Dear Korban Ghosting, Jangan Lakuin Ini Ya...!

Ditinggal pas sayang-sayange, pas lagi jeru-jerune ~

Surabaya, IDN Times - Fenomena pemutusan komunikasi sepihak tanpa pemberitahuan atau ghosting menjadi buah bibir di media sosial (medsos). Fenomena ini muncul usai putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dituduh menghilang secara tiba-tiba dari kekasihnya. Meski belakangan sudah diklarifikasi, namun fenomena ini sudah terlanjur jadi bahan pembicaraan warganet. Nah, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Ilham Nur Alfian menilai sebagai hal wajar dalam relasi.

1. Penyebab ghosting adanya tidak nyaman dalam komunikasi

Dear Korban Ghosting, Jangan Lakuin Ini Ya...!Dok. Pribadi/Maghfirah Nur Padila

Menurut Ilham, ghosting sudah ada sebelum maraknya medsos. Perkembangan teknologi informasi memiliki pengaruh besar terhadap model-model medsos dan fenomena ghosting, apalagi dalam situasi pandemik COVID-19.

“Jadi ada situasi memang ketika orang itu kemudian memutus hubungan atau komunikasi karena ada beberapa sebab. Bisa jadi sebabnya itu sudah gak merasa nyaman lagi berkomunikasi atau menjalin hubungan dengan partner-nya,” ujarnya, Selasa (16/3/2021).

Pandemik COVID-19, lanjutnya, memiliki pengaruh tersendiri dalam pola komunikasi dengan adaptasi baru. Permasalahan ghosting dapat muncul begitu saja dalam situasi ini. Hal tersebut karena orang-orang merasa tidak ada sesuatu yang bervariasi dalam proses interaksi jika tidak dilakukan secara langsung.

2. Korban ghosting jangan sampai balas dendam atau menyalahkan diri sendiri

Dear Korban Ghosting, Jangan Lakuin Ini Ya...!Ilustrasi Patah Hati (IDN Times/Mardya Shakti)

Ilham pun melihat kalau para korban ghosting sebenarnya akan lebih mudah beradaptasi. Hanya saja perlu diwaspadai adanya kompensasi, jika pernah menjadi korban bisa jadi ada keinginan untuk menjadi pelaku.

“Mungkin itu tapi bukan karena trauma. Tapi cuma ingin membalas begitu saja sebenarnya. Jadi siklusnya jadi pelaku bisa jadi, unsur traumatiknya sebenarnya nggak,” tuturnya.

Umumnya, korban ghosting merasa menyalahkan dirinya sendiri. Justru aspek-aspek semacam itu dihilangkan. Jadi untuk korban ghosting seharusnya tidak menyalahkan dirinya sendiri. "Anggap saja itu adalah kognitif, situasi semacam ini adalah situasi yang umum, yang wajar dalam sebuah relasi,” tambahnya.

3. Cari dukungan keluarga atau orang terdekat

Dear Korban Ghosting, Jangan Lakuin Ini Ya...!Ilustrasi Patah Hati (IDN Times/Mardya Shakti)

Yang terpenting untuk korban ghosting, mencari dukungan dari keluarga atau orang-orang terdekat. Ilham menuturkan harus dipahami bahwa fenomena ghosting adalah fenomena umum dalam komunikasi. Harus siap secara mental dan kognitif dalam komunikasi virtual. termasuk dalam banyak varian yang lebih menyenangkan.

“Harus siap dengan model-model interaksi virtual. Peluang cepat merasa jenuh pasti ada. Dalam konteks virtual komunikasi, variasi dengan mencari (relasi) yang baru atau lain lebih besar. Aspek atraktifnya cenderung lebih banyak,” pungkasnya.

Baca Juga: Dia Datang Lagi pasca Ghosting? Jangan Senang Dulu, 5 Hal Ini Sebabnya

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya