Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat 

#MillennialsInspiratif Produknya sudah diekspor ke AS dan Inggris

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

Mendobrak tradisi, terutama dalam dunia kuliner bukanlah sesuatu yang mudah. Butuh semangat dan kesabaran untuk bisa mewujudkan semua itu. Hal itulah yang dilakukan oleh Annisa Pratiwi. Perempuan Surabaya berusia 32 tahun itu merintis sebuah usaha tepung bebas gluten free. Gluten sendiri adalah bahan yang terkandung dalam jenis makanan serelia seperti gandum. Beberapa pengidap penyakit seperti celliac dan aleri gandum disarankan menghindari gluten. 

Meski tergolong baru, jenis usaha yang ditekuni oleh Annisa ini kini telah berkembang pesat. Berikut perjalanan usaha perempuan kelahiran 25 Januari 1987 ini.

1. Nama ladang dipilih karena produk ini menggunakan pangan lokal

Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat IDN Times/Rully Bunga

Setelah melakukan riset selama satu tahun, berdirilah Ladang Lima pada tahun 2014. Ladang Lima ini memproduksi tepung gluten free. Gluten free adalah bebas dari bahan terigu dan gandum. Tepung Ladang Lima sendiri terbuat dari singkong. "Kenapa singkong? Karena di Indonesia yang termasuk negara tropis, singkong termasuk umbi-umbian yang mudah tumbuh subur sekalipun tanpa dipupuk," kata Annisa, saat berbincang dengan IDN Times.

Selama ini, kata dia, masyarakat berpikir bahwa singkong hanya bisa diolah menjadi tepung tapioka, digunakan sebagai bahan campuran bakso atau kerupuk, sebagai pakan ternak, dan difermentasikan menjadi tape.

2. Ingin menggantikan tepung terigu, membuat Ladang Lima tidak berjalan mulus

Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat instagram.com/ladanglima.id

Mempunyai visi menjaga ketahanan pangan Indonesia, perjalanan Ladang Lima agar bisa diterima masyarakat tidak semudah membalikkan tangan. Memposisikan diri untuk menggantikan tepung terigu ternyata cukup membuat Ladang Lima terseok-seok di tahun pertamanya.

Akhirnya, Annisa melakukan edukasi ke masyarakat dengan cara masuk ke yayasan-yayasan, melakukan pendekatan pada perempuan-perempuan yang mempunyai alergi dan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, serta melakukan cooking demo menggunakan produk Ladang Lima.

3. Agar bisa diterima masyarakat pun, waktu yang dibutuhkan juga tidak sebentar

Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat IDN Times/Rully Bunga

Tidak berhenti sampai di situ, pada tahun 2015 Annisa mulai berinovasi dengan membuat produk turunan yaitu mie sayur. Meskipun saat itu belum 100 persen gluten free, produk mie sayur ini mulai bisa diterima masyarakat. Menggunakan bahan dari sayuran organik, mie sayur ini memiliki empat varian rasa yaitu basil, tomat, bayam merah dan kelor. Kemudian pada tahun 2016, Annisa kembali membuat produk turunan berikutnya yaitu cookies. "Dengan adanya produk-produk turunan ini, Ladang Lima mulai bisa meraih pasar yang lebih banyak."

Baca juga: Chandra Oratmangun, Perempuan Tangguh Penjinak Si Jago Merah

4. Awalnya ditolak, kini Ladang Lima telah diekspor ke Inggris dan California

Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat instagram.com/ladanglima.id

Untuk membuat perubahan yang besar, dibutuhkan perjuangan yang besar pula. Bagi Annisa, pesaing terbesar justru tepung-tepung impor dan tepung terigu. Ya, karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat sehingga susah untuk menggantikannya. Akhirnya, Ladang Lima memposisikan diri sebagai tepung sehat. Dari sinilah, akhirnya masyarakat mulai mengenal dan tahu apa manfaat yang bisa didapatkan dari tepung ini. Kini, Ladang Lima telah diekspor hingga ke luar negeri, seperti Inggris dan California.

5. Semua produk dikerjakan oleh perempuan lho

Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat IDN Times/Rully Bunga

Dalam proses produksi tepung Ladang Lima, Annisa memberdayakan perempuan di Desa Cengkrong, Pasuruan. Karena kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk bertani daripada bersekolah. Sedangkan untuk pembuatan cookies, Annisa memberdayakan ibu-ibu sekitar komplek perumahannya di Surabaya. Jadi semua pembuatan produk Ladang Lima dikerjakan oleh tangan-tangan perempuan lokal.

6. Perempuan punya tiga masalah jika berbisnis

Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat IDN Times/Rully Bunga

Menurut Annisa, permasalahan perempuan dalam berbisnis itu ada tiga, setidaknya tiga hal itu yang ia rasakan selama ini. Pertama adalah mood. "Ya, karena perempuan mempunyai siklus rutin setiap bulan, dia harus pandai mengatur emosinya sehingga tidak sampai mengganggu pekerjaan," ujarnya.

Masalah kedua yaitu pria, karena terkadang para pria susah diatur oleh perempuan. Agar tidak dipandang sebelah mata, Annisa mengatasinya dengan cara menghargai dan mengapresiasi apa yang telah mereka kerjakan. Dan ketiga adalah pembagian peran. Terutama buat perempuan yang sudah berumah tangga, mereka harus pandai mengatur dan meluangkan waktu antara keluarga dan bisnis.

Annisa Pratiwi, Mendobrak Tradisi Kuliner Melalui Tepung Sehat IDN Times/Rully Bunga

Zaman sekarang perempuan adalah orang yang paling powerful dalam segala hal, termasuk dalam dunia bisnis. Coba lihat saja di dunia online shop, siapa pembeli terbesar? Perempuan bukan? Jadi sebagai perempuan kita harus pandai membedakan mana yang baik dan bisa diambil untuk menginspirasi orang lain. Jangan hanya bisa membicarakan orang tanpa ada kontribusi apapun untuk perempuan lain. Dengan menghargai privasi, itu berarti kamu telah menunjukkan bentuk bagaimana perempuan bisa menghargai perempuan lain.

Nah, jika kamu ingin memulai bisnis seperti Kak Annisa jangan ragu untuk memulainya sekarang. Selagi masih mudah dan punya semangat tinggi, tidak perlu takut untuk terjatuh. Jika jatuh kamu harus berani bangkit, jatuh lagi bangkit lagi begitu seterusnya hingga kamu tahu di situ ada harga yang cukup mahal untuk belajar.

Baca juga: Kisah Bermusik Asteriska, Perempuan Pemilik Gerakan Indah di Barasuara

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya