Cerita Fachrul Alamsyah Sebarkan Literasi Melalui Republik Gubuk

Ruh dari gubuk baca adalah literasi 

Malang, IDN Times - Penampilannya sederhana dengan rambut gondrong yang dikuncir. Pembawaanya ramah, bahkan mungkin tak ada orang yang mengira bahwa pria tersebut adalah sosok yang inspiratif. Ya, dia adalah Fachrul Alamsyah (44) inisiator Republik Gubuk yang menaungi 35 gubuk baca, sebuah sanggar literasi.

Ia berprinsip bahwa mengabdi kepada masyarakat tidak melulu harus menjadi kepala daerah ataupun pejabat. Upaya kecil namun bermanfaat bagi masyarakat juga merupakan bagian dari pengabdian. Sejak tujuh tahun lalu pria satu anak itu mengembangkan gubuk baca sebagai pusat untuk belajar. 

1. Ruh dari gubuk baca adalah literasi

Cerita Fachrul Alamsyah Sebarkan Literasi Melalui Republik GubukSeorang anak di Gubuk Baca Gading Kembar sedang membaca sebuah buku. IDN Times/Alfi Ramadana

Fachrul mengatakan bahwa minat belajar dan membaca anak-anak di kampung seperti di Desa Sukolilo, Jabung sebenarnya cukup tinggi. Namun, kesempatan serta tempat untuk belajar yang tidak ada. Hal itu kemudian membuatnya mulai berfikir untuk memberi wadah bagi anak-anak tersebut. Ia pun mulai menginisiasi berdirinya sanggar literasi pada tahun 2014.

"Seiring berjalannya waktu, gubuk baca ini ternyata terus berkembang. Tidak hanya melulu mengajari anak-anak belajar, tetapi juga berkembang sesuai kebutuhan di masing-masing gubuk. Namun, ruh utamanya tetap literasi," urainya Sabtu (20/2/2021). 

2. Rangkul pemuda setempat untuk kembangkan gubuk baca

Cerita Fachrul Alamsyah Sebarkan Literasi Melalui Republik GubukAnak-anak di Gubuk Baca Gading Kembar berlatih bela diri. IDN Times/Alfi Ramadana

Seperti halnya sekolah-sekolah umum, untuk belajar tentunya perlu mentor atau pendamping. Menariknya, untuk gubuk baca pendamping atau mentor belajar merupakan pemuda setempat.

Bahkan, ada satu gubuk baca yang pendamping serta mentor bagi anak-anak belajar adalah mantan preman. Gubuk baca itu berada di Gang Tato, Kemantren, Jabung. Sesuai namanya, mentor dari gubuk baca tersebut adalah pemuda-pemuda bertato yang sebelumnya merupakan seorang preman.

Stigma negatif mengenai wilayah tersebut sebagai kampung preman kini mulai berubah setelah adanya gubuk baca. Para preman yang sebelumnya lekat dengan kriminalitas, kekerasan, dan dunia hitam lain kini bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik dan perlahan bisa meninggalkan kebiasan buruk mereka. 

"Mereka kini menjadi pengajar bagi anak-anak di lingkungan sekitarnya. Menjadi pengajar tentu membuat mereka mau tidak mau mengubah sifat dan kehidupan pribadinya yang sebelumnya negatif perlahan mulai menemukan jalan terang menjadi pribadi yang lebih baik," tambahnya. 

Baca Juga: Perpustakaan Jalanan, Membangun Semangat Literasi di Samarinda

dm-player

3. Banyak pembelajaran untuk anak-anak

Cerita Fachrul Alamsyah Sebarkan Literasi Melalui Republik GubukAnak-anak membaca buku serta belajar bersosialisasi dengan teman. IDN Times/Alfi Ramadana

Pria yang akrab disapa Irul itu menambahkan bahwa pembelajaran yang diberikan di gubuk baca tidak melulu soal pendidikan akademik. Tetapi juga keterampilan dan hal-hal yang sifatnya memberikan anak-anak untuk bersosialisasi satu sama lain. Pelatihan tari, bela diri hingga bekerja dalam tim merupakan hal-hal yang diberikan. Terlebih saat ini banyak anak-anak yang mulai melupakan budaya lokal.

"Jadi anak-anak bisa belajar menjadi makhluk sosial, belajar berkelompok dan menghargai sesama. Ini merupakan bagian dari pendidikan karakter yang harus ditanamkan pada anak-anak sejak dini," sambungnya. 

4. Sempat mendapatkan penolakan dari masyarakat

Cerita Fachrul Alamsyah Sebarkan Literasi Melalui Republik GubukAnak-anak di Desa Gading Kembar, Jabung belajar bela diri. IDN Times/Alfi Ramadana

Selama tujuh tahun perkembangan republik gubuk, Irul mengakui perjalanannya tak selalu mulus. Ada beberapa kali hambatan dan penolakan dari masyarakat. Terlebih dari beberapa gubuk yang ada mentor atau pendiri dan pengasuh merupakan mantan preman. Wajar, masyarakat khawatir bahwa anak-anak mereka akan mengikuti jejak para mentor.

Meskipun demikian, Irul mengatakan bahwa hal tersebut merupakan tantangan untuk bisa mengemas dan membuktikan bahwa gubuk baca bukan seperti yang masyarakat takutkan. 

"Sebenarnya masyarakat ini menerima programnya tetapi tidak dengan orangnya. Pasalnya beberapa memang beberapa gubuk diasuh langsung oleh teman-teman dengan latar belakang negatif. Tetapi seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai menerima setelah juga ada niatan baik dari teman-teman pengasuh untuk sama-sama berubah," jelasnya. 

5. Seperti layaknya kawah candradimuka

Cerita Fachrul Alamsyah Sebarkan Literasi Melalui Republik GubukFachrul Alamsyah, inisiator republik gubuk yang kini berkembang menjadi 35 gubuk. IDN Times/Alfi Ramadana

Irul menyebut bahwa misi besar republik gubuk sendiri sebenarnya adalah menjadi seperti kawah candradimuka bagi siapapun yang ada di dalamnya untuk sama-sama memperbaiki diri dan menjadi manusia yang lebih berkualitas. Setelah itu tercapai, maka mereka yang sudah lulus mampu memberikan manfaat bagi orang di sekitarnya. 

"Teman-teman ini bisa menjadi agen perubahan di manapun berada. Tidak harus gubuk baca, mungkin bisa wadah apapun untuk bisa menjadi lentera atau penerang bagi lingkungannya masing-masing," pungkasnya. 

Baca Juga: Kembangkan Potensi Desa, Rizky Dirikan Gubuk Baca Gading Alit

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya