Prihatin Pil KB Dibuat Bedak, Retty Kini Jadi Pejuang Hak Perempuan

Habiskan separuh hidupnya untuk perjuangkan hak perempuan

Malang, IDN Times - Sosoknya sederhana dan apa adanya. Pembawaanya ramah serta tegas. Itulah kesan pertama ketika menjumpai Dr dr Retty Ratnawati, Msc (QU), AIF. Pejuang kesetaraan gender asal Kota Malang.

Sejak muda, dirinya memang sudah sangat peduli terhadap hak-hak wanita. Hal itulah yang membuat hidupnya menjadi lebih bersemangat. Bahkan, sudah puluhan tahun dirinya berjuang untuk hak-hak wanita hingga akhirnya pada 22 November lalu ia masuk menjadi salah satu anggota Komnas Perempuan. 

1. Berawal dari responden surveinya yang salah gunakan pil KB

Prihatin Pil KB Dibuat Bedak, Retty Kini Jadi Pejuang Hak PerempuanSejak muda Retty sudah sangat peduli dan terus memperjuangkan hak-hak wanita. IDN Times/ Alfi Ramadana

Retty menceritakan bahwa awal dirinya mulai tertarik untuk memerjuangkan hak-hak wanita adalah saat masih duduk di bangku kuliah. Saat itu, tepatnya tahun 1975, ia sedang menjalani pendidikan tingkat dua di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Ia dan rekannya melakukan sebuah general survey di sebuah desa di Gresik, dalam rangka menjalani program Community Teaching Medicine di FKUA. Salah satu pertanyaan dalam  survei tersebut adalah mengenai program Keluarga Berencana (KB).

Saat melakukan tanya jawab dengan seorang perempuan terkait KB, ia menemukan sebuah hal yang berbeda yakni warga menggunakan pil KB sebagai bedak wajah. Ibu tersebut beralasan tetap menerima pil KB saat itu lantaran merasa kasihan dengan petugas kesehatan yang berkeliling. Meskipun sebenarnya dari sisi usia dia sudah tidak memerlukan pil KB. Tetapi pada saat itu menjadi akseptor KB memang sebuah keharusan bagi wanita. Jika tidak menjadi akseptor KB, maka bisa saja pelayanan publik bagi mereka akan dipersulit.

"Pada waktu itu, bagi saya hal tersebut merupakan sebuah peristiwa yang luar biasa. Sehingga saat itu saya kemudian menulis surat pada ibu saya dan bertanya apakah semua perempuan di desa memang harus seperti itu," paparnya.

2. Mulai tersentuh untuk memperjuangkan hak wanita

Prihatin Pil KB Dibuat Bedak, Retty Kini Jadi Pejuang Hak PerempuanRetty Ratnawati habiskan separuh hidupnya untuk memperjuangkan hak wanita. IDN Times/ Alfi Ramadana

Pasca kejadian tersebut, Retty kemudian merasa bahwa ada yang salah dengan hal itu. Ia melihat bahwa pada saat itu wanita seolah hanya menjadi obyek yang tidak berdaya. Sehingga pemerintah bisa dengan mudah membuat program dengan target utama adalah wanita tetapi tidak selalu meningkatkan status wanita. Termasuk juga kemudian muncul PKK dengan 10 program utamanya yang banyak memberikan beban kepada wanita. Hal itu terus terbawa hingga dirinya lulus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 

"Waktu itu saat selesai kuliah saya masih tetap concern memerjuangkan hak wanita. Bahkan kemudian saya dengan bu Wahyu dan beberapa teman lain menginisiasi berdirinya Kelompok Studi Wanita (KSW), yang ahirnya menjadi Pusat Studi Wanita (PSW) di Universitas Brawijaya," tambahnya.

3. Terus konsisten perjuangkan hak wanita

Prihatin Pil KB Dibuat Bedak, Retty Kini Jadi Pejuang Hak PerempuanSampai saat ini Retty Ratnawati terus berjuang untuk wanita. IDN Times/ Alfi Ramadana

Tak berhenti sampai di situ, Retty juga kemudian bergabung dengan beberapa LSM, di antaranya Yayasan Pembangunan Pedesaan di Malang. Tujuan utamanya tetap sama yakni memerjuangkan hak wanita agar bisa berdaya saing. Bahkan, dari sisi akademis, wanita lulusan S-2 dari Faculty Of Science, Queensland University, Australia itu juga berhasil menginisiasi lahirnya program Magister Kajian Gender, bersama teman dosen yang lain. Termasuk juga memasukkan mata kuliah Gender dan Ham dalam asuhan kebidanan pada Program Studi Magister Kebidanan di FK UB.  

"Sebenarnya apa yang kita lihat sejak dulu sampai sekarang ini sudah membaik. Tetapi pergerakanya sangat lambat sekali," tambahnya.

4. Sekarang wanita sudah lebih berani membela diri

Prihatin Pil KB Dibuat Bedak, Retty Kini Jadi Pejuang Hak PerempuanRetty Ratnawati terus memperjuangkan hak wanita. IDN Times/ Alfi Ramadana

Di sisi lain, Retty yang saat ini menjadi konsultan di Women Crisis Center (WCC) kota Malang mengakui bahwa perbaikan-perbaikan untuk hak-hak wanita sejauh ini sudah cukup bagus. Saat ini wanita sudah berani vokal ketika dirinya diperlakukan tidak bagus. Hal itu diniliai sebagai sebuah kemajuan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan zaman dahulu. Bahkan dulu dirinya harus berjuang keras untuk bisa mendapat kepercayaan dari kaum perempuan bahwa apa yang dia tawarkan saat itu benar adanya. 

"Dulu kami sering menawarkan bantuan. Tetapi tampaknya pada saat itu banyak yang tidak percaya," imbuhnya. 

Baca Juga: Kekerasan Hingga Pelecehan Seksual Mengintai Perempuan Pembela HAM

5. Perjalanan menuju Komnas Perempuan

Prihatin Pil KB Dibuat Bedak, Retty Kini Jadi Pejuang Hak PerempuanKelompok pemerhati hak-hak wanita WCC yang ada dikota Malang. IDN Times/ Alfi Ramadana

Setelah berpuluh tahun berjuang untuk hak-hak wanita, Retty merasa masih ada hal yang belum sesuai.Dirinya pun berupaya untuk terus menyuarakan perlindungan wanita dengan kini masuk sebagai salah satu anggota Komnas Perempuan. Meskipun belum dilantik secara resmi, namun perjuangan wanita berusia 64 tahun itu tidak mudah. Ia bahkan harus bersaing dengan ratusan calon lainnya untuk bisa menjadi salah satu anggota Komnas Perempuan. 

"Saya juga tidak tahu persis  gimana bisa terpilih ini. Pasalnya banyak sekali sainganya yang luar biasa bagus. Tetapi memang banyak dukungan dan dorongan dari teman-teman di WCC Dian Mutiara dan KPuK Malang juga. Sehingga sekarang bisa masuk ke Komnas Perempuan ini," tandasnya.
 

Baca Juga: Kekerasan Online terhadap Perempuan Kini Bisa Dilaporkan

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya