1. Gamelan dan gunungan lengkapi sedekah bumi di Sambikerep Surabaya

Merawat Tradisi di Tengah Pohon-pohon BetonIDN Times/Ardiansyah Fajar

"Tung.. dung... tung... dung," alunan gamelan terdengar dari gang yang hanya berukuran luas 2 meter. Mengintip lebih dalam, ternyata sedekah bumi dilaksanakan di balai dusun Dukuh Bungkul. Puluhan warga sudah duduk menunggu datangnya modin untuk memulai acara. Tak terkecuali, dari usia anak hingga dewasa terlihat guyub.

Di tengah-tengah mereka tersaji gunungan hasil panen buah, sayuran hingga masakan. Rasa syukur para warga dipanjatkan sesaat sang modin memimpin panjatan doa. Hening seketika dan bersautan suara mengamini. "Amin.. amin... amin," ucap para warga yang sedang duduk bersila.

Setelahnya, mereka dipersilakan untuk duduk makan bersama. Boleh disantap di tempat atau pun dibawa pulang untuk keluarga. Menariknya, gunungan terbesar dibawa keluar. 

Seketika jadi rebutan para warga. Tampak raut wajah sumringah dari semua yang hadir hari ini, Minggu (16/9). "Yeeey aku oleh (dapat) jeruk," teriak seorang bocah laki-laki

2. Ritual menyanyi 5 tembang di punden salah satu kewajiban sedekah bumi

Merawat Tradisi di Tengah Pohon-pohon BetonIDN Times/Ardiansyah Fajar

Gamelan tetap mengiringi acara, namun seketika harus dijeda. Ternyata mereka pindah ke punden. Satu tempat sakral di gang seberang digelarnya acara. Bergegas, beberapa personel gamelan naik ke mobil pick up didampingi dua orang sinden dan satu penari yang memimpin.

Di punden, mereka langsung menggelar ritual. Mereka menyebutnya uyon-uyon. Menurut Camat Sambikerep, Agus Setyoko ritual ini sudah menjadi tradisi tahunan. "Maknanya sebagai ungkapan rasa syukur, doa harapan ke depan lebih baik," ujarnya.

Lima tembang pun dinyanyikan oleh sinden yakni Selatunan, Eleng-eleng, Walang Kekek, Samiran, dan Serampat. Mereka melantunkannya di punden yang berjajar dua beringin besar dan satu sumber mata air berupa sumur selama 15 menit. Mitosnya, sumur tersebut menjadi salah satu yang menghidupi warga sekitar. 

3. Okol berupa gulat, tontonan rakyat yang ditunggu-tunggu

Merawat Tradisi di Tengah Pohon-pohon BetonIDN Times/Ardiansyah Fajar

Setelahnya, para warga bergegas memadati ke panggung acara. Acara okol yang ditunggu-tunggu pun dimulai. Okol merupakan gulat tradisional yang disajikan di atas panggung dengan matras jerami. Adu kuat terjadi di atas panggung. Mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa menunjukkan kekuatannya.

Teriakan semangat dari kaum hawa baik gadis sampai ibu-ibu terdengar ramai. Semua memberikan dukungan ke dua orang yang beradu kekuatan. Dengan udeng dan selendang mereka saling menjatuhkan. Hanya diberi 2 kali kesempatan, si pemenang mendapatkan kaos sementara yang kalah diganjar rokok dan gelas mineral saja.

"Saya tadi menang, saya tadi lawan orang Jombang. Gatau namanya, pokoknya fokus. Punya straregi sendiri untuk jatuhkan lawan, ini menang dapat baju," ungkap remaja usia 21 tahun, Agung.

Baca Juga: Banyuwangi Jadi Daerah Pelopor yang Miliki Cetak Biru Pemajuan Budaya

4. Masih akan dihibur ludruk dan puncaknya istighosah akbar

Merawat Tradisi di Tengah Pohon-pohon BetonIDN Times/Ardiansyah Fajar

Ternyata kemeriahan warga Sambikerep di akhir pekan ini tak berujung di gulat saja. Malam harinya, mereka akan dihibur oleh kesenian lawak khas Jawa Timur yaitu Ludruk. Puncaknya, akan diadakan istighosah akbar pada Kamis pekan depan.

5. Keuntungan tradisi sedekah bumi, menghidupkan perekonomian sekitar

Merawat Tradisi di Tengah Pohon-pohon BetonIDN Times/Ardiansyah Fajar

Pagelaran sedekah bumi ini pun menghidupkan menjadi barokah sendiri bagi perekonomian sekitar. Para Pedagang Kaki Lima (PKL) langsung membuka lapak sekitar gang. Mulai dari jual makanan, minuman, camilan hingga kelinci. 

Tak hanya itu ada juga yang membuka sarana bermain mandi bola dan mewarnai untuk anak-anak. "Aku loh wes bisa gambar sama warna," ucap salah satu anak perempuan.

Baca Juga: Geber Sektor Pariwisata, Khofifah Akan Tonjolkan Budaya Jatim

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya