Dwi Prasetyo, Jual Ponsel Demi Hidupi Anak Jalanan

#MillennialsInspiratif Jadi pemuda inspiratif Sidoarjo 2017

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa mereka tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.


Sidoarjo, IDN Times - Merelakan masa remaja demi memberi harapan kepada anak-anak jalanan bukan perkara mudah. Itulah yang dirasakan oleh Dwi Prasetyo, pemuda asal Sidoarjo yang kini bersama Save Street Child (SSC) Sidoarjo mengasuh serta membina anak jalanan.

Perjalanan panjangnya demi masa depan putra-putri bangsa bermula ketika ia menjadi mahasiswa di Univesitas 17 Agustus (Untag) Surabaya. Hatinya merasa gelisah dengan anak-anak yang bergumul di lampu merah atau perempatan jalan menjajalkan koran serta barang dagangannya. 

“Ya resah kenapa adek-adek itu di jalan terus, kan gak baik. Harusnya mereka belajar atau baca,” kata lelaki yang karib disapa Pras kepada IDN Times. “Tapi aku tahu mereka juga ada tuntutan, kalau gak begitu (ngamen atau jualan), mereka gak bisa makan di rumah,”.

Kisah itulah menggugah hati Pras untuk terjun aktif bersama SSC Surabaya sejak 2012.

1. Mendirikan SSC Sidoarjo, mempersiapkan generasi masa depan

Dwi Prasetyo, Jual Ponsel Demi Hidupi Anak JalananInstagram/sschildsidoarjo

Pada 24 Mei 2015, Pras membulatkan tekad untuk memperjuangkan masa depan anak-anak Sidoarjo. Ia rela menjual sebagian barangnya, termasuk ponsel genggamnya, demi modal awal untuk mendirikan SSC Sidoarjo. Hingga saat ini, sudah lebih dari 50 anak jalanan dan puluhan relawan lainnya yang berjuang bersama Pras.

“Kebanyakan dari mereka (amal-amal) masih SD dan SMP, ada sekitar 50 anak. Kalau relawannya ada SMA dan pemuda, semuanya milenial,” terang alumni jurusan psikologi itu.

Selain memberikan manfaat kepada anak jalanan, ia juga berharap kawula muda Sidoarjo tidak menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna. “Salah satu program kami adalah bagi-bagi susu, itu setiap malam minggu, biar pemudanya gak pacaran, balapan,” lanjutnya.

2. Rela mengorbankan waktu, tenaga, dan finansial

Dwi Prasetyo, Jual Ponsel Demi Hidupi Anak JalananInstagram/sschildsidoarjo

Banyak hal yang dikorbankan oleh Pras. Ia rela menukar waktu bersama keluarga demi masa depan anak-anak  jalanan. “Banyak pengorbanannya ya, tenaga, waktu, finansial. Kalau weekend, jarang kumpul sama keluarga,” kata dia.

Pras menyadari, bukan perkara mudah untuk menghapuskan pola pikir anak-anak yang tergiur oleh pundi-pundi rupiah. Bagi mereka, mencari uang lebih menjanjikan daripada belajar dan mendengarkan hal-hal yang membosankan. 

“Karena kalau gak ada aku, mereka (anak-anak) gak kekontrol gitu,” kata pemuda berusia 27 tahun itu.

3. Apa aja sih kegiatan SSC Sidoarjo?

Dwi Prasetyo, Jual Ponsel Demi Hidupi Anak JalananInstagram/sschildsidoarjo

Ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh SSC Sidoarjo. Mulai dari les belajar, bagi-bagi susu, hingga piknik asik. Yang membedakan SSC Sidoarjo dengan komunitas lainnya adalah sistem penghargaannya.

Dia menerangkan, “Jadi kami memberikan reward kepada mereka yang nurut, sopan. Apa yang mereka butuhkan misalnya, tas atau sepatu, kami kasih,”.

Terkait kegiatan les atau belajar-mengajar, Pras paham bila anak-anak belum tentu mengerti apa yang diajarkan oleh guru di sekolah. “Kebanyakan di sini adalah anak-anak yang sekolah, tapi mereka belum tentu paham. Makanya kami memberikan pelajaran tambahan berdasarkan apa yang mereka butuhkan,”.

Selain itu, SSC Sidoarjo juga bekerja sama dengan dinas pemerintahan dalam memberikan pelatihan dan berbagai program tambahan. “Kami juga menyediakan program paket bagi anak-anak yang putus sekolah. Untuk orang tua mereka, kami juga sosialisasikan pelatihan-pelatihan dari pemerintah. Jadi kami sebagai fasilitator."

Baca Juga: Emil Dardak, Wagub Muda yang Pernah Jadi Vice Precident BUMN

4. Sempat dilarang oleh orangtuanya

Dwi Prasetyo, Jual Ponsel Demi Hidupi Anak JalananDok.IDN Times/Istimewa

Di tengah perjuangannya, Pras sempat tersandung restu orangtua. Pras sempat diingatkan bila keluarganya juga masih membutuhkan finansial dan tenaganya. Namun, Pras yakin apa yang diperjuangkannya adalah hal baik yang juga memberikan keberkahan bagi keluarganya.

“Saya kan masih freelance, hampir kebanyakan gaji saya, saya kasih untuk SSC. Nah keluarga sempat gak bolehin, karena kita ini masih membutuhkan, kenapa malah perhatian sama orang lain,” curhat dia.

Akan tetapi, tantangan yang menghadang justru menjadi motivasi baginya untuk terus memberikan lebih. “Gak menganggap (sebagai tantangan ya), malah saya terus termotivasi untuk terus berkarya,”.

5. Mendapat penghargaan dari Bupati Sidoarjo pada 2017 dan 2018

Dwi Prasetyo, Jual Ponsel Demi Hidupi Anak JalananDok.IDN Times/Istimewa

Setiap tetes keringat dan jerih payah Pras akhirnya terbayar lunas. Pada 2017, Bupati Sidoarjo memberikannya penghargaan sebagai Pemuda Inspiratif. Disusul tahun 2018 dia terpilih sebagai Pemuda Pelopor. Dia telah membuktikan kepada banyak orang bahwa anak muda bisa memberikan kontribusi lebih kepada daerahnya.

“Ibaratnya pemerintah menganggap inilah pemuda yang benar-benar, yang gak harus hura-hura, yang bermanfaat untuk bersama,” tambah dia.

Penghargaan itulah yang merubah segalanya. Ia kemudian mendapat restu dari orangtua. Terlebih, semakin banyak perushaan swasta dan lembaga pemerintahan yang bekerja sama dengan SSC Sidoarjo.  “Kemarin ada Angkasa Pura, ada Pertamina juga, dan hampir semua dinas pemerintahan kerja sama juga."

6. Berharap anak-anak di Sidoarjo lebih baik lagi

Dwi Prasetyo, Jual Ponsel Demi Hidupi Anak JalananInstagram/sschildsidoarjo

Pada satu waktu, tantangan terberat yang menghadangnya adalah titik jenuh. “Ya ada pasti titik jenuh. Tapi saya terus melawannya, karena kalau gak ada saya, siapa lagi?,”.

Dia ingin anak-anak di Sidoarjo mendapatkan hak yang seharusnya mereka dapatkan. Belum saatnya mereka memikirkan uang. Belum saatnya mereka bergumul dengan kerasnya melanjutkan hidup. Tanpa pendidikan, maka masa depan mereka bisa lebih suram.

“Alhamdulillah kakak dan adek-adek juga antusias. Orangtua adek-adek yang awalnya menolak juga sekarang Alhamdulillah gak ada lagi yang menolak. Jadi kami akan terus memberi edukasi dan memerangi pola pikir yang mereka maunya hidup di jalan (untuk mencari uang).”

Baca Juga: Raharto Teno, Millennial yang Jadi Orang Nomor 1 di Kota Pasuruan

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya