5 Fakta Tradisi Nyadran, Uniknya Akulturasi Budaya Jawa dan Islam

Tak hanya sekadar bersihkan makam!

Salah satu tradisi unik yang masih lekat dengan Kebudayaan Jawa adalah nyadran. Nyadran merupakan budaya yang terlaksana untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal. Dilansir menpan.go.id, tradisi ini juga memiliki arti sebagai pembersihan diri menyambut hari suci.

Hingga saat ini, nyadran masih menjadi aktivitas rutin bagi masyarakat di Pulau Jawa. Berikut 5 fakta lain yang wajib kamu ketahui tentang tradisi unik, nyadran. Simak, yuk!

1. Sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha 

5 Fakta Tradisi Nyadran, Uniknya Akulturasi Budaya Jawa dan IslamUmat Hindu berdoa (instagram.com/aryawedakarna)

Uniknya, tradisi nyadran ternyata telah mulai dilaksanakan sejak masa Hindu Buddha berkembang di Indonesia. Namun, kala itu nyadran dikenal dengan istilah shraddha, yang berarti iman.

Shraddha dilakukan untuk menghormati arwah nenek moyang masing-masing, serta mensyukuri kelimpahan air dan alam. Pelaksanaan shraddha dilakukan sesuai dengan tanggal kematian seseorang yang akan didoakan.  

2. Merupakan akulturasi budaya Jawa dan agama islam 

5 Fakta Tradisi Nyadran, Uniknya Akulturasi Budaya Jawa dan IslamNyadran (instagram.com/parakan_kita)

Setelah islam masuk ke Indonesia, wali songo selalu berupaya menyebarkan agama Islam dengan memasukkan ajaran agama ke budaya yang telah ada. Hal ini membuat ajarannya lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Itulah mengapa budaya shraddha kemudian diubah menjadi nyadran, dan dikembangkan sesuai ajaran agama islam sedikit demi sedikit. Perbedaan yang nampak terletak pada  prosesi yang dilaksanakan, juga waktu pelaksaannya. Kini nyadran dilakukan sesaat sebelum Ramadhan tiba, nih!

3. Kini dilakukan dengan mengunjungi dan membersihkan makam  

5 Fakta Tradisi Nyadran, Uniknya Akulturasi Budaya Jawa dan IslamNyadran (instagram.com/panjisuryono7)

Memiliki tujuan yang sama dengan shraddha, nyadran juga dilakukan untuk mengucap rasa syukur kepada para leluhur. Tradisi ini dilakukan dengan mengunjungi dan membersihkan makam leluhur, pada bulan sya’ban (kalender hijriyah) atau ruwah (kalender  Jawa).

Tak heran, tradisi ini juga kerap kali dikenal dengan nama tradisi ruwahan.

4. Diikuti dengan rangkaian kegiatan lain guna mempererat hubungan bermasyarakat 

5 Fakta Tradisi Nyadran, Uniknya Akulturasi Budaya Jawa dan IslamRitual kenduri (instagram.com/temanggungzone)

Tak hanya membersihkan makam, berikut rangkaian lengkap kegiatan nyadran yang penting untuk dilaksanakan. 

  • Besik: Pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan. Hal ini biasa dilakukan dengan gotong royong bersama keluarga dan seluruh masyarakat.
  • Kirab: Setelah selesai besik, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan prosesi kirab. Kirab adalah arak-arakan peserta nyadran menuju tempat di mana nyadran dilaksanakan.
  • Ujub: Ujub merupakan sesi penyampaian tujuan kegiatan oleh pemangku adat masing-masing.
  • Doa: Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi doa  bersama yang ditujukan kepada untuk para leluhur, dengan dipimpin oleh pemangku adat.
  • Kenduri/Kembul Bujono: Makan bersama seluruh masyarakat yang terlibat dalam tradisi ini. Rangkaian inilah yang kemudian berhasil membuat kehidupan bertetangga lebih akrab satu dengan yang lainnya.

Baca Juga: Ratusan Umat Hindu Gelar Ritual di Kanjuruhan

5. Punya ciri khas berbeda di setiap daerah 

5 Fakta Tradisi Nyadran, Uniknya Akulturasi Budaya Jawa dan IslamTradisi nyadran (instagram.com/budayaindonesia_)

Untuk kamu ketahui, masing-masing daerah ternyata juga memiliki cara yang berbeda dalam melaksanakan tradisi ini. Pada beberapa daerah, masyarakat akan membawa hasil bumi atau sadranan, untuk kemudian diletakkan di makam. Setelahnya, mereka juga akan meninggalkan uang, guna pengelolaan makam, kemudian doa bersama.

Sedikit berbeda, masyarakat Magelang datang ke makam tanpa membawa sadranan. Kemudian sesi doa bersama dilaksanakan sehari setelah pembersihan makam dilaksanakan.

Perbedaan iniah yang kemudian menjadi ciri khas beberapa daerah tertentu.

 

Sudah pernahkah kamu mengikuti tradisi nyadran? Ikut lestarikan tradisi dan budaya daerah, yuk! Kalau bukan kita, siapa lagi? 

Baca Juga: Ritual Adat Ulur-ulur di Tulungagung, Ungkapan Rasa Syukur

EGYDIA ARTAMEVIA Photo Community Writer EGYDIA ARTAMEVIA

Check @egydiard on instagram

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya