Jatuh Bangun Ninuk, Seniman yang Jadi Juragan Pigura

Lulus SMA sempat bingung karena tak punya kerja

Sidoarjo, IDN Times - Ninuk Nurul Qomariyah ingat betul bagaimana ia memulai usaha. Dengan modal seadanya, Ninuk yang kala itu baru lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) nekat membuka usaha pembuatan bingkai atau pigura kayu bersama sang suami.

“Lulus SMA tahun 2004 langsung menikah. Gak ada kesempatan buat kuliah juga. Sama-sama gak punya pekerjaan. Akhirnya bikin usaha ini,” kata Ninuk, Selasa (16/5/2023) membuka percakapan.  

Perempuan asal Sidoarjo ini mengaku hanya mengandalkan bakat melukis dan ketrampilan suaminya dalam bidang pertukangan. Walhasil, semua pekerjaan, mulai dari memotong hingga menghaluskan mereka lakukan sendiri. Kala itu, Ninuk mengenang, sehari hanya bisa memproduksi 10 pigura kayu. Hasil karya mereka kemudian dipajang di depan rumah. 

Jalan terjal dilalui di awal usaha. Tak jarang mereka harus gigit jari karena tak satupun dagangan laku dalam sehari. Bahkan, ia sempat tak bisa membayar tagihan listrik karena tak ada pemasukan. 

Namun, Ninuk dan sang suami tak surut asa. Ia mencari inovasi dan mengembangkan produknya. Salah satunya adalah membuat kreasi baru, seperti kaligrafi ukir dari kayu dan lukisan. Dengan berbagai inovasi tersebut, satu per satu pelanggan akhirnya datang. “Kuncinya konsisten dan inovasi,” kata dia.

Setelah semakin banyak jejaring, Ninuk pun bisa menembus pasar yang lebih besar. Kini, usaha yang ia beri nama Nine Art Gallery itu mampu menjadi penyedia kebutuhan pigura instansi pemerintahan di Sidoarjo. Bahkan, beberapa pengembang perumahan juga kerap melirik karya hiasan dinding miliknya. “Biasanya untuk interior perumahan besar,” ujarnya. Tak cuma kayu, ia juga kini mulai merambah pigura berbahan fiber. 

Baca Juga: Cuan dari Sayur, Kisah Petani Urban Manfaatkan Lahan Tidur

Tak puas dengan pigura, ia juga merambah dunia fashion sejak tahun 2011. Kemahirannya dalam melukis ia aplikasikan dalam produk tas dan baju. Karya itu ia tawarkan ke beberapa butik di Sidoarjo. Respons pasar pun positif. “Dulunya saya garap sendiri semua. Sekarang sudah ada delapan karyawan.”

Tak cuma karyawan, puluhan pelukis di Sidoarjo kini menjadi mitranya. Karya lukisan milik para pelukis dipasarkannya di galeri miliknya di pusat kota Sidoarjo. Dalam sebulan, Ninuk mengaku mampu meraup omzet hingga Rp50 juta. 

Namun, cerita sedih datang saat pandemi COVID-19. Dibatasinya pergerakan masyarakat membuat galerinya sepi, bahkan nyaris tak ada pembeli. Bahkan, Ninuk sempat mengalami kredit macet. Beruntung, pandemi perlahan menghilang. Kini, dengan segala upaya, ia mencoba kembali menata usahanya. Di saat bersamaan ia mendaftar sebagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mitra binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Salah satu hal yang menurutnya peling bermanfaat adalah pelatihan tentang pemasaran melalui platform digital.

“Sekarang saya genjot pemasaran melalui google bussiness, instagram, dan media soaial lainnya,” ujar Ninuk. Selain itu, banyak pelatihan membuat Ninuk bisa bertemu dengan UMKM yang juga sedang berjuang usai pandemi.

Baca Juga: Peyek Kupang dan Mimpi Yuliani Membawa Kuliner Sidoarjo Mendunia 

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya