Kematian COVID-19 Jatim Tertinggi, Terbanyak karena Punya Diabetes

Kematian COVID-19 di Jatim lebih dari 7 persen

Surabaya, IDN Times - Angka kematian akibat COVID-19 di Jawa Timur (Jatim) masih menjadi yang tertinggi secara nasional. Data Satgas Penanganan COVID-19 menyebut, per 31 Januari 2021 jumlah total yang meninggal mencapai 9.922 orang setara 7,11 persen dari total kasus 139.546. Faktor terbanyak lantaran mempunyai penyakit penyerta.

1. Sebab kematian paling banyak karena diabetes

Kematian COVID-19 Jatim Tertinggi, Terbanyak karena Punya DiabetesKepala Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo dan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak saat Rakor, Kamis (1/4/2021).

Kepala Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo sempat menanyakan data kematian Jatim yang masih tinggi saat rakor dengan Satgas Penanganan COVID-19 Jatim, Kamis (1/4/2021). Dia juga menyebut kalau penyakit penyerta atau komorbid yang mendominasi dalam kasus kematian COVID-19 di Jatim ialah diabetes.

"Kasus Jatim turun tapi kematian masih tinggi terutama yang komorbid. Komorbid terbanyak diabetes. Dipertanyakan kenapa banyak yang diabetes di Jatim," katanya.

Baca Juga: Doni Monardo: Tidak Benar Negara Rugi Akibat Pengadaan Alkes

2. Kebanyakan pasien datang dalam kondisi berat

Kematian COVID-19 Jatim Tertinggi, Terbanyak karena Punya DiabetesAngka kasus kematian akibat COVID-19 di Jatim

Ketua Rumpun Kuratif Satgas Penanganan COVID-19 Jatim, dr. Joni Wahyuhadi membenarkan informasi Doni Monardo. Pihaknya telah melakukan audit kematian selama Maret-Desember 2020. Hasilnya, komorbiditas terbesar diabet. Tapi kalau secara nasional hipertensi.

"Kemudian kami melakukan audit kematian dengan kemenkes tiga kali. Kematian terbesar datang ke RS (rumah sakit) dalam kondisi berat," beber Joni.

3. Kebanyakan kurang dari 48 jam menjalani perawatan sudah meninggal dunia

Kematian COVID-19 Jatim Tertinggi, Terbanyak karena Punya DiabetesIlustrasi jenazah. (IDN Times/Mardya Shakti)

Lebih lanjut, fenomena pasien dengan kondisi berat dibawa ke rumah-rumah sakit rujukan marak pada September 2020. Akibatnya, belum sampai 48 jam dirawat, pasien tersebut tak bisa diselamatkan alias meninggal dunia.

"Datang di rumah sakit meninggal dalam waktu 48 jam," beber Joni.

Kebanyakan uang datang awalnya masuk Unit Gawat Darurat (UGD) belum sempat ke ICU sudah meninggal. Ada juga yang masuk ICU tapi belum tertangani maksimal juga meninggal dunia terlebih dahulu. "Ada datang dengan gagal nafas yang berat. Kematian terbanyak usia 50 ke atas," ungkapnya.

Baca Juga: Klarifikasi Doni Monardo Soal Reagen COVID-19 Tidak Berfungsi

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya