Tak Bisa Bayar Kuliah, Kini Jonathan Jadi Pengusaha Logam Sukses

Omset usaha mencapai puluhan juta dan tembus pasar ekspor  

Malang, IDN Times - Selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha dan bekerja keras, mungkin pepatah tersebut sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan sosok Jonathan Adi Prabowo (25). Alumnus Akuntansi Universitas Brawijaya tersebut kini menjadi pengusaha souvebir logam dan kayu beromset ratusan juta.

Padahal, lima tahun lalu atau tepatnya tahun 2015, Jonathan nyaris tak bisa melanjutkan kuliahnya lantaran kesulitan biaya. Namun, Jonathan tak berputus asa dan mencoba berbagai macam usaha. Akhirnya kini dirinya menuai buah manis dari kerjanya menggeluti souvenir logam. Usaha miliknya yang bernama Good Craft bisa menembus pasar ekspor. 

1. Sempat berjualan batu akik

Tak Bisa Bayar Kuliah, Kini Jonathan Jadi Pengusaha Logam SuksesJonatahan mengawali usahanya dengan berjualan batu akik untuk membayar kuliah. IDN Times/ Alfi Ramadana

Jonathan menceritakan bahwa awal dirinya mulai terjun jadi pengusaha karena kebutuhan. Saat itu dirinya yang tengah berkuliah kesulitan untuk membayar biaya. Tak ingin berhenti kuliah, Jonathan mencoba mencari cara untuk bisa bertahan dalam situasi yang cukup sulit. Kebetulan pada saat itu sedang booming batu Akik. Dari situlah muncul ide dari Jonathan untuk mulai berjualan bekerja sama dengan rekannya. 

"Kebetulan ayah saya juga penghobi akik dan saya punya teman yang bisa buat. Akhirnya saya tertarik untuk coba membuat. Saya coba belajar ke temen saya ternyata bisa. Begitu ada yang jadi bagus ternyata banyak yang minat," ucapnya Selasa (14/7/2020). 

2. Gadaikan BPKB sepeda motor

Tak Bisa Bayar Kuliah, Kini Jonathan Jadi Pengusaha Logam SuksesJonatahan sempat menggadaikan sepeda motor sebagai modal awal memulai usaha. IDN Times/ Alfi Ramadana

Lantaran melihat peluang yang cukup menjanjikan, Jonathan akhirnya memberanikan diri untuk beli bahan. Modal awal yang ia gunakan adalah dari hasil menggadaikan BPKB sepeda motor mililnya saat ini untuk membeli bahan. Untuk proses produksi, dirinya bekerja sama dengan rekannya. Hasilnya cukup bagus dan minat masyarakat terhadap batu akik hasil polesannya cukup lumayan. Bahkan beberapa pelanggan langsung datang ke rumahnya di kawasan Sawojajar Gang 15 hanya untuk membeli batu akik miliknya. 

"Banyak yang suka dan ada yang sampai datang ke rumah saya untuk beli cincin," tambahnya. 

3. Trend batu akik meredup beralih ke souvenir

Tak Bisa Bayar Kuliah, Kini Jonathan Jadi Pengusaha Logam SuksesBeberapa souvenir berbahan logam hasil karya Jonathan. IDN Times/ Alfi Ramadana

Setelah sekian waktu usaha batu akik miliknya mulai berkembang. Namun, pada saat yang bersamaan trend batu akik juga sudah mulai menurun dan jarang. Mau tidak mau Jonathan harus mencari cara agar usahanya tetap bisa bertahan. Kebetulan salah satu pekerja yang membuat akik sebelumnya sempat bekerja di toko emas di kawasan Pasar Besar Kota Malang. Dari situlah kemudian muncul ide untuk memproduksi souvenir berbahan dasar logam. Perlahan tapi pasti usaha souvenir yang ia geluti mulai menunjukkan hasil bagus bahkan omset yang didapat bisa mencapai puluhan juta. 

"Kalau untuk logam yang kita gunakan ini adalah limbah rumah tangga. Atau ada juga logam bekas pabrik yang kemudian dilebur lalu dicetak sesuai desain yang diinginkan," jelasnya. 

dm-player

4. Tembus pasar ekspor

Tak Bisa Bayar Kuliah, Kini Jonathan Jadi Pengusaha Logam SuksesSouvenir hasil karya Jonathan sudah diekspor ke beberapa negara seperti Belanda dan Irlandia. IDN Times/ Alfi Ramadana

Bahkan usaha souvenir kini semakin berkembang dan sudah menembus pasar ekspor. Beberapa kali usah miliknya sudah melayani ekspor ke beberapa negara seperti Irlandia dan Belanda. Bahkan dalam waktu dekat, dirinya juga kembali bakal melebarkan sayap ekspornya hingga ke Amerika Serikat. Menurut Jonathan awalnya tidak mudah juga bagi dirinya bisa menembus pasar ekspor. Namun, berkat adanya relasi dari beberapa pelanggan langganan produknya, ia bisa mengeskpor hasil produksi spuvenir logam yang ia geluti. 

"Awalnya ada rekanan bisnis dari teman di Bali yang ternyata dia di Belanda berjualan home decoration tapi yang etnic dari Asia. Dari situlah saya bisa masuk untuk memulai ekspor," papar Jonathan. 

5. Berusaha bertahan di tengah pandemik

Tak Bisa Bayar Kuliah, Kini Jonathan Jadi Pengusaha Logam SuksesUsahanya sempat mengalami guncangan saat pandemik COVID-19. IDN Times/ Alfi Ramadana

Setelah menuai keberhasilan, usaha Jonathan kembali harus menghadapi tantangan yang tak mudah. Pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia dan dunia memang membuat usaha miliknya berada dalam situasi yang tak mudah. Pasar lokal yang lesu karena efek pandemik membuat Jonathan harus memutar otak demi bisa bertahan. Bahkan dirinya terpaksa harus melakukan pengurangan karyawan dari enam orang menjadi hanya tiga orang. Tak ada pilihan lain baginya lantaran situasinya memang tidak menguntungkan. 

"Selama pandemik penurunan omset sudah pasti. Kalau kasarannya pada sata normal bisa dapat Rp50 juta per bulan. Saat pandemik, menurun hingga Rp15 juta saja per bulan. Penurunanya hampir 75 persen karena banyak kota-kota yang biasa jadi tujuan pemasaran yang ditutup," keluhnya. 

Baca Juga: 7 Ide DIY Kerajinan Tangan Unik dari Tutup Botol

6. Tetap produksi meski pasar lokal masih lesu

Tak Bisa Bayar Kuliah, Kini Jonathan Jadi Pengusaha Logam SuksesProses finishing souvenir berbahan dasar logam Good Craft. IDN Times/ Alfi Ramadana

Di sisi lain, saat pasar lokal masih belum sepenuhnya pulih, Jonathan tetap memilih untuk tetap produksi. Baginya saat ini yang terpenting bukanlah keuntungan. Namun, bagaimana roda produksi tetap bisa berjalan dan karyawan bisa bekerja. Meskipun tak dimungkiri dirinya harus mengeluarkan dana cadangan untuk menutup biaya produksi. 


"Bagi saya tidak masalah yang penting usaha tetap berjalan. Sambil mencari peluang pasar yang sudah mulai perlahan kembali pulih," pungkasnya. 

Baca Juga: Kalung Nama Malang, Usaha Kalung Logam yang Sudah Tembus Pasar Ekspor

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya