Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak Pinggiran

#MillennialsInpiratif Orangtua pernah melarang pilihannya

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

Surabaya, IDN Times - Pendidikan adalah hak setiap orang termasuk mereka yang tak punya uang dan kesempatan. Keyakinan itu yang mendasari Endah Sulistiawati (25) mengabdikan diri di dunia pendidikan melalui "Komunitas Sahabat Belajar". Endah percaya dengan waktu, tenaga, dan materi yang ia luangkan bisa memberikan kesempatan hidup lebih baik bagi anak-anak yang membutuhkan.

Endah merupakan salah satu pendiri Komunitas Sahabat Belajar, sebuah wadah bagi anak-anak termarjinalkan yang ingin mengenyam pendidikan formal dan non formal. Di komunitas itu, Endah melihat bagaimana harapan hidup lebih baik terpancar dari mata anak-anak jalanan.

Baca Juga: Khoiri, Peternak Kambing di Madiun yang Wadahi Millennial

1. Endah memulai kegiatan kerelawanan di bangku kuliah

Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak PinggiranEndah (paling kanan) saat berpose bersama adik didiknya. Dok.IDN Times/Istimewa

Gadis berkerudung dan berkacamata itu bercerita, ketertarikan pada dunia kerewalanan muncul saat ia menempuh pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Pada tahun 2015, ia bergabung dengan organisasi intra kampus di bidang sosial kemasyarakatan. Dari sanalah Endah pertama kali mengenal dunia pendidikan dan kerelawanan.

"Kegiatan kami waktu itu mengajar mata pelajaran sekolah anak-anak SD dan SMP dan mengaji di beberapa kampung binaan sekitar kampus. Sebagian kampung binaan itu adalah kampung kumuh yang masuk dalam kawasan ilegal. Nah waktu itu, saya menjumpai banyak sekali anak-anak yang putus sekolah, bahkan tak pernah sekolah sama sekali," tuturnya.

Fakta lain yang ia temui selama mengajar ngaji itu pun menggelitiknya. Endah dengan rasa penasarannya menghampiri satu persatu rumah adik-adik binaan. Dari sanalah ia melihat bagaimana pendidikan, yang tampak seperti hal biasa bagi anak-anak kota pada umumnya, menjadi suatu kemewahan bagi mereka.

"Saya menemukan banyak sekali cerita yang membuat anak-anak ini tidak sekolah. Mulai dari orangtua yang tak bertanggung jawab, masalah ekonomi, hingga masalah kesadaran pendidikan yang masih sangat kurang," jelasnya.

2. Endah melihat banyak anak-anak yang tak mendapat pendidikan dengan layak

Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak PinggiranEndah saat mengajar salah satu adik didiknya. Dok.IDN Times/Istimewa

Di akhir 2016, Endah tiba-tiba "ditodong" oleh seorang pemulung. Rupanya pemulung perempuan tersebut meminta bantuan Endah untuk mengajari anaknya tentang baca tulis. Bukan meminta uang, ibu itu benar-benar tulus hanya meminta anaknya diajari. Pasalnya ia juga buta huruf dan sang anak memiliki kesulitan dalam belajar.

"Anak tersebut memiliki kebutuhan khusus (ABK). Saya dan dua teman lain berunding bagaimana caranya membantu adik ini. Akhirnya Kami pun mencari informasi terkait sekolah berkebutuhan khusus di Surabaya," terangnya.

Ternyata, anak tersebut memiliki masalah yang lebih kompleks. Ia sebenarnya sudah duduk di bangku sekolah reguler. Namun sudah 2 tahun ia tidak naik kelas. Ternyata permasalahan utamanya adalah kebutuhan khusus yang dimiliki anak tersebut.

"Dia kesulitan dalam mengingat, hiperaktif, dan penuh dendam. Sehari-hari ia di-bully di rumah dan sekolah. Selama ini tidak ada yang mengajarinya. Karena ibunya juga tak pernah sekolah. Ibunya buta huruf," imbuhnya.

Akhirnya Endah dan teman-temannya membuka penggalangan dana melalui sebuah situs. Penggalangan dana itu mendapat respons positif. Ia pun bisa membantu anak sang pemulung bersekolah di selolah inklusi.

3. Dirikan "Komunitas Sahabat Belajar" usai wisuda

Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak PinggiranKeberadaan "Komunitas Sahabat Belajar" membuat kerja sosialnya lebih terkoordinasi. Dok.IDN Times/Istimewa

 

Rupanya, menolong pendidikan anak-anak marjinal menjadi candu bagi Endah dan kedua temannya. Mereka ingin lagi dan lagi melakukan kegiatan sosial. Akhirnya pada Februari 2018, Komunitas Sahabat Belajar terbentuk. Komunitas ini menjadi wadah bagi mereka untuk terus melakukan aktivitas kerelawanan meski sudah bukan lagi menyandang status sebagai mahasiswa.

"Nah saya dan dua teman saya (tiara dan zizi) memiliki keresahan yang sama terkait hal ini. Jika anak-anak seperti itu dibiarkan saja, tak ada yg membantu, bisa jadi anak-anak tersebut akan tumbuh dengan tekanan yang luar biasa dan menjadi bibit kriminal," jelasnya.

Endah ingin memastikan bahwa anak-anak ini, para penerus bangsa, memiliki masa depan yang baik dengan pendidikan. Pasalnya lingkungan hingga orangtua anak-anak tersebut tak bisa menjamin kehidupan mereka.

"Karena kebanyakan di kampung tersebut banyak sekali kriminalitas yang terjadi. Seperti mencuri, pengguna maupun pengedar narkoba, dan lain-lain. Sebagian pelakunya bahkan adalah ayah mereka sendiri," tutur Endah.

4. Orangtua sempat melarang kegiatan kerelawanan

Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak PinggiranGelar sarjana teknik kimia sempat menjadi beban baginya dalam meneruskan aksi. Dok.IDN Times/Istimewa

 

Sejak 2018, Endah bersama teman-temannya pun mulai membuka kelas-kelas bagi anak-anak dari kaum marjinal. Mereka mengajar mulai pengetahuan umum seperti baca tulis hingga pengembangan bakat. Mereka juga kerap melakukan penggalangan dana bagi anak-anak yang tidak mampu atau yang berkebutuhan khusus.

Namun perjalanan Endah tak seterusnya mulus. Gelar sarjana Teknik Kimia dari kampus ternama yang ia miliki selalu menjadi bahan pertimbangan orangtua Endah. Mereka tak ingin anaknya seakan membuang-buang waktu dan menyia-nyiakan gelar yang dimiliki.

"Mereka juga khawatir dengan saya. Maklum saja yang kami hadapi memang anak-anak jalanan, preman, dan lain-lain. Tapi karena saya sudah terlanjur cinta dengan anak-anak. Saya tetap menjalani itu diam diam, tanpa sepengetahuan orangtua. Bahkan konflik antara saya dan orangtua terkait ini pernah terjadi," kenangnya.

Endah pun berusaha memberikan pengertian kepada orangtuanya. Ia juga bekerja di sebuah lembaga home schooling bagi anak-anak tidak mampu dan menjadi admin di sebuah perusahaan kecil. Dengan membuktikan bahwa ia baik-baik saja, kedua orangtuanya pun luluh dan membiarkan sang anak berjuang di jalan sosial.

5. Uang dan nama Endah pernah disalahgunakan

Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak PinggiranTak hanya mengajar, Endah dan kawannya kerap membuka penggalangan dana. Dok.IDN Times/Istimewa

Tak hanya permasalahan keluarga pribadi Endah, latar belakang keluarga anak-anak tersebut juga menjadi tantangan bagi Endah dan Komunitas Sahabat Belajar. Sebagai masyarakat berekonomi rendah, beberapa orangtua menyalahgunakan fasilitas yang diberikan.

"Jadi dulu kami pernah ngasih uang ke ortu untuk bantuan biaya SPP. Eh ternyata uang tersebut tidak dibayarkan. Malah dibuat membayar utang lainnya. Akhirnya semenjak saat itu kami tak pernah ngasih bantuan berupa uang langsung. Kami yang langsung membayar SPP ke pihak sekolah. Sekaligus cari informasi terkait perkembangan anak di sekolah," terang Endah.

Tak hanya itu, ada pula yang mencatut nama Endah untuk melakukan penggalangan dana lain. Kepercayaan publik terhadap Endah disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab yang entah digunakan untuk apa dananya.

"Dia bilang untuk anak yatim. Tapi untungnya ada yang lapor ke saya, sehingga galang dana itu tidak jadi berlanjut," ungkapnya.

6. Tak menyerah meski banyak tantangan

Endah, Sarjana Teknik Kimia yang Pilih Jadi Pengajar Anak PinggiranPoster rekrutmen relawan "Komunitas Sahabat Belajar". Instagram.com/komunitassahabatbelajar

 

Meski dengan segala drama yang ia alami, Endah masih tak menyerah dengan jalan relawan dan pendidikan yang ia tekuni. Di balik segala pengorbanan yang ia lakukan, Endah memiliki cita-cita bagi anak-anak marjinal di Kota Surabaya.

Hingga saat ini, Komunitas Sahabat Belajar masih aktif berkegiatan. Mereka rutin menjalankan kegiatan belajar mengajar bersama anak-anak marjinal. Bahkan saat ini, Komunitas Sahabat Belajar tengah membuka lowongan bagi relawan pengajar baru melalui akun instagram resminya @komunitassahabatbelajar.

"Pendidikan itu hal dasar yang berdampak ke semua bidang. Saya hanya takut tidak bisa menjawab jika nanti Tuhan bertanya. Karena selama ini saya tidak mencari mereka mbk. Kami dipertemukan secara tiba-tiba di waktu yang tak terduga," tutupnya.

Baca Juga: Risa Santoso, Perempuan Surabaya yang Jadi Rektor Belia

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya